Penggunaan Obat, Suplemen “Anti COVID-19” dan Status Kesehatan Jiwa pada Ibu dengan Anak Usia Sekolah di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Boston Herald

Pandemi COVID-19 mempengaruhi semua aspek kehidupan dan dapat menyebabkan stress bagi kelompok rentan seperti ibu yang memiliki anak usia sekolah, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja. Dalam populasi ibu, peningkatan tanggung jawab termasuk mengajar anak-anak, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan terlibat dalam tugas-tugas pekerjaan. Berkurangnya aktivitas di luar ruangan pada anak-anak memaksa para ibu untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka. Dalam skenario ini, konflik tidak dapat dihindari karena interaksi ini intens dan tidak ada habisnya. Di China, negara pertama yang melakukan lockdown, tingkat perceraian meningkat, dan kekerasan dalam rumah tangga dilaporkan lebih sering terjadi. Lebih buruk lagi, penurunan pendapatan, peningkatan konsumsi, dan kenaikan harga makanan pokok berkontribusi pada penambahan beban tersebut. Hal ini kemudian memengaruhi status kesehatan mental dari populasi Ibu.

Reaksi terhadap situasi stres dipengaruhi oleh latar belakang demografis. Selama masa pandemi ini, masyarakat mengkhawatirkan kesehatan pribadi dan keluarga yang dapat berupa perubahan pola tidur atau pola makan, masalah kesehatan kronis yang lebih buruk, atau asupan alkohol, tembakau, obat-obatan, dan suplemen yang berlebihan. Informasi tentang obat dan suplemen sebagai terapi COVID-19 atau pencegahan (“anti-COVID”) beredar luas, yang mengarah pada praktik pengobatan sendiri. Sebelum pandemi, praktik pengobatan sendiri sudah umum di Indonesia, termasuk konsumsi produk alami pada ibu Indonesia dan over the counter (OTC) obat pada ibu hamil Indonesia. Dengan beredarnya informasi yang tidak terkendali tentang obat-obatan, suplemen, dan herbal yang diyakini dapat mengobati COVID-19, pengobatan mandiri dan penyalahgunaan obat/suplemen ini dapat meningkat. Oleh karena itu, penelitian yang digawangi oleh Annette d’Arqom dari Departemen Anatomi, Histologi, dan Farmakologi FK UNAIR, serta Brihastami Sawitri dari Departemen Kesehatan Jiwa FK UNAIR ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi obat/suplemen “anti-COVID” dan kesehatan mental pada ibu yang memiliki anak usia sekolah di Indonesia.

Menggunakan kuesioner online mengenai obat/suplemen untuk pencegahan dan pengobatan COVID-19 perilaku konsumsi “anti-COVID” dan kesehatan mental menggunakan Depression, Anxiety, Stress Scale-21 (DASS-21) untuk mengukur perilaku dan juga kesehatan mental pada dibagikan kepada ibu yang memiliki anak usia sekolah di Indonesia. Kuesioner ini dibagikan secara online melalui email dan juga sosial media. Untuk menjangkau responden lebih luas dan dari berbagai macam kalangan, staf peneliti terlatih juga menjemput bola ke tempat warga, kemudian warga mengisi kuesioner secara mandiri. Data yang didapat dari 610 responden kemudian dianalisis secara deskriptif dan juga analitik untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi, konsumsi obat “anti-COVID”, dan kesehatan mental.

Hasil yang didapatkan dari studi ini adalah 25% responden dikategorikan memiliki gangguan kesehatan mental baik pada depresi, kecemasan, atau stress. Skor DASS-21 didapatkan lebih tinggi pada kelompok ibu rumah tangga dibandingkan pada ibu bekerja pada ketiga kategori kesehatan mental. Kejadian ini berhubungan dengan umur, pengeluaran keluarga, dan status perkawinan pada kelompok ibu bekerja, dan hanya dengan pengeluaran keluarga pada kelompok ibu rumah tangga. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan 80% responden mengonsumsi obat atau suplemen “anti-COVID” untuk mencegah tertular COVID-19. Sayangnya 75% responden melakukan pengobatan mandiri tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Responden mendapatkan informasi utama mengenai produk “anti-COVID” adalah teman/keluarga dan media sosial. Pada kelompok ibu rumah tangga, perilaku konsumsi mereka dipengaruhi oleh pendidikan. Sedangkan pada kelompok ibu bekerja, perilaku konsumsi dipengaruhi oleh umur, pendapatan keluarga, dan pengeluaran keluarga. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan obat/suplemen dengan status kesehatan jiwa responden.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya mengontrol informasi dan memperluas pengetahuan ibu untuk menemukan informasi yang benar untuk meminimalkan efek yang tidak diinginkan pasca pandemi COVID-19. Disinformasi mengenai perawatan dan pencegahan “anti-COVID” menyebar luas, berkontribusi pada konsumsi obat-obatan dan suplemen mengarah pada praktik pengobatan sendiri yang tidak rasional. Kerja sama berbagai sektor diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang baru. Peningkatan kesadaran akan masalah kesehatan jiwa di masyarakat, terutama pada populasi rentan seperti ibu yang memiliki anak usia sekolah, diperlukan untuk menghindari efek merugikan yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Penulis: Annette d’Arqom, dr., M.Sc.

Link Jurnal: https://www.dovepress.com/anti-covid-19-medications-supplements-and-mental-health-status-in-indo-peer-reviewed-fulltext-article-IJWH

Daftar Pustaka

d’Arqom A, Sawitri B, Nasution Z, Lazuardi R. “Anti-COVID-19” Medications, Supplements, and Mental Health Status in Indonesian Mothers with School-Age Children. Int J Womens Health. 2021 Jul 13;13:699-709. doi: 10.2147/IJWH.S316417. PMID: 34285594; PMCID: PMC8286101.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp