Manajemen Sindrom Metabolik pada Penderita Skizofrenia Melalui Program EMESYS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari Lifestyle Okezone

Skizofrenia merupakan masalah besar kesehatan di republik ini. Dibandingkan dengan penyakit fisik lainnya, pengidap skizofrenia cenderung tidak terdeteksi, menutup diri atau bahkan sengaja ditutupi oleh pihak keluarga untuk menghindari stigma sosial. Problem kesehatan mental termasuk skizofrenia cenderung dianggap enteng baik oleh penderitanya, keluarga dan pihak yang mengasuh. Padahal, jika tidak ditangani dengan benar, gangguan mental akan menjadi masalah yang besar bagi suatu negara.

Problem lainnya dengan penderita skizofrenia adalah pengobatan jangka panjang yang tidak mudah untuk dilakukan. Meskipun melalui program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pasien skizofrenia saat ini dimudahkan untuk mendapatkan pengobatan secara gratis, pengobatan ini pula yang berisiko menimbulkan efek samping yang disebut dengan sindrom metabolik.

Sindrom metabolik adalah sekelompok gangguan kesehatan yang muncul secara bersamaan ditandai dengan abnormalitas metabolisme tubuh sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes dan dislipidemia. Pengidap skizofrenia yang menggunakan obat psikotik generasi kedua cenderung mengalami sindrom metabolik. Alhasil pasien dalam kondisi maju kena mundur kena. Tidak menggunakan obat akan meningkatkan kekambuhan penyakit, sedangkan jika obat digunakan secara rutin akan menyebabkan gangguan kesehatan fisik pada tubuh.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yaitu Juleha, Prof. Umi Athiyah dan Andi Hermansyah untuk melakukan telaah terhadap risiko sindrom metabolik pada penderita skizofrenia dan peluang untuk apoteker dalam melakukan manajemen terapi dini melalui alat pemandu (toolkit) yang disebut EMESYS (Education and Metabolic Syndrome Screening).

Dalam publikasinya, peneliti memaparkan bahwa sindrom metabolic dipicu oleh hambatan pada reseptor Dopamine tipe 2 (D2) di area mesolimbik dan jalur mesokortikal di otak. Obat psikotik generasi kedua, kecuali Aripiprazole, memiliki hambatan yang kuat sehingga mengakibatkan munculnya efek samping sindrom metabolik. Oleh karena seringnya risiko ini terjadi, peneliti mengatakan apoteker berada dalam posisi yang ideal untuk mendeteksi dini kejadian sindrom metabolik dan mengelola terapi lebih awal pada pasien skizofrenia.

Peneliti mengembangkan modul EMESYS yang memandu apoteker untuk dapat melakukan skrining kondisi pasien, mengedukasi pasien dan melakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui serangkaian aktivitas kognitif and terapan. Program EMESYS telah diuji validitas dan reliabilitasnya serta menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengidentifikasi kepatuhan pengobatan, kualitas hidup, dampak sindrom metabolik dan risiko menderita penyakit kardiovaskular oleh pasien.

Secara keseluruhan, toolkit EMESYS ini dapat menjadi alternatif bagi apoteker dalam manajemen terapi dini penderita skizofrenia sehingga mengurangi dampak sindrom metabolik.

Penulis: Andi Hermansyah

Hasil telaah peneliti berikut rancangan program EMESYS dapat diakses di laman

http://www.ijpronline.com/ViewArticleDetail.aspx?ID=21175

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp