Kembangkan Vaksin Merah Putih, UNAIR Raih Dua Penghargaan Menristek

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) raih dua penghargaan sekaligus dari Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S. E., M.U.P., Ph.D. Penghargaan tersebut diraih UNAIR, atas keterlibatannya sebagai anggota tim nasional percepatan vaksin merah putih pada Desember 2020 lalu. Sebagaimana diketahui, UNAIR menjadi bagian dari konsorsium nasional dalam riset pengembangan produk vaksin tersebut.

Dipaparkan oleh Wakil Rektor Riset, Inovasi, dan Community Development, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M. Si, bahwa saat ini vaksin merah putih masih terhambat pada uji praklinik hewan macaca atau hewan percobaan. Pemaparannya tersebut disampaikan pada webinar UNAIR bertajuk Inovasi, Optimisme, dan Transformasi Layanan Kesehatan dan Mitigasi Bencana di Masa Pandemi, pada Senin (2/08/2021).

“Kita agak mundur akhirnya untuk uji klinis karena kesiapan macacanya. Jadi yang awalnya Maret kita bisa produksi di biotis untuk persiapan skala massal, maka kemungkinan mundur satu bulan. Kalau nanti memang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan bisa dilakukan uji macaca sambil parallel ke uji klinik fase satu, maka luar biasa dan menjadi percepatan kita,” tutur Prof. Nyoman.

Menurutnya, bahwa yang pertama kali melakukan uji macaca dengan vaksin merah putih adalah UNAIR. “Kami-lah pertama kali yang akan mencoba uji macaca dengan vaksin merah-putih inactivated virus secara mandiri di UNAIR. Alhamdulillah kini kita dapat bantuan macaca yang bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BKSDA Jatim),” ungkap Prof. Nyoman.

Prof. Nyoman juga menuturkan screening (penyaringan, Red) juga akan dilakukan secara mandiri. Hal itu karena UNAIR memiliki Fakultas Kedokteran Hewan yang siap melakukan screening. “Ini adalah rasa syukur yang tidak pernah bisa habis bahwa kita sudah diberi fasilitas yang bisa menjadi bagian dari karya-karya internal UNAIR maupun kerja sama dengan lembaga-lembaga di luar UNAIR secara nasional maupun internasional,” ujar Prof. Nyoman yang juga sebagai koordinator riset Covid-19 di UNAIR tersebut.

Vaksin yang dikembangkan oleh UNAIR menggunakan dua skema platform. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Prof. Nyoman, bahwa UNAIR menggunakan skema classical platforms dan next generation platforms.
Untuk classical platforms, UNAIR mengembangkan dari inactivated virus atau virus yang telah dimatikan. Sedangkan pada next generation platforms, UNAIR menggunakan adenoviral vector dan peptide.

Ditambahkan oleh Prof. Nyoman, bahwa saat ini sivitas akademika UNAIR membuka diri bagi semua peneliti di Indonesia yang berkeinginan melakukan uji coba menggunakan animal biosafety level 3 atau uji mikroba dengan potensi bahaya lebih serius dan mengancam jiwa melalui jalur nafas. “Itu yang kami banggakan sebagai bagian dari UNAIR,” pungkas Prof. Nyoman.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti
Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp