UNAIR NEWS – Kurang lebih selama 2 tahun terakhir pandemi telah melanda Indonesia. Beberapa aktifitas dengan sengaja dihentikan guna meminimalisir kemungkinan penyebaran virus Covid-19. Hal ini berdampak pada segala sektor di Indonesia, utamanya sektor perekonomian.
Mengenai hal tersebut, HMA SIKIA UNAIR Banyuwangi menggelar kuliah tamu series pertama dengan tema “role model business finance management in 5.0 and work life after Covid-19”. Hal tersebut diselenggarakan guna pemberian pemahaman secara mendalam mengenai pentingnya business finance management pada saat perkembangan revolusi industri 5.0 dan situasi pandemi Covid 19 yang mengharuskan perusahaan mampu mengelola keuangan dengan baik.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan itu dihadiri oleh Astrid Maharani SE M AKUN CSRS CSRA CSP CRA sebagai pemateri. Ia merupakan salah satu anggota IAI Komisariat Jember, Provinsi Jawa Timur. Baca juga tentang pendidikan, teknologi, keuangan, informasi, dan sebagainya di website Nawasiana.
“Awal dari semuanya, kita harus lekas move on dari pandemi. Jangan sampai berlarut-larut dengan situasi yang bahkan belum pasti keberlangsungannya,” ujarnya.
Dalam hal ini, Astrid menyampaikan bahwa adaptasi perihal pandemi merupakan hal utama yang harus ditekankan. Dimana masyarakat harus mulai membiasakan diri dengan kebiasaan baru yang terjadi. “Contoh pentingnya adalah informasi teknologi (IT),” imbuhnya.
IT merupakan salah satu hal terpenting yang wajib dikuasai oleh seluruh pemilik profesi. Perekonomian ketika pandemic bergantung pada lancarnya informasi teknologi. Hal tersebut, kemungkinan besar akan berlangsung hingga pandemic berlalu.
“Begitu pula dengan profesi accountant dalam menjalankan business finance management. Keduanya tidak dapat dipisahkan setelah pandemi berlalu,” ujarnya lagi.
Astrid menjelaskan bahwa seorang akuntan di masa depan akan berdampingan erat dengan teknologi. Jika diingat kembali, perihal data berbasis cloud dan big data analytics sudah diperbincangkan sejak sebelum pandemi. Namun, secara kebetulan keduanya sangat berperan penting dalam penyimpanan data accounting ketika pandemi melanda.
“Bukan digantikan, namun berkolaborasi antara profesi accountant dan system accountant,” tegasnya.
Terdapat beberapa bagian dari proses manajemen finance yang hanya dapat dilakukan oleh seorang akuntan. Salah satunya ketika error system terjadi, atau ketika nominal dalam sebuah laporan keuangan yang termuat dalam sistem tidak balance. “Apakah system bisa memperbaiki? Tentu tidak! Profesi accountant-lah yang berperan dalam perbaikan hal tersebut,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, value yang dimiliki seorang profesi akuntan harus memenuhi standar dalam pelaksanaan perbaikan error yang terjadi pada sistem. “Kita harus paham sistemnya terlebih dahulu, baru berkolaborasi di dalamnya,” tegasnya lagi.
Astrid menyampaikan, terdapat empat hal penting yang harus dipelajari oleh seorang akuntan sebagai value guna adaptasi dalam work life after Covid-19. Empat hal tersebut termuat dalam investasi pada digital skill, learning by doing dengan menerapkan prototype teknologi baru, sertifikasi internasional dan digital skill, serta responsif terhadap industri, bisnis dan pengembangan teknologi.
“Keempat cara tersebut mampu membawa sarjana accounting menjadi best accountant berbasis IT system di masa depan,” pungkasnya.
Penulis: Azka Fauziya
Editor: Khefti Al Mawalia