Bayi Tabung, Harapan Mendapatkan Keturunan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh morulaivf.co.id

Anak merupakan karunia yang diharapkan semua pasangan. Kehadiran anak menjadi pelengkap kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga, namun adakalanya tidak semua pasangan diberi kemudahan untuk mendapat keturunan. Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan bukan hanya sekedar tanggung jawab pihak istri, tapi juga tanggung jawab pihak suami. Penyebab ketidaksuburan (infertilitas) bisa disebabkan karena faktor suami, istri atau kedua-duanya, walaupun pada beberapa kasus yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, akan tetapi kelainan seperti ini sangat jarang terjadi.

Bayi tabung merupakan upaya terakhir untuk mendapatkan keturunan dari pasangan itu sendiri, setelah upaya medis yang lain gagal. Pasangan yang mengikuti program bayi tabung harus melalui pemeriksaan yang menyeluruh menyangkut kondisi organ reproduksi masing-masing. Persiapan ini sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Biaya program bayi tabung relatif mahal dan hanya sedikit asuransi atau perusahaan yang menanggung keikutsertaan dalam program ini. Angka keberhasilan program bayi tabung di Indonesia sekitar 30-40%, angka keberhasilan ini tergantung pada banyak faktor diantaranya usia suami/istri, kualitas sperma, endometriosis, kualitas dinding rahim dan kebiasaan atau gaya hidup.

Program ini dimulai dengan pemeriksaan kondisi suami istri, baik kondisi fisik maupun hormonal, jika kondisi belum memungkinkan akan dilakukan pengobatan terlebih dahulu agar didapatkan hasil yang optimal. Setelah kondisi yang optimal tercapai, program ini dimulai dengan melakukan stimulasi pada ovarium istri. Stimulasi ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah sel telur yang cukup untuk dilakukan fertilisasi, perlu diketahui pada keadaan normal setiap bulan wanita hanya mengeluarkan 1 sel telur matang yang siap dibuahi. Selama proses stimulasi istri akan mendapat suntukan hormon untuk merangsang ovariumnya memproduksi sel telur lebih dari satu. Evaluasi terhadap perkembangan sel telur dilakukan untuk melihat perkembangannya dan menentukan kapan sel telur siap diambil. Jika ada kelainan terhadap kualitas sperma yang cukup parah, perlu dilakukan terapi terhadap pihak suami sebelum dilakukan stimulasi pada pihak istri. Evaluasi terhadap sel telur dilakukan sampai dirasa cukup matang untuk diambil. Pada hari yang telah ditentukan sel telur diambil dari ovarium istri untuk dipertemukan (difertilisasi) dengan  sperma suami di laboratorium.

Fertilisasi dilakukan dengan bantuan manusia (embriolog), ada 2 cara fertilisasi, yang pertama adalah konvensional dimana sperma dicampurkan dengan sel telur pada medium yang diletakkan pada cawan petri untuk selanjutnya dilakukan kultur. Cara yang kedua dikenal dengan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection), dimana diambil satu sperma untuk disuntikkan secara langsung pada sitoplasma sel telur untuk selanjutnya dilakukan kultur dalam inkubator. Hasil fertilisasi dievaluasi antara 20-24 jam kemudian. Fertilisasi ditandai dengan terbentuknya 2 pronuklei. Kultur dilakukan selama beberapa hari kedepan sambil mengevalusi perkembangan embrio, untuk selanjutnya dilakukan transfer kedalam rahim istri. Transfer embrio biasa dilakukan pada hari ketiga saat embrio pada tahap 8 sel atau pada hari ke 5 saat embrio pada tahap blastosis. Pertimbangan transfer embrio dilakukan pada hari ke 3 atau ke 5 tergantung pada banyak dan kualitas embrio yang ada. Jumlah embrio kurang dari 5 biasanya dilakukan transfer pada hari ke 3, karena hanya 80% dari embrio yang ada bisa bertahan sampai hari ke 5, akan tetapi jika jumlah embrio lebih dari 5 dengan kualitas yang bagus akan ditansfer pada hari ke 5. Jumlah embrio yang banyak juga tidak selalu ditransfer pada hari ke 5. Embrio yang banyak dengan kualitas yang kurang bagus akan ditransfer pada hari ke 3. Pada hari transfer akan dipilih 2-3 embrio yang memiliki morfologi terbaik untuk dikembalikan pada rahim istri. Penentuan keberhasilan program ini dilakukan pada hari ke 14 setelah hari pengambilan sel telur. Dikatakan berhasil jika kadar βHcG ≥ 25 IU.

Keputusan untuk melakukan transfer pada hari keberapa menimbulkan pertanyaan akan angka keberhasilan program bayi tabung yang ditandai dengan adanya kehamilan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan angka keberhasilan program bayi tabung pada pasien yang dilakukan transfer pada hari ke 3 atau hari ke 5. Kualitas embrio yang bagus pada hari ke 3 akan sama bagusnya dengan embrio pada hari ke 5. Selama kualitas embrio dan kualitas endometrium bagus akan memberikan hasil yang optimal.

Penulis : Zakiyatul Faizah, dr., Mkes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada :

https://e-journal.unair.ac.id/MOG/article/viewFile/26566/14081

Audia Mumtaz Rifasky , Puspa Wardhani , Ashon Sa’adi , Ninik Darsini, Hamdani Lunardhi, Zakiyatul Faizah. 2021. Comparison of pregnancy rates on day 3 and day 5 embryo transfer in In Vitro Fertilization (IVF) . Maj Obs Gin, Vol. 29 No. 1 : 14-17. DOI : http://dx.doi.org/10.20473/mog.V29I12021.13-16

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp