Bagaimana Covid-19 Mengubah Cara Rumah Sakit Memberikan Perawatan?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh TVP

Selama   pandemi, fasilitas kesehatan di Indonesia menghadapi kondisi yang sangat rentan.   Sejauh  ini,  penanganan      pandemi telah berdampak signifikan pada    sistem  rujukan  nasional  untuk layanan kesehatan.   Rumah sakit  adalah    garis    pertahanan  terakhir  untuk    peningkatan   kasus rujukan COVID-19, yang mengarah ke persentase BOR (Bed Occupancy Rate) yang tinggi.  Kami telah memilih beberapa artikel yang berkaitan dengan layanan kesehatan,    terutama  rumah sakit,  untuk  memberikan perspektif dan kontribusi untuk diffemenyewa layanan kesehatan  rujukan. 

Pandemi COVID-19 diakui sebagai pembuka kelemahan dalam  sistem  pelayanan  kesehatan  di  Indonesia. Oleh karena itu,  reformasi dan inovasi diperlukan di semua  tingkatan,    serta    belajar  dari negara lain.   Dalam masalah ini,    kami  mengundang  pembaca  untuk mengeksplorasi lima pelajaran  perawatan kesehatan primer dan sekunder  di    Inggris.   Hal-hal  yang perlu dipertimbangkan dalam layanan kesehatan ini termasuk akses mudah, layanan digital dan online, perawatan   berkelanjutan,   manajemen kondisi  kronis,    dan rujukan  (Kusuma,  2021).   Selain      perbedaan tingkat ekonomi dan ideologi layanan kesehatan antara Inggris dan Indonesia, beberapa      hal  yang  ditawarkan  dapat  membuka perspektif kami,    terutama  yang berkaitan  dengan  layanan kesehatan  rujukan. 

Sebagai hasil dari layanan kesehatan di Inggris,    karena  Indonesia  memiliki  program asuransi  kesehatan  nasional,  sistem pembiayaan kesehatan  ini telah mengubah pelayanan  di  rumah sakit.   Manfaat   asuransi kesehatan selama pandemi COVID-19  merupakan     bagian penting  dari  penerapan layanan kesehatan rujukan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun  rumah sakit  masih  mengalami  tingkat  dan   kerugian     aktual,  negara  menjamin  keamanan  finansial  bagi  masyarakat dalam konteks pandemi.   Beberapa  rumah sakit  telah  mengembangkan  strategi  efektivitas  biaya  melalui digitalisasi, kemampuan sumber daya  manusia,   hubungan   pelanggan,    dan  kolaborasi  pemangku kepentingan (Nugraheni  dkk).     ,  2021). Efektivitas  biaya    operasional    rumah sakit  dapat  ditempuh    dengan mendigitalkan dan mengoptimalkan penerapan sistem manajemen   informasi. Salah satu  model  yang  digunakan  adalah model   HOT-fit  (Human  Organizational Technology) (Febrita  dkk). ,  2021).

Selain     sistem   informasi  manajemen,    selama  pandemi,  manajemen rumah sakit harus mengatur ulang sistem keperawatan perawat dan mengukur kepuasan kerja.   Perawat  adalah profesional kesehatan yang menjalankan risiko paling signifikan dan merawat  pasien  lebih lama daripada professional  kesehatan  lainnya. Sistem  promosi  dan penghargaan karir dan penghargaan dedikasi kerja dapat membantu mereka memberikan layanan kepada pasien (Saputri     dkk). ,  2021). Hubungan    antara Karir dan kepuasan kerja juga dapat berlaku untuk profesi kesehatan lainnya. 

Selama   pandemi,    masalah    keselamatan  pasien  juga  terus    berkembang. Laboratorium medis memainkan peran penting dalam membuat diagnosis medis. Meskipun     tingkat  kesalahan  dalam aborator medis    dangkal,  dengan satu kesalahan dalam 330-1.000 kasus, itu masih menjadi perhatian. Healthcare Failure Mode and  Impact  Assessment  (HFMEA)    adalah metode pencegahan proaktif  untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi kegagalan. Ditinjau dalam  tinjauan literatur, penelitian ini mengidentifikasi  faktor keselamatan pasien di  laboratorium rumah sakit  dan  untuk  menunjukkan    proses    mengidentifikasi potensi risiko menggunakan HFMEA. Tinjauan literatur  menjelaskan bahwa kesalahan tertinggi tikuse  di    laboratorium  terjadi  pada    fase  per-analitis    49,2-84,5% (Salsabila  et  al).   ,  2021).

Runtuhnya    kondisi rumah sakit  di  Indonesia   juga   terkait    dengan  bagaimana  otoritas  kesehatan  merekomendasikan  penggunaan  masker  untuk  masyarakat  dan  petugas  kesehatan  di rumah sakit. Berbagai jenis pertunjukan yang digunakan oleh  masyarakat        berimplikasi pada ketersediaan  PBT  standar  (alat pelindung  diri) bagi tenaga kesehatan.   Penulis kami    menjelaskan  variasi  dan  perbedaan  dalam  kebijakan  di  negara-negara  (Liyanage  et  al. ,  2021).

Sementara itu, rumah sakit on-the-job dapat menerapkan komunikasi terapeutik untuk  pasien  tuberkulosis  dalam    pengobatan   pasien COVID-19.   Pasien  setelah  COVID-19       rentan  terhadap  stigma  dan  dukungan  sosial  dalam  hal metode transmisi  tetesan yang sama.   Stigma  pada      masa  pemulihan  akibat    COVID-19  sering  menjadi penghalang bagi pasien(Merzistya  dkk).   , 2021). Terlepas dari banyaknya masalah dalam  pelayanan rumah sakit di   era pandemi,      tingginya  beban kerja tenaga kesehatan menjadi penyebab masalah kesehatan mental bagi tenaga kesehatan. Hal ini menyebabkan berbagai  perilaku  penyalahgunaan  antidepresan  dan  jenis obat-obatan ringan  lainnya. (Ridlo,2020; Saloko  dan  Manzilati,  2021).

Akhirnya, dalam situasi pandemi, manajemen    rumah sakit  tidak  hanya untuk  memastikan  layanan  optimal  kepada pasien COVID-19 tetapi juga untuk memastikan bahwa sistem  layanan  dapat  berfungsi secara efisien  dan  efektif.

Penulis: Ilham Akhsanu Ridlo, S.KM., M.Kes.

Link: https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/27875

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp