Kebutuhan asam amino esensial lele patin merupakan faktor penting yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas lele. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh hewan atau tumbuhan untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal (Tom, 1998). Penambahan asam amino esensial pada pakan ikan komersial dan pengaruhnya terhadap kandungan Omega-3 dan Omega-6 ikan patin merupakan hal yang menarik untuk ditelaah dan dikaji lebih lanjut.
Tingginya tingkat konsumsi patin Pangasius sp. sudah menjadi objek yang menarik untuk diamati. Di antara sekian banyak jenis ikan air tawar, ikan patin merupakan ikan dengan kadar protein tertinggi, dengan kandungan gizi protein 16,08%, kadar lemak sekitar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97%, dan air 75,7% (Almunadi et al., 2001). Jika dibandingkan dengan kandungan lemak ikan air tawar lainnya seperti ikan gabus dan ikan mas, ikan patin memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi. Ikan patin memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Produksi ikan patin di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 yaitu 147.890 ton pada tahun 2010 dan mencapai 972.779 ton pada tahun 2013 (Almunadi et al., 2001).
Peningkatan produksi ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kualitas lele patin yang dihasilkan oleh pembudidaya. Dalam hal ini, kualitas kandungan Omega-3 dan Omega-6 pada ikan patin yang banyak dikonsumsi masyarakat menjadi faktor yang menarik untuk dibahas lebih lanjut. Omega-3 dan Omega-6 termasuk dalam kelompok asam lemak esensial. Omega-3 memiliki turunan dari ALA (α-Linolenic Acid), EPA (Eicosapentaenoic Acid), dan DHA (Docosahexaenoic Acid). Sedangkan Omega-6 berasal dari LA (Linolenic Acid), dan ARA (Arachidonic Acid) (Panagan et al., 2012). Omega3 dan Omega-6 yang terdapat pada ikan patin dipengaruhi oleh proses budidaya itu sendiri, salah satunya adalah pemberian pakan (Oktavianawati et al., 2016).
Ikan patin membutuhkan asam amino esensial dalam pakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu asam amino esensial adalah lisin. Peran lisin penting dalam metabolisme karena lisin digunakan untuk sintesis protein serta menyusun komponen penting lainnya yang digunakan untuk metabolisme. Lisin merupakan salah satu asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan patin yang berperan dalam pertumbuhan (Millamena et al., 2019). Lisin dapat meningkatkan pertumbuhan ikan karena dapat meningkatkan keseimbangan pemanfaatan asam amino lainnya (Alam et al., 2005). Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh penambahan asam amino esensial seperti lisin pada pakan komersial dengan mempertimbangkan kandungan Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial yang berasal dari LA) pada ikan patin perlu dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian saat ini, ditemukan kandungan Omega-3 pada ikan patin (Pangasius sp.) berkisar antara 1.145 hingga 2.076% dan Asam Linoleat (LA) (Omega-6) berkisar antara 13,821% hingga 22,149%. Hasil analisis statistik kandungan Omega-3 menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antar kelompok perlakuan. Kandungan Omega-3 terendah pada perlakuan adalah pada P3 (1,145%), sedangkan kandungan Omega-3 pada perlakuan P0 (1,814%), P1 (2,076%), dan P2 (1,840%) menunjukkan hasil yang serupa. Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Distance Test), terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kadar Omega-3 ikan lele patin. Hasil analisis varians dengan ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P < 0,05) antara masing-masing perlakuan dengan penambahan lisin.
Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Distance Test) menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kelompok perlakuan P0, P1, dan P2 memiliki kandungan Omega-6 yang sama dan tidak berbeda nyata, sedangkan kelompok perlakuan P0, P1, dan P2 berbeda nyata dengan P3 (p < 0,05). Kandungan Omega-6 tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (22,540%).
Perubahan signifikan telah diperoleh pada kandungan Omega-3 dan Omega-6 pada ikan patin yang diberi pakan ikan dalam jumlah tertentu yang mengandung lisin. Omega-3 merupakan PUFA yang memiliki banyak ikatan rangkap, ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil omega, ikatan rangkap berikutnya terletak pada metil omega, ikatan rangkap berikutnya terletak pada atom karbon ketiga dari ikatan rangkap sebelumnya. Kelompok metil omega adalah kelompok terakhir dari rantai asam lemak. EPA memiliki banyak manfaat diantaranya menurunkan kolesterol dan anti inflamasi, dan EPA dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sel saraf agar optimal (Maulana, 2013).
Penelitian ini menunjukkan hasil peningkatan kandungan Omega-3 pada daging ikan lele setelah pemberian lisin pada pakan dengan dosis 1,2% (P1) dengan kandungan Omega-3 sebesar 2,076%. Diduga pemberian asam amino lisin yang berperan sebagai prekursor karnitin dapat diserap secara optimal oleh ikan patin sehingga kandungan EPA dan DHA dapat meningkat. Karnitin berperan dalam transfer asam lemak rantai panjang ke dalam mitokondria untuk dioksidasi, sehingga kandungan EPA dan DHA juga dapat meningkat setelah proses oksidasi. Omega-3 memiliki peran penting dalam pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh, menurunkan kadar kolesterol darah, meningkatkan metabolisme sel, nutrisi penting untuk mata, dan baik untuk sistem saraf pusat dan otak pada ikan (Greenwood et al., 2001).
Omega-6 termasuk dalam asam lemak esensial yang memiliki senyawa induk asam linoleat atau disebut asam linoleat. Omega-6 merupakan PUFA yang memiliki ikatan rangkap pertama pada posisi ke-6. Asam linoleat adalah prekursor dalam sintesis PUFA. Asam linoleat dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan, secara khusus terkandung dalam minyak biji. Selain itu, asam linoleat dan linolenat ditemukan dalam cadangan makanan. Asam arakidonat (AA) yang merupakan salah satu jenis Omega-6, banyak terdapat pada membran sel, merupakan senyawa penting dalam komunikasi antar sel, dan menjadi senyawa prekursor bagi senyawa penting lainnya di dalam tubuh (Bellitz et al., 2009). . Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kandungan Omega-6 pada daging ikan patin setelah pemberian asam amino lisin pada pakan dengan dosis 3,2% (P3) yang menyebabkan kandungan Omega-6 sebesar 22,540%. Penyebab peningkatan kandungan ini adalah ketersediaan lisin yang terbatas dan ketidakseimbangan komposisi asam amino dalam pakan ikan (Nunes et al., 2014). Pakan dengan kandungan asam amino <20% lebih efektif dibandingkan pakan yang sumber proteinnya hanya bahan baku (Cowey, 1994).
Omega-6 (asam linoleat dan asam arakidonat) pada daging ikan patin dipengaruhi oleh penambahan minyak ikan lemuru pada pakan komersial ikan lele (Gonçalves et al., 2012). Kandungan Omega-6 terdapat pada daging karena sebagian besar asam lemak tak jenuh tersimpan dalam fosfolipid di membran sel. Fungsi Omega-6 pada Pangasius sp. adalah pembentukan senyawa seperti hormon yang digunakan sebagai pembawa perintah dari satu sel ke sel saraf lainnya (Cuzon et al., 2004).
Penulis: Ir. Agustono, M.Kes
Tulisan Lengkap pada link: http://wvj.science-line.com/vol-11-no-2-jun-2021.html