Tangga Ergonomis dan Produktivitas Kerja

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Brandman University

Ergonomi berarti seimbang, serasi dan sesuai antara faktor pekerjaan dan faktor pekerja. Lingkup dari faktor pekerjaan ini adalah lingkungan kerja, alat kerja dan bahan yang digunakan. Menurut ahli ergonomi manuaba. Kesimbangan ergonomi diciptakan melalui kesuaian antara tuntutan kerja dan kapasitas kerja. Yang menyesuaikan ketika terjadi ketidak sesuaian adalah faktor pekerjaan sehingga muncul istilah fitting the task to the man. Bukan sebaliknya.

Terdapat tiga domain dari ergonomi, yaitu (1) ergonomi fisik yang berfokus pada aktivitas fisik, (2) ergonomi kognitif yang berfokus pada proses mental, dan (3) ergonomi organisasi yang berfokus pada desain system social teknis. Ergonomi fisik utamanya berkaitan dengan karakteristik fisik seseorang, isu terpenting dalam domain ini contohnya adalah desain dari fasilitas bangunan (Carayon, 2016). Desain interface yang buruk dapat menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh dan dapat menyebabkan cedera (Sugiono et al., 2018).

Tangga ergonomis merupakan salah satu kajian ergonomic fisik yang patut diperhatikan di tempat kerja. Desain tangga yang dibuat secara ergonomis dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja. Hal ini akan berdampak pada tingkat kelelahan yang berkurang, meminimalisir kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebutan EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman dan Efisien) merupakan tujuan dari penerapan ergonomic di tempat kerja.

Tangga merupakan salah satu sarana prasarana kerja yang sering digunakan oleh pekerja. Desain tangga yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kerja dan cidera di tempat kerja. Fasilitas ini merupakan bagian di dalam konstruksi yang menghubungkan dua buah area vertikal. Sejak 6000 tahun yang lalu, tangga sudah mulai digunakan, menggunakan batang kayu yang disatukan (Wicaksono, Hekmatyar, & Zulfikar, 2015). Tangga terdiri dari beberapa bagian, pertama adalah riser yang merupakan sisi vertikal yang berhadapan dengan langkah kaki di tangga. Setelah itu terdapat tread, yaitu permukaan horizontal dari langkah kaki di tangga (Burbidge, 2016). Selanjutnya terdapat bordes yang merupakan tempat berhenti sementara untuk menghindari kelelahan saat menaiki tangga (Asroni, 2017). Kemudian handrail, yaitu pegangan untuk tangan yang berada lurus sepanjang tangga (Burbidge, 2016).

Chengalur dalam buku Kodak’s Ergonomic Design for People at Work menyebutkan beberapa rekomendasi ukuran tangga, agar tangga nyaman dan aman digunakan. Tinggi anak tangga yang direkomendasikan adalah 15-18 cm, dengan lebar pijakan 30 cm. Lebar tangga yang disarankan adalah 120-200 cm dan kemiringan anak tangga yang baik adalah 200-500. Handrail sebaiknya berdiamater 4,5 cm agar mudah untuk dipegang dengan tinggi 80-96,5 cm. Disarankan terdapat anti-slip di setiap anak tangga agar pengguna tidak terpleset saat menaiki atau menuruni tangga. Selain itu, pencahayaan pada tangga penting untuk diperhatikan. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja menentukan standar tingkat pencahayaan minimal untuk tangga di dalam gedung yang sering digunakan adalah sebesar 50 lux.

Gedung FKM Unair merupakan bangunan yang bertingkat dan terdiri dari 3 lantai. Setiap lantai memiliki 5 buah tangga yang menghubungkan bangunan lantai 1 hingga lantai 3. Kelima tangga tersebut terletak di sisi bangunan yang berbeda-beda, yaitu bagian utara, barat laut, barat, barat daya, dan timur. Tangga sebelah utara dan barat laut memiliki 12 buah anak tangga, sedangkan tangga sebelah barat, barat daya dan timur memiliki 13 buah anak tangga. Selain itu, tangga pada bagian utara dan timur memiliki ukuran dan jenis yang berbeda, di mana 12 anak tangga pertama sebelum bordes memiliki 2 bagian dan terpisah dengan jarak kurang lebih 2 meter, kemudian 12 anak tangga selanjutnya setelah bordes terdiri dari satu bagian yang berada di tengah-tengah. Berbeda dengan tangga lainnya yang berada di bagian barat laut, barat, dan barat daya yang hanya terdiri dari 1 bagian tangga saja sebelum dan sesudah bordes.

Setiap civitas akademika Universitas Airlangga yang memanfaatkan gedung ini terfasilitasi akses perpindahan lantai melalui tangga ini. Baik dosen, mahasiswa maupun tenaga kependidikan dapat naik turun tanpa frekuensi batas dalam setiap harinya. Mereka dapat mengerjakan tugas sesuai dengan tuntutan dan tanggungjawab mereka dengan baik. Hal tersebut tentunya juga didorong dengan adanya fasilitas tangga ergonomis yang memadai. Sehingga pekerjaan lancar dan produktivitas tercapai.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga telah sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan oleh Chengalur dalam buku Kodak’s Ergonomic Design for People at Work maupun Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018.

Penulis: Dani Nasirul Haqi

SCPUS : Ergonomics Aspects of the Architectural Design of the Staircase in Universitas Airlangga Public Health Faculty Building, Surabaya

Link Jurnal: https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020120209462229_MJMHS_0205.pdf

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85105241372&origin=resultslist

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp