Karies merupakan penyakit infeksi dan merupakan proses demineralisasi progresif pada jaringan keras gigi seperti email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh interaksi antara bakteri pada permukaan gigi dengan pola makan, terutama karbohidrat. Prevalensi karies di Indonesia saat ini berkisar 90,5%. Mayoritas masyarakat Indonesia terkena karies, tidak dirawat atau tidak mengunjungi dokter gigi sampai menunjukkan gejala kondisi karies yang besar dan nyeri. Dokter akan membersihkan jaringan karies pada rongga tersebut. Seringkali terjadi pulpa terekspos akibat pembersihan jaringan karies. Jika pulpa terekspos atau terbuka, perlu dilakukan perawatan yang dinamakan direct pulp capping untuk mempertahankan vitalitas pulpa serta membentuk jaringan antara dentin dan pulpa.
Standar material pulp capping adalah kasium hidroksida. Bahan ini memiliki kemampuan antibakteri dan mineralisasi dengan pH berkisar antara 8,6 – 12. Sifat basa yang tinggi ini akan mengaktifkan suatu enzim Alkaline Phosphatase (ALP) yang berperan dalam pembentukan jaringan dentin.
Propolis merupakan alternatif sebagai bahan pulp caping dikarenakan propolis diketahui memiliki efek dalam mengurangi inflamasi pada pulpa yang terbuka. Propolis mempunyai peranan penting dalam proses anti inflamasi dan anti bakteri, dimana propolis dapat menghambat respon inflamasi melalui arachidonix acid lipoxygebase pathway. Ekstrak propolis dapat menghambat produksi TNF- α dalam proses inflamasi. Propolis dibutuhkan Ca(OH)2 sebagai carier dalam bentuk pasta agar dapat berdifusi ke tubuli dentin dan mempengaruhi ekektifitas sifat antibakterial dari Ca(OH)2. Propolis memiliki efek anti inflmasi yang kuat akibat kandingan flavanoid dan CAPE. CAPE merupakan inhibitor dari NF-kβ yang juga memiliki anti tumor dan anti inflamasi yang mempengaruhi mediator pro inflamasi.
Proses inflamasi merupakan tahapan pertama dalam proses perbaikan jaringan. Sel berperan dalam proses inflamasi akut dengan cara menghasilkan sitokin seperti TNF- α sebagai sitokin proinflmasi yang merupakan mediator penting dalam proses inflamasi akut. Jaringan pulpa sendiri akan melindungi dirinya melalui beberapa respon yaitu respon inflamasi, pembentukan kolagen, dan pembentuka dentin reparatif. Proses inflamasi merupakan mekanisme penting yang diperlukan untuk membangun kembali struktur dan fungsi jaringan sebagai mekanisme perlindungan terhadap cedera. Sel-sel yang terkait dengan peradangan pada jaringan pulpa adalah leukosit PMN, limfosit, sel plasma, makrofag, dan sel mat. Sel yang berperan dalam inflamasi akut menghasilkan sitokin, seperti Tumor Necrosis Factor alpha (TNF-α) sebagai sitokin proinflamasi. TNF-α adalah sitokin proinflamasi yang disebut master regulator yang berperan dalam inflamasi pulpa, memicu dilatasi vaskular dengan peningkatan permeabilitas dan meningkatkan respon inflamasi. TNF-α juga mampu menginduksi NF-Kβ aktif yang berperan penting dalam mengatur respon inflamasi dan respon imun.
Pembentukan dentin pada pulpa terbuka ditandai dengan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan respon imun awal. Hal ini terkait dengan kemampuan sel pulpa dalam mekanisme pertahanan untuk pembentukan dentin. Alkaline phosphatase (ALP) adalah enzim yang berperan dalam mineralisasi dalam proses perbaikan dentin yang dikeluarkan oleh sel odontoblast. Sel odontoblast merupakan sel pertama yang merespon inflamasi pulpa, sebagian sel odontoblast akan menjadi sel nekrotik dan sel mesenkim (sel induk pulpa gigi) akan berubah bentuk mejadi sel mirip odontoblast yang berfungsi sebagai sel untuk pembentukan dentin reparatif.
Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 gigi molar pertama rahang atas yang sudah tumbuh sempurna dari sampel tikus putih (strain wistar). Dari jumlah sampel dibagi menjadi 3 kelompok secara acak yaitu: kelompok 1 dengan 20 tikus putih tanpa perlakuan, kelompok 2 dengan 20 tikus putih dengan perlakuan pemberian kalsium hidroksida, dan kelompok 3 dengan 20 tikus putih dengan perlakuan pemberian kombinasi kalsium hidroksida dan propolis. Pemeriksaan ekspresi TNF-α dan ALP menggunakan metode imunohistokimia (IHC) dan diobservasi dibawah mikroskop cahaya.
Hasil pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan tampak sel odontoblast terletak pada bagian tepi ruang pulpa. Hasil analisis statistik ekspresi TNF-α dan ALP menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada hari ke-3 dan ke-7 serta terdapat perbedaan signifikan antar kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3.
Dalam penelitian ini, ekspresi TNF- α dapat dilihat pada hari ke 3 dan 7, dimana ada perbedaan signifikan pada ekspresi TNF- α pada campuran Ca(OH)2 dan ekstrak propolis jika dibandingkan dengan aplikasi Ca(OH)2 saja. Hal ini menunjukan ekstrak propolis dapat membantu menghambat ekspresi NF-kβ dan proses inflamasi melalui modulasi dari respon seluler.
ALP berperan dalam proses awal deposisi mineral dan kalsifikasi jaringan yang penting dalam proses mineralisasi ekstraseluler matriks. Aktivitas ALP dapat terhambat saat adanya pelepasan mediator radang seperti TNF- α dan IL-1β. Ekspresi ALP terbanyak didapatkan pada grup Ca(OH)2 – propolis pada hari ke 3 dan 7, hal ini disebabkan karena ekstrak propolis dapat menghambat aktivasi dari transkripsi gen NF-kβ yang akan menghambat sekresi TNF- α
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi dari Ca(OH)2 dan ekstrak propolis dapat meningkatkan proses perbaikan pulpa dibandingkan dengan pemberian Ca(OH)2 saja karena Ca(OH)2 – propolis dapat menurunkan ekspresi TNF- α dan meningkatkan ekspresi dari ALP,
Penulis: Nanik Zubaidah, drg., M.Kes., Sp.KG(K)
Judul artkel : The Expression of Tumor Necrosis Factor Alpha and Alkaline Phosphatase Due to Induction of Combination Calcium Hydroxides and Propolis
Link: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/07/15-D20_1355_Nanik_Zubaidah_Indonesia.pdf