Skoring untuk Prognosis Fungsional pada Pasien dengan Cedera Pleksus Brakhialis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Hospital for Special Surgery

Cedera pleksus brakhialis merupakan cedera hebat yang terjadi pada saraf perifer ekstremitas atas yang berefek sangat destruktif bagi penderitanya. Cedera ini banyak terjadi pada usia produktif dan sering kali diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. Cedera pleksus brakhialis bukan merupakan cedera yang mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan kecacatan berat bagi penderitanya.

Hingga saat ini, epidemiologi cedera pleksus brakhialis yang terjadi dalam kurun waktu tertentu sulit untuk diramalkan karena belum ada data yang akurat mengenai hal tersebut. Namun jumlah kecelakaan kendaraan bermotor sebagai penyebab tersering dari cedera ini terus meningkat. Hal tersebut sesuai dengan peningkatan angka kejadian cedera pleksus brakhialis dalam 50 tahun terakhir. Di Amerika dan Eropa saja didapatkan bahwa 10-20% dari cedera saraf perifer merupakan cedera pleksus brakhialis, dan 80-90% dari cedera ini diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.

Penatalaksanaan cedera pleksus brakhialis terus berkembang seiring dengan perkembangan teknik rekonstruksi saraf perifer, khususnya perkembangan di bidang bedah mikro. Beberapa teknik bedah rekonstruksi tersebut di antaranya adalah prosedur terhadap saraf, seperti neurolysis, nerve repair, nerve graft dan nerve transfer. Tujuan dari rekonstruksi saraf pada cedera pleksus brakhialis adalah mengembalikan fungsi klinis dan tercapainya kualitas hidup yang optimal. Hasil akhir tindakan bergantung dari luas cedera dan fungsi yang tersisa, salah satu fungsi penting yang diharapkan kembali adalah fleksi elbow yang merupakan prioritas terapi, dilanjutkan dengan restorasi fungsi bahu dan tangan. Selain itu, juga dapat dilakukan prosedur terhadap otot dan tendon seperti tendon transfer dan muscle transfer.

Banyak dari cedera pleksus brakhialis menunjukkan tidak adanya respon pemulihan spontan setelah 3 bulan. Eksplorasi awal pleksus brakhialis memberikan hasil yang lebih optimal baik dalam menilai keadaan patologi maupun untuk melakukan operasi rekonstruksi. Oleh karena itu, waktu sangat krusial dalam penanganan karena cedera ini bisa mengakibatkan kehilangan fungsi neurologis total setelah 20 hingga 24 bulan pasca trauma, dan hal tersebut sangat mempengaruhi prognosis fungsional pada penderitanya.

Prognosis pada pasien cedera pleksus brakhialis ditentukan oleh banyak faktor. Namun hingga saat ini, belum ada alat bantu atau instrumen untuk memprediksi prognosis fungsional dari cedera pleksus brakhialis. Salah satu instrumen untuk membantu memprediksi suatu prognosis adalah dengan membuat sistem skoring.

Penelitian ini menilai beberapa faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap prognosis cedera pleksus brakhialis. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah (1) usia, (2) mekanisme cedera, (3) skala nyeri awal, (4) nyeri yang persisten, (5) level cedera, (6) waktu dilakukan operasi, dan (7) hasil elektrofisiologi awal. Berdasarkan usia, cedera pleksus brakhialis lebih banyak ditemukan pada penderita yang berusia kurang dari 30 tahun (66%). Namun, faktor usia dalam penelitian ini terbukti tidak terlalu berpengaruh terhadap prognosis fungsionalnya, sehingga tidak dimasukkan dalam sistem skoring..

Dari enam faktor yang diketahui berpengaruh terhadap prognosis fungsional tersebut, masing-masing faktor dinilai pada setiap pasien dan diberikan pembobotan, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Kami juga menggunakan skor Disabilities of the Arm, Shoulder and Hand (DASH) sebagai parameter fungsional pembanding. Dengan menetapkan skor 15 sebagai cut off point-nya, sistem skoring ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 76.6% dan 70.2%, di mana jumlah skor < 15 memiliki prognosis fungsional yang baik, sedangkan skor ³ 15 memiliki prognosis fungsional yang buruk. Secara keseluruhan, sistem skoring ini dapat menentukan prognosis fungsional cedera pleksus brakhialis dengan akurasi hingga 82.2%. Akurasi sebesar 82.2% (80-90%) ini tergolong sangat baik (very good)untuk suatu sistem skoring yang dilihat berdasarkan area under curve pada kurva Receiver Operating Characteristic (ROC).

Penelitian ini secara keseluruhan sangat bermanfaat dalam memberikan informasi berupa gambaran epidemiologi cedera pleksus brakhialis dilihat dari segi usia, mekanisme cedera, skala nyeri awal, adanya nyeri yang persisten, level cedera, waktu dilakukan operasi, dan hasil elektrofisiologi awal. Selain dapat menentukan prognosis fungsional, hasil penelitian ini juga dapat membantu klinisi dan institusi atau lembaga terkait dalam menentukan kebijakan yang lebih baik berhubungan dengan penatalaksanaan pada pasien cedera pleksus brakhialis.

Penulis: Dr. Heri Suroto, dr, Sp.OT(K) dan Ansari Rahman, dr., Sp.OT

Title                   : Traumatic brachial plexus injury: proposal of an evaluation functional prognostic scoring system

Published in      : British journal of Neurosurgery

DOI                   : https://doi.org/10.1080/02688697.2021.1947975

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp