Pengaruh Berbagai Diet Tinggi Lemak pada Histologi Hati dalam Pengembangan Model NAFLD pada Mencit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh EndocrineWeb

Penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD) merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh anomali akumulasi lemak di dalam hati, tanpa asupan alkohol yang berlebihan. Secara patologis, NAFLD diklasifikasikan menjadi perlemakan hati nonalkohol (NAFL) dan steatohepatitis nonalkohol (NASH). NAFL merupakan gangguan hati yang relatif ringan, ditandai dengan steatosis tanpa pembengkakan dan peradangan. Sedangkan, NASH ditandai dengan steatosis, ballooning, dengan atau tanpa inflamasi. NASH juga merupakan faktor penting dalam perkembangan karsinoma hepatoseluler.

Diet tinggi lemak (HFD) merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengembangkan model NAFLD pada hewan percobaan. HFD mengandung komposisi lemak berlebih dan diberikan secara ad libitum pada hewan coba untuk jangka waktu tertentu. Variasi jenis lemak yang digunakan merupakan hal krusial karena bukti in vitro menemukan bahwa asam lemak yang berbeda memiliki efek yang berbeda pada hepatosit.

Beberapa bahan yang  digunakan untuk pembuatan HFD di antaranya yakni lemak sapi, ghee, vegetable ghee nabati, dan minyak jagung. Lemak sapi dan animal ghee dominan akan kandungan saturated fatty acid (SFA). Adapun vegetable ghee dominan kandungan monounsaturated fatty acid (MUFA). Sedangkan minyak jagung kaya kandungan asam linoleat (ῳ-6 PUFA). Pada penelitian ini akan dilakukan studi terkait pengaruh beberapa jenis HFD terhadap histologi hati sebagai metode dalam menentukan dan mengembangkan model NAFLD.

Metode

Mencit jantan galur Balb/c dengan berat sekitar 20–30 g digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak 36 mencit dibagi menjadi 6 kelompok; kelompok kontrol dengan pakan standar, kelompok perlakuan HFD lemak sapi 60%, kelompok perlakuan HFD lemak sapi 45%, kelompok perlakuan HFD vegetable ghee, kelompok perlakuan HFD animal ghee + minyak jagung, dan kelompok perlakuan HFD vegetable ghee + minyak jagung. Perlakuan berlangsung selama 28 hari, berat badan dan food intake masing-masing mencit ditimbang setiap hari selama perlakuan.

Di akhir penelitian setelah 28 hari perlakuan, semua mencit pada tiap-tiap kelompok dikorbankan dan livernya diekstraksi. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan dengan hematoxylin dan eosin. Slides diperiksa di bawah mikroskop optik, lalu gambar digital diambil. Gambaran histologi hati (meliputi steatosis, inflamasi, ballooning) dianalisis menggunakan scoring system berdasarkan NAFLD activity score. Data profil berat badan dan profil asupan makanan dianalisis secara statistik menggunakan two-way ANOVA dan dengan analisis post-hoc Bonferonni.

Hasil dan Pembahasan

Profil berat badan mencit  dikaitkan dengan proses lipolisis dan esterifikasi dalam jaringan adiposa. Trigliserida dalam jaringan adiposa tersimpan secara statik, tetapi senantiasa  mengalami reaksi dua arah yaitu lipolisis dan esterifikasi. Dalam penelitian ini, mencit yang diberikan HFD animal ghee + minyak jagung dan HFD vegetable ghee + minyak jagung dii mengalami peningkatan berat badan. Adanya PUFA yang terkandung dalam HFD animal ghee + minyak jagung dan HFD vegetable ghee + minyak jagung menghambat pembongkaran asam lemak di jaringan adiposa secara besar-besaran. Sebaliknya, mencit yang diberi pakan HFD lemak sapi 60%, HFD lemak sapi 45%, dan HFD vegetable ghee dii mengalami penurunan berat badan. Tingginya lipolisis yang disebabkan HFD lemak sapi 60%, HFD lemak sapi 45%, dan HFD vegetable ghee ini mungkin karena adanya kandungan SFA dan MUFA yang dominan, sehingga tubuh mengkompensasi defisiensi PUFA dengan mensintesis sendiri asam lemak tersebut dari SFA dan MUFA.

Selanjutnya, hasil histologi hati dalam penelitian ini menemukan bahwa semua mencit yang diberi pakan HFD mengalami NAFLD namun dengan derajat yang berbeda-beda. Pada kelompok mencit yang diberi pakan HFD vegetable ghee + minyak jagung dan HFD animal ghee + minyak jagung, di mana kaya akan kandungan SFA/MUFA + PUFA mengalami NAFLD dengan derajat yang relaitf lebih rendah dibandingkan kelompok mencit yang diberi pakan HFD jenis lain. PUFA terbukti menginduksi NAFLD karena menyebabkan akumulasi asam arakidonat dalam membran. Namun, saat PUFA dikombinasikan dengan SFA/MUFA diketahui  mencegah resistensi insulin dan menghindari stress retikulum endoplasma yang diinduksi SFA/MUFA serta menghindari terjadinya inflamasi di hati. Hal ini mungkin yang menyebabkan NAFLD yang terbentuk memiliki derajat lebih rendah dengan HFD jenis lain dalam penelitian ini.

Sedangkan, pada mencit yang diberi pakan HFD lemak sapi 60%, HFD lemak sapi 45% dan HFD vegetable ghee pada penelitian ini mengalami NAFLD dengan derajat yang lebih parah. HFD lemak sapi yang dominan mengandung SFA menyebabkan kerusakan hepatosit secara langsung melalui beberapa mekanisme, antara lain; kematian sel yang diinduksi stress retikulum endoplasma, menyebabkan apoptosis mitokondria intrinsik, serta memicu mediator inflamasi. Adapun HFD vegetable ghee yang diperkaya MUFA diasosiasikan dengan hiperplasia adiposit in vivo.

Pengembangan model NAFLD  dicapai pada semua kelompok mencit, di mana secara berturut-turut berdasarkan tingkat histologi hati yang paling parah yakni; HFD lemak sapi 60%, HFD lemak sapi 45% dan HFD vegetable ghee, serta HFD animal ghee + minyak jagung dan HFD vegetable ghee + minyak jagung.

Penulis: apt. Mahardian Rahmadi, S.Si., M.Sc., Ph.D.

LinkArtikel Jurnal: https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0426/html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp