Glaukoma Bisa Sebabkan Kebutaan Permanen

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Yulia Primitasari dr SpM(K) saat menyampaikan orasi di UNAIR TV. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Penyakit Glaukoma merupakan penyakit penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Bedanya, jika katarak bisa disembuhkan melalui operasi, glaukoma tidak. Penyakit ini bisa menyebabkan pasiennya mengalami kebutaan permanen jika terlambat penanganan. 

Yulia Primitasari dr SpM(K) menyebut, glaukoma adalah si pencuri penglihatan. Karena seringkali penyakit ini muncul tanpa gejala dan tiba-tiba saja penglihatan hilang.

“Glaukoma itu kerusakan saraf penglihatan (saraf optik). Kerusakan saraf ini dapat menimbulkan penyempitan lapang pandangan hingga sampai menimbulkan lubang yang sangat kecil dan bisa berakhir di kebutaan,” terangnya dalam Dokter TV episode Dokter Edukasi, Jumat (18/3). 

Beberapa faktor resiko glaukoma, sambungnya, antara lain peningkatan tekanan bola mata. Jika tekanan bola mata normal berada di angka 10-21 mmH20, pada pasien glaukoma, bisa sampai 30mmH20. Peningkatan tekanan ini, lanjutnya, biasanya datang tidak serta merta. Melainkan butuh waktu bertahun-tahun. 

“Karenanya seringkali gejalanya tidak dirasakan penderita. Dan biasanya, karena terlambat dideteksi, pupil optil sudah mengalami kerusakan sehingga lapang pandang terus menyempit,” tuturnya. 

Pasalnya, sambung Yulia deteksi dini penting untuk mencegah kehilangan penglihatan. Penyempitan pandangan ini dari tepi. Jadi seringkali tidak terasa. Berawal dari tepi kemudian semakin sempit dan membentuk panel vision atau pandangan seperti lorong yang lama kelamaan menghilangkan kemampuan penglihatan. 

“Jadi kalau lapang pandangan menyempit, penglihatan turun, maka dia sudah tidak bisa terang lagi. Walaupun sudah dilakukan tindakan,” paparnya. 

Jenis Glaukoma

Pada kesempatan itu, ia juga menjelaskan tentang jenis glaukoma. Menurutnya, glaukoma terbagi kedalam dua jenis yakni kronis dan akut. Glaukoma kronis biasanya tidak bisa dirasakan gejalanya bahkan sering tidak khas. Hanya timbul rasa penat atau tidak nyaman di mata. 

“Yang dikhawatirkan, biasanya kalau diderita orang usia di atas 50 maka penglihatan kabur dianggap hal biasa bagi usia tua.  Sehingga mereka enggan datang periksa sampai mengalami mata kabur parah,” tuturnya. 

Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi ini adalah deteksi dini. Terutama untuk orang-orang yang memiliki faktor resiko. Antara lain orang yg dalam keluarganya punya riwayat menderita glaukoma atau menderita minus tinggi. 

“Orang yang menggunakan obat-obatan kortikosteroid dan memiliki obat-obatan kortikosteroid penyakit sistemik seperti diabetes, gagal ginjal kronis dan hipertensi juga rentan terhadap penyakit ini,” jelasnya. 

Kemudian, lanjut Yulia, glaukoma akut pasien dengan glaukoma jenis ini mengalami peningkatan tekanan bola mata yang mendadak. Dari normalnya rata-rata 20mmH20 menjadi 50mmH20. 

“Ini memang akan terasa sangat sakit. Karenanya jika pasien merasakan nyeri hebat pada matanya disertai sakit kepala, mual dan muntah harap segera ke dokter mata,” tambah Dokter Yulia. 

Selain itu, beberapa gejala glaukoma akut ini antara lain penglihatan yang turun drastis. Kemudian mata merah yang seringkali diawali melihat lingkaran atau hallow di sekitaran sumber cahaya. 

“Anjuran segera ini agar dokter bisa membantu menurunkan tekanan pada matanya hingga normal.  Setelah diturunkan. Kemudian dicari penyebab serangan pupil. Kalau primer dapat dilakukan tindakan laser atau pembedahan. Kalau sekunder dicari penyebabnya,” paparnya. 

Pentingnya Deteksi Dini

Deteksi dini atau skrining, sambungnya, bisa menyelamatkan penglihatan. Setelah terdeteksi glaukoma dan mendapatkan obat, pasien juga diwajibkan agar disiplin dalam mengkonsumsi obat. Karena kepatuhan dalam mengkonsumsi obat ini sangat berpengaruh pada efektifitas pengobatan glaukoma.

“Pesan dr kami, lakukan pemeriksaan rutin mata 2-3 tahun sekali. Terutama saat usia di atas 40 thn. Terutama klau anda punya resiko-resiko penyakit yg mengganggu kesehatan mata,” tukasnya.

Penulis: Ismaul Choiriyah 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp