Analisis Efek Samping Pemanjangan QT Interval pada Regimen Bedaquilin pada Pasien TB-RO

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Tempo

Indonesia masuk ke dalam peringkat 20 besar prevalensi kejadian TB-MDR (TBC-Multiple Drug Resistant) atau TB-RO (TBC Resistensi Obat) dengan tingkat persentase kasus baru yaitu sebesar 2,4% dan pengobatan ulang sebesar 13%. Data pada Poli TB-MDR RSUD Dr. Soetomo tahun 2018 memiliki pasien suspek TB-MDR sebanyak 2.123. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, pada tahun 2015 ditemukan sejumlah 1.500 suspek TB-MDR. Pada tahun 2016 terdapat peningkatan 1.948 terduga TB-MDR. Terapi TB-MDR individual jangka panjang memiliki bedaquilin sebagai OAT (obat antituberkulosis) utama yang dikonsumsi oleh pasien. Bedaquilin (BDQ) juga dikombinasi dengan obat golongan fluorokuinolon seperti levofloksasin (LVX) dan/atau klofazimin (CFZ). Ketiga obat ini diketahui menimbulkan efek samping yaitu pemanjangan QT-interval jantung. Selain dari faktor obat, ada juga faktor risiko lainnya seperti adanya diabetes melitus, hipokalemi, BMI _Body Mass Index) yang semakin meningkat, jenis kelamin perempuan dan juga usia lansia. Di RSUD Dr Soetomo kasus TB-MDR cukup banyak menggunakan obat obat diatas, namun belum ada evaluasi efek samping obat tersebut terutama pada perpanjangan QT-interval jantung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perbedaan penggunaan bedaquilin, kombinasi bedaquilin levofloksasin dan kombinasi bedaquilin klofazimin terhadap pemanjangan QT interval jantung serta menganalisis faktor risiko pada pemberian regimen bedaquilin. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observasional dengan metode total sampling, yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Februari hingga Maret 2020. Sampel dari penelitian ini adalah pasien yang diagnosis TB-RO yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari 2015 – Desember 2019 yang menggunakan terapi regimen bedaquilin serta memenuhi kriteria inklusi.

Data yang berhasil didapatkan bahwa total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 73 pasien. Dari 73 pasien tersebut terbagi menjadi diagnosis TB-MDR 48 (65,7%), TB pre-XDR (Extra Resistant) 24 (32,8%), dan TB-XDR 1 (1,3%). Regimen bedaquilin yang paling banyak digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi BDQ+LFX sebanyak 36 pasien (49,3%), BDQ+LFX+CFZ sebanyak 16 pasien (21,9%), BDQ sebanyak 11 pasien (15,1%) dan BDQ+CFZ 10 pasien (13,7%). Dari 73 pasien terdapat sebanyak 52 pasien (71,2%) yang mengalami pemanjangan QT interval, kemudian pemanjangan QTc interval paling banyak terdapat pada grade 1 dan onset terjadinya pemanjangan QT interval pada bulan pertama setelah menggunakan regimen bedaquilin. Efek samping pemanjangan QT interval dari keempat kelompok tersebut tidak ada perbedaan pada tiap bulannya (p>0,05). Terdapat faktor risiko yang mempengaruhi QT interval pada pasien, antara lain diabetes melitus, hipokalemi, usia, jenis kelamin, dan BMI. Pada faktor risiko viii diabetes melitus terjadi pemanjangan QT interval yang lebih panjang pada kelompok tidak diabetes melitus namun hal ini dikarenakan jenis kelamin perempuan yang lebih banyak pada kelompok ini. Pada kelompok hipokalemi terjadi pemanjangan QT interval yang lebih besar daripada kelompok tidak hipokalemi. Kejadian pemanjangan QT interval pada kelompok usia lansia lebih besar daripada kelompok usia dewasa. Kemudian pada faktor risiko jenis kelamin, terjadi pemanjangan QT interval yang lebih besar pada jenis kelamin perempuan. BMI juga merupakan salah satu faktor risiko, pada penelitian ini dihasilkan efek samping QT interval yang lebih besar pada kelompok BMI overweight. Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada perbedaan terjadinya efek samping QT interval antar kelompok regimen bedaquilin (BDQ, BDQ+LFX, BDQ+CFZ dan BDQ+LFX+CFZ) dan juga antar kelompok faktor risiko.

Penulis: Denny Ardhianto, Suharjono, Sudarsono, Umi Fatmawati

Link Jurnal: Journal of Basic and Clinical Physiology and Pharmacology SCOPUS Q3

https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0415/html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp