Hubungan antara Kadar soluble CD163 dengan Kolesterol small dense LDL pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Digital Trends

Indonesia saat ini meningkat di perangkat kelima negara dengan jumlah pasien Diabetes Melitus (DM) terbanyak didunia sesuai laporan dari International Diabetes Federation tahun 2021. DM dapat memicu terjadinya berbagai komplikasi pada pengidapnya, baik komplikasi akut maupun komplikasi kronis. Salah satu komplikasi yang sering menimbulkan memiliki kematian adalah komplikasi kardiovaskuler. Saat ini kolesterol small dense LDL (sdLDL) merupakan predictor terjadinya penyakit kardiovaskuler yang sudah dikenal, karena bisa memicu suatu proses aterosklerosis. Pada proses aterosklerosis ini, makrofag memegang peran penting baik dalam menginisiasi maupun mempercepat progresivitas dari aterosklerosis. Salah satu biomarker baru untuk aktivasi makrofag adalah kadar dari soluble CD163.

Pada pasien DM tipe 2, selain abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, juga didapatkan abnormalitas pada metabolisme lemak. Dislipidemia atau gangguan metabolisme lemak sering dijumpai pada pasien DM tipe 2 yang dapat merangsang proses aterosklerosis, disinilah peranan kolesterol low density lipoprotein (LDL) sangat penting. Kolesterol LDL ini memiliki beberapa kelas yang memiliki ukuran dan kepadatan partikel yang berbeda, antara lain large buoyant LDL (lbLDL), intermediate LDL, dan small dense LDL (sdLDL). Kolesterol sdLDL ini memiliki potensi aterogenik yang paling besar dibandingkan kelas yang lain. Kolesterol sdLDL ini juga berkaitan dengan peradangan atau inflamasi sitemik. Dislipidemia dan inflamasi sistemik inilah merupakan dasar hipotesis peranan dari kolesterol sdLDL.

Aktivasi system imun berhubungan dengan progresivitas penyakit DM tipe 2. Hiperglikemia atau kadar gula darah yang tinggi akan merangsang mekanisme inflamasi pada sel beta pankreas. Stress oksidatif juga memperberat kondisi inflamasi dan pembentukan radikal bebas pada pasien DM tipe 2. Protein CD163 adalah protein yang menjadi reseptor kompleks hapto-hemoglobin yang terdapat pada sel makrofag dan monosit. Bagian CD163 yang berada dibagian luar sel ini dapat bersirkulasi di dalam aliran darah dan disebut dengan soluble protein CD163 (sCD163). Protein sCD163 ini sangat bermanfaat sebagai penanda adanya aktivasi makrofag pada berbagai penyakit inflamasi. Protein ini sudah terbukti berhubungan dengan kejadian penyakit jantung coroner, ketebalan tunika intima arteri karotis, dan aterosklerosis pada berbagai penyakit, termasuk DM tipe 2.

Penelitian yang dilakukan di poliklinik diabetes RSUD Dr. Soetomo Surabaya melibatkan 40 pasien DM tipe 2 berusia lebih dari 40 tahun, terdiri dari 17 orang laki-laki dan 23 orang wanita. Seluruh pasien menggunakan pengobatan statin sebagai bagian dari pengobatan diabetes dan komplikasinya. Pada penelitian tersebut didapatkan kadar sCD163 adalah 741.22 ± 41.55 ng/mL. Tidak ada perbedaan signifikan kadar sCD163 pada laki-laki atau perembpuan, antara pasien DM tipe 2 yang gula darahnya terkontrol dan tidak terkontrol, maupun pada kelompok hipertensi dan non hipertensi, serta pada kelompok merokok dan tidak merokok.

Kadar sdLDL pada penelitian tersebut adalah  40.80 ± 19.14 mg/dL. Tidak ada perbedaan signifikan kadar sdLDL pada laki-laki atau perembpuan, antara pasien DM tipe 2 yang gula darahnya terkontrol dan tidak terkontrol, maupun pada kelompok hipertensi dan non hipertensi, serta pada kelompok merokok dan tidak merokok. Namun demikin didapatkan korelasi positif antara sCD163 dengan kolesterol sdLDL pada pasien DM tipe 2. Hal ini meunjukkan adanya keterkaitan antara imunitas yang melibatkan sel makrofag dengan proses aterogenik pada pasien DM tipe 2.

Penelitian ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan di Indonesia dalam mengukur kadar sCD163 pada populasi diabetes di Indonesia, Sebagian besar pasien DM tipe 2 yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang belum terkontrol, sedangkan data kadar sCD163 pada populasi sehat belum didapatkan. Kadar sCD163 pada penelitian tersebut juga tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, control glikemik, konsisi hipertensi dan status merokok. Untuk mengetahui distribusi dan kadar sCD163 pada populasi sehat dan berbagai populasi dengan berbagai kondisi dan komplikasi perlu diperluas agar mekanisme pathogenesis dan upaya pencegahan  terjadinya proses aterosklerosis bisa dicegah. Mencegah terjadinya aterosklerosis akan memperlambat progresivitas terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler pada berbagai penyakit di masyarakat.

Penulis: Hermina Novida, dr., Sp.PD.

Link: https://www.sciencegate.app/document/10.47307/gmc.2021.129.s2.5

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp