Potensi Kombinasi Kalsium Hidroksida-Propolis terhadap Biofilm Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Reader's Digest

Penyebab paling umum terjadinya kerusakan pulpa adalah bakteri.  Bakteri masuk ke dalam pulpa melalui karies. Pada penelitiannya menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) didapatkan hasil bahwa pada karies profunda ditemukan bakteri Enterococcus faecalis sebesar 80%, Aggregatibacter actinomycetemcomitans sebesar 32%, dan Porphyromonas gingivalis sebesar 16%. Setelah dilakukan perawatan indirect pulp capping dengan kalsium hidroksida, terjadi penurunan jumlah bakteri yang signifikan dimana pada bakteri Enterococcus faecalis mengalami penurunan sebesar 77,5 % dan bakteri Porphyromonas gingivalis sebesar 100%, sedangkan pada bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans terjadi penurunan dari 32% menjadi 16%. Penurunan yang terjadi pada bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans hanya sebesar 50%, dimana persentase penurunannya lebih kecil jika dibandingkan dengan kedua bakteri lainnya. 

Beberapa bakteri dalam rongga mulut dapat membentuk biofilm salah satunya adalah bakteri Aggregatibacter actinomycetecomitans, merupakanbakteri gram negatif, fakultatif anaerob. Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme yang melekat pada permukaan biotik atau abiotik, dan terbungkus dalam matriks terhidrasi yang terdiri dari zat exopolymeric, protein, polisakarida, dan asam nukleat. Produksi biofilm pada beberapa bakteri patogen ini diatur oleh suatu sistem pengaturan ekspresi gen bakteri yang disebut Quorum sensing sebagai respon densitas populasi mikroorganisme melalui produksi molekul sinyal ekstraseluler atau yang disebut autoinducers.Bakteri yang tumbuh di dalam biofilm menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi, baik pada agen antimikroba maupun mekanisme pertahanan host bila dibandingkan dalam bentuk sel planktonik, sel yang membentuk biofilm 10 – 1000 kali lebih resisten terhadap antimikroba.

Pada bidang kedokteran gigi, pulpa yang mengalami keradangan akibat karies gigi, perlu dilakukan perawatan pulp capping, yaitu pemberian selapis bahan pelindung / bahan perawatan diatas pulpa. Bahan yang sering digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang terjadinya mineralisasi pembentukan scar tissue atau dentin reparatif dan pH tinggi yang dimiliki kalsium hidroksida dapat membunuh mikroorganisme.Ketidakmampuan kalsium hidroksida dalam mengeliminasi beberapa mikroorganisme yang terdapat dalam tubulus dentinalis merupakan salah satu kekurangan dari kalsium hidroksida, sehingga  banyak peneliti mencari bahan alternatif yang berasal dari alam seperti propolis.

Propolis merupakan salah satu produk alam yang dihasilkan oleh lebah yang telah lama digunakan pada bidang kedokteran gigi karena kemampuannya sebagai anti inflamasi, anti mikroba, anti jamur, dan dapat menyembuhkan bekas luka. Penelitian yang ada telah mengungkapkan bahwa ekstrak propolis efektif dalam menghambat anaerobik periodontal patogen yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans.Kalsium hidroksida yang dikombinasikan dengan propolis mempunyai mekanisme kerja kalsium hidroksida mampu berdisosiasi lebih baik menjadi ion kalsium dan ion hidroksil sehingga ion-ion tersebut mampu berdifusi secara baik ke dalam tubuli dentin. Pada penelitian lain, mengungkapkan jika kalsium hidroksida dikombinasikan dengan propolis tidak ditemukan adanya reaksi toksik, mampu mengurangi inflamasi secara signifikan dan biokompatibel dengan jaringan ikat tikus.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hambatan biofilm bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans setelah aplikasi kombinasi kalsium hidroksida-propolis dengan perbandingan 1:1,5 dan 1:2 tidak berbeda, tetapi 1:1,5 dan 1:2 lebih efektif dibanding dengan 1:1. Penggunaan kalsium hidroksida dalam pulp capping dikatakan berhasil jika kalsium hidroksida berdisosiasi menjadi bentuk ion, yaitu Ca2+ dan OH, adanya proses ionisasi dalam jaringan inilah yang menjelaskan sifat antibakteri yang dimiliki kalsium hidroksida. Disosiasi kalsium hidroksida menjadi Ca2+ dan OH bergantung pada bahan pembawa yang digunakan.

Bahan pembawa memberikan pengaruh besar pada pelepasan ion karena memungkinkan disosiasi ion hidroksil secara efisien dan bertahap. Suasana alkali yang dibuat gugus hidroksil dapat membantu mengaktifkan enzim alkali fosfatase yang menginduksi pembentukan jaringan mineral yang sangat membantu proses perbaikan. Agar efektif, ion hidroksil harus dapat berdifusi dalam dentin dan tetap berada di jaringan pulpa pada konsentrasi yang cukup untuk menghasilkan pH yang dibutuhkan untuk menghancurkan bakteri di dalam saluran akar dan tubulus dentin. Penggunaan propolis sebagai bahan pembawa menunjukkan difusi yang baik pada dentin.

Propolis merupakan senyawa campuran organik yang mengandung asam lemah sehingga memiliki pH cenderung dibawah 7, sedangkan kalsium hidroksida merupakan basa kuat yang memiliki pH diatas 8. Apabila propolis dan kalsium hidroksida ini bercampur, maka dimungkinkan terjadi reaksi penggaraman antara caffeic acid dan kalsium hidroksida. Bila ekstrak propolis yang dicampurkan jumlahnya kecil, dimungkinkan terjadi proses netralisasi propolis oleh Ca(OH)2. Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas bahan aktif dalam propolis tersebut menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan daya hambat biofilm bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans kecil.

Ketika gugus fungsional asam dari propolis ternetralisir dengan adanya kalsium hidroksida maka dengan kandungan propolis yang rendah, aktivitas daya hambat ini didominasi oleh kalsium hidroksida. Oleh karena kandungan aktif dalam propolis tidak hanya bersifat asam ada yang bersifat netral, maka akan terjadi sinergitas dimana kandungan aktif yang lain mampu menekan pembentukan biofilm bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Penulis: Ira Widjiastuti

Link Jurnal: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/14764

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp