Amputasi pada Pasien Iskemia Tungkai Akut dengan Diabetes Mellitus Tipe II dan COVID-19: Apakah Amputasi Selalu Diperlukan?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Yale Environment 360

Pada pasien COVID-19, diabetes mellitus tipe II (DMTII) adalah salah satu komorbid yang paling sering ditemukan. Pasien dengan DMTII memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terpapar. Selain itu, pasien dengan DMTII memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami iskemia tungkai akut. Hal ini muncul dalam 2 minggu setelah penurunan perfusi ke ekstremitas inferior. Tingginya angka mortalitas diperburuk dengan keadaan hiperkoagulopati pada COVID-19. Kasus DMTII bersamaan dengan COVID-19 serta iskemia tungkai akut ialah kasus yang kompleks sehingga membutuhkan pembahasan secara komprehensif.

Pasien wanita, 55 tahun, dengan riwayat DMTII datang dengan keluhan kaki kanan terasa dingin dan nyeri, serta jari kaki kanan menjadi kehitaman. Seminggu sebelumnya pasien mengeluhkan rasa kebas di jari kaki kanannya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nadi di kaki kanan tidak bisa teraba. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan beberapa abnormalitas. Pemeriksaan rontgen dada menunjukkan konsolidasi bilateral di perifer. Pemeriksaan CT angiografi menunjukkan oklusi total di arteri femoralis kanan. Pasien didiagnosis dengan iskemia tungkai akut, pneumonia COVID-19, sindrom distress pernapasan akut, dan diabetes mellitus tipe II. Pasien menjalani trombektomi, keadaan memburuk, sehingga pasien menjalani amputasi.

Pasien kedua, laki-laki, 67 tahun datang dengan riwayat DMTII, mengeluhkan nyeri, kebas, dan dingin pada kaki kiri. Pasien juga mengeluhkan batuk ringan dan sesak. Terdapat penurunan saturasi di awal pemeriksaan. Pemeriksaan fisik menunjukkan nadi yang teraba lemah di arteri formalis, dan tidak terabanya nadi di arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, dan arteria poplitea. Terdapat pula jaringan nekrotik. Didapatkan beberapa penanda laboratorium yang abnormal. PCR SARS-COV-2 terkonfirmasi positif. Pasien didiagnosis dengan iskemia tungkai akut, sindroma distress pernapasan akut akibat pneumoniaCOVID-19, dan DMT2. Pasien menjalani trombektomi dan amputasi. Nyeri berkurang setelah 1 minggu pasca operasi, dan pasien membaik.

Pada dasarnya, hiperglikemia tidak terkontrol memperburuk kondisi pasien dengan COVID-19. Metode yang digunakan untuk mengontrol kondisi ini disesuaikan dengan kondisi hemodinamik pasien. Selain itu, pasien COVID-19 memiliki kecenderungan mengalami kondisi hiperkoagulobilitas lebih tinggi, terlebih dengan riwayat DMT2 sebelumnya. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya iskemia tungkai akut dan disseminated intravascular coagulopathy (DIC). Penegakan diagnosis dilakukan menggunakan tromboelastogradi dan tromboelastometri rotasional, yang dapat menemukan peningkatan vWF, faktor VII, D-dimer, fibrinogen, trap neurotrophil ekstraseluler, dan mikro partikel protrombotik.

Iskemia tungkai akut dibagi menjadi kategori I hingga III, bergantung pada tingkat keparahan dan kemungkinan penyelamata tungkai. Modalitas revaskularisasi dapat dilakukan secara farmakologi hingga amputasi. Sementara itu, pada COVID-19 sendiri, regimen terapi optimal masih belum ditemukan. Terapi antikoagulan ialah mandatori pada pasien dengan gejala hiperkoagubilitas, seperti UFH dan LMWH yang bekerja menurunkan IL-6 dan IL-8. Prognosis iskemia tungkai akut pada pasien DMT2 dengan COVID-19 tampak lebih buruk dan memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi. Pada kasus ini, kondisi thrombosis yang cukup parah menuntut dilakukannya amputasi, yang ditunjukkan dengan perbaikan klinis pasien yang baik sebelum pasien keluar rumah sakit.

Penulis: Hermina Novida, dr., Sp.PD.

Link Jurnal: http://jonuns.com/index.php/journal/article/viewFile/660/656

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp