Intervensi untuk Meningkatkan Cakupan Imunisasi Anak di Populasi yang Sulit Dijangkau

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Medical News Today

Imunisasi telah berkontribusi dalam menurunkan seperempat jumlah kematian anak dalam satu dasawarsa terakhir. Sejak tahun 2010, imunisasi telah berkontribusi besar dalam menurunkan seperempat jumlah kematian anak akibat PD3I di dunia, dari 52 menjadi 39 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Vaksinasi mencegah 10 juta kematian antara tahun 2010 dan 2015, dan lebih banyak lagi sejak tahun 2000. Cakupan imunisasi juga meningkat, namun terdapat kesenjangan pada populasi yang sulit dijangkau, sehingga terdapat disparitas keberhasilan. Di beberapa daerah dan negara dengan konflik dan sistem kesehatan yang lemah, anak yang tinggal di daerah terpencil atau di daerah kumuh perkotaan, cakupan imunisasi tetap rendah. Cakupan imunisasi yang rendah berdampak pada tidak terbentuknya imunitas kelompok. Cakupan yang rendah serta bervariasi dalam satu wilayah akan menimbulkan kejadian luar biasa (outbreak) penyakit. Populasi yang sulit dijangkau merupakan kelompok orang yang mengalami hambatan vaksinasi karena jarak dan situasi geografis, tempat tinggal yang tidak menetap, tidak tersedianya layanan kesehatan, sistem imunisasi yang tidak memadai, konflik dan perang. Di Kenya, tidak terjangkaunya populasi ini dengan imunisasi campak menimbulkan kerugian 9,5 juta dolar untuk biaya pengobatan dan hilangnya produktivitas akibat sakit campak sepanjang tahun 2016 – 2020. Tim peneliti melakukan tinjauan sistematis atas 5 artikel dengan topik peningkatan cakupan imunisasi anak pada populasi yang sulit dijangkau.

Penggunaan Aplikasi Berbasis Teknologi Informasi

Aplikasi mTika dipergunakan di Bangladesh untuk mencatat kelahiran bayi dan mengingatkan ibu melalui pesan SMS sebelum hari pelaksanaan imunisasi anaknya. Daerah dengan petugas imunisasi diperlengkapi dengan mTika, memiliki peluang 3,8 kali lebih tinggi memiliki anak dengan status imunisasi lengkap pada usia > 289 hari dibanding daerah yang petugas imunisasinya tidak diperlengkapi dengan mTika. Ibu bayi merasa bahwa pesan SMS yang diberikan membantu mereka dalam mengimunisasi anaknya. Bagi petugas, mTika dinilai efisien dan mampu mengidentifikasi anak yang drop-out untuk kemudian dilakukan tindak lanjut berupa kunjungan door-to-door. Di India, aplikasi ImTeCHO berbasis smartphone dan jaringan yang dikembangkan secara khusus untuk membantu ASHA (kader kesehatan) dan staf Puskesmas mengorganisasikan tugas mereka sehari-hari, efektif dalam meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara umum.

Penjangkauan Tim Kesehatan

Mobile outreach berbasis tim memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Afghanistan dilakukan untuk meningkatkan proporsi anak usia bawah satu tahun mendapatkan vaksin campak-1.

Komunikasi dan Kerja Sama Masyarakat

Di Bangladesh, pembentukan kelompok masyarakat pendukung imunisasi yang terdiri dari tuan rumah imunisasi, ibu dengan anak imunisasi lengkap, anggota pertahanan desa, siswa/mahasiswa perempuan dan laki-laki, perwakilan dari organisasi nirlaba, dukun bayi, dan dukun meningkatkan cakupan imunisasi. Kelompok ini mendapat pemberitahuan dari petugas kesehatan beberapa hari sebelum jadwal imunisasi, dan kemudian kelompok ini menggerakkan ibu bayi untuk memberikan imunisasi pada anaknya. Kelompok ini juga berperan dalam mencari anak-anak yang terlambat dan tidak pernah mendapat imunisasi, dan memotivasi ibu untuk membawa anaknya imunisasi. Lokasi dataran tinggi dan dataran rendah yang sulit dijangkau mendapatkan manfaat positif melalui pendekatan ini. Kampanye komunikasi masyarakat bersama dengan intervensi lain juga efektif meningkatkan cakupan imunisasi polio oral. Komunikasi ini meliputi kesehatan ibu, gizi, hygiene sanitasi, imunisasi, dan tenda kesehatan yang dikemas dalam berbagai media komunikasi berbeda.

Perubahan Struktural

Beberapa studi melaporkan perubahan struktural yang efektif untuk meningkatkan cakupan imunisasi anak. Di Bangladesh banyak staf lapangan Puskesmas yang diberi pelatihan penyegaran mengenai dosis dan manajemen efek samping vaksin dalam intervensi berganda untuk meningkatkan cakupan imunisasi. Hasilnya, petugas lapangan tersebut berpotensi meningkatkan cakupan imunisasi lengkap pada anak usia 12 – 23 bulan.

Penyediaan Vaksin oleh Distrik Terdekat Vaksin yang disediakan oleh distrik terdekat dengan lokasi yang sulit dijangkau memudahkan petugas vaksinasi dalam mendapatkan vaksin, menurunkan angka drop out dan tidak pernah vaksin pada anak berusia 12-23 bulan. Namun demikian, beban ekstra dirasakan oleh petugas dari distrik yang bersangkutan.

Modifikasi Jadwal Imunisasi Di Bangladesh, jadwal imunisasi penjangkauan yang sebelumnya dilaksanakan setiap satu bulan satu kali selama satu hari dimodifikasi menjadi setiap dua bulan sekali selama dua hari berturu-turut terbukti meningkatkan cakupan imunisasi sebesar 20-54% dibanding sebelumnya.

Kartu Penapisan ImunisasiDaftar tilik penapisan kelengkapan imunisasi anak yang rutin ditanyakan pada ibu yang berkunjung ke pelayanan kesehatan efektif meningkatkan cakupan imunisasi lengkap yang ada di dataran tinggi dan rendah di Bangladesh. Ibu dengan anak usia 12-23 bulan yang berkunjung ke pelayananan kesehatan ditanya mengenai status imunisasi anaknya. Apabila tidak lengkap, anak akan diarahkan untuk imunisasi di klinik pada jadwal yang sudah ditentukan. Peningkatan diobservasi terjadi dengan tingkat 26 – 29% dibanding kondisi sebelum intervensi.

Temuan tim peneliti dalam studi ini menunjukkan bahwa meskipun diberikan intervensi dan terdapat peningkatan cakupan bermakna, namun tidak ada studi yang mencapai cakupan minimal imunisasi campak sebesar 95%. Dari kelima studi tersebut, intervensi mHealth mTika merupakan yang paling cost effective karena cukup dengan SMS pengingat ke ibu dan terjadi peningkatan cakupan imunisasi yang cukup tinggi. Indonesia dapat memperkaya wawasan dan mengembangkan sendiri teknologi yang sesuai untuk situasi imunisasi anak di Indonesia.

Penulis: Samsriyaningsih Handayani dan Cyntia Pitaloka

Link Jurnal: http://ijphs.iaescore.com/index.php/IJPHS/article/view/20875/13392

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp