Memahami Lebih Jauh Mengenai Inner Child

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Banyak dari kita yang mungkin tidak asing dengan konsep mengenai inner child. Namun tidak jarang yang hanya mengetahui sekilas tanpa memahami lebih jauh makna inner child. Lalu, apa sebenarnya yang disebut dengan inner child?

Inner child adalah gambaran diri kita di masa kecil dan muncul dalam imajinasi yang berisi berbagai macam emosi,” jelas Nuram Mubina, M.Psi., Psikolog pada webinar bertajuk Heal Your Inner Child: Be the Better You yang diselenggarakan oleh Airlangga Safe Space, platform daring mengenai kesehatan mental yang dikelola oleh Departemen Branding BEM KM Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), pada Sabtu (24/7/2021).

Dosen Psikologi di Universitas Buana Perjuangan Karawang itu juga menjelaskan bahwa berbagai macam emosi dalam inner child biasanya terjada pada masa kanak-kanak atau yang paling membekas bagi kita. Emosi ini kadang juga merupakan emosi yang biasanya tidak terselesaikan, terutama bagi mereka dengan kondisi inner child yang butuh dibantu.

“Ada orang-orang yang memang nggak ketemu dengan lingkungan yang membuat dia cukup tahu dengan emosinya sehingga banyak emosi-emosi yang tidak terselesaikan. Emosi itu membekas dan dia bawa sampai menjadi dewasa,” lanjut Nuram yang juga merupakan Psikolog Klinis Dewasa.

Lebih lanjut, Nuram menjelaskan bahwa inner child merupakan sesuatu yang tidak akan pernah tumbuh. “Sampai kita tua pun, misal kita udah dibantu untuk mengenal inner child kita, yang ketemu akan tetap figur anak-anak,” tegasnya.

Tidak jarang, kita mengasosiasikan inner child sebagai sesuatu yang bersifat negatif, namun hal ini tidak benar. Ada juga individu yang mana figur inner child-nya bersifat positif. Ini dapat membantu individu menjadi stabil sebagai orang dewasa.

Jika inner child yang stabil dapat membantu individu untuk stabil sebagai orang dewasa, begitu pula sebaliknya. Inner child yang terluka dapat mengganggu kondisi kita saat ini. “Pada akhirnya, kalau dia ngeganggu, sama seperti anak kecil yang mengganggu orang dewasa dan ini perlu ditangani segera,” tukas Nuram.

Pada webinar itu, Nuram juga menegaskan bahwa karena inner child hadir dalam wujud anak-anak, ia akan jadi sangat sensitif. “Karena wujudnya yang anak-anak, kadang ekspresinya sangat kuat atau bisa meletup-letup. Kalau kita bisa bantu dia lebih tenang, kita juga bisa tampil dengan lebih tenang dan tangguh,” pungkasnya. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp