Intensitas Inovasi dari Perusahaan yang Memiliki Hubungan dengan Militer

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Army MWR

Koneksi militer dalam studi bisnis berkembang pesat baru-baru ini, meskipun jumlah CEO yang memiliki koneksi militer menurun. Literatur yang berkembang menunjukkan bahwa para pemimpin militer dianggap memiliki sifat-sifat potensial yang menguntungkan bagi pengembangan bisnis. Baru-baru ini wawancara dengan para pemimpin militer dan pakar bisnis, menyoroti bahwa kualitas bisnis yang dijalankan dengan baik digambarkan dalam kondisi terbaiknya, seperti halnya militer AS. Nilai, komitmen, dan integritas karier militer harus dijalin ke dalam pernyataan misi dan mantra perusahaan. Studi menunjukkan kemungkinan beberapa kelemahan personel militer sebagai manajemen bisnis. Studi psikologi menyiratkan bahwa personel militer kurang memiliki kemampuan untuk merasakan emosi, seperti seperti robot yang bisa bertindak tetapi tidak merasakan (Gray dan Wegner, 2011, 2012). Selain itu, berdasarkan dyadic morality theory (DMT), persepsi masyarakat tentang personel militer didominasi oleh pemikiran positif dan sebagai pahlawan (Schein dan Gray, 2018), yang dapat meminimalkan kesadaran ketidakmampuan personel militer untuk merasakan emosi dan sensasi (Shepherd et al.al., 2019).

Keberadaan pihak independen dalam suatu perusahaan juga akan berkaitan dengan besarnya biaya audit (Stewart et al., 2016). Keberadaan anggota dewan independen dapat mengakibatkan pengurangan biaya audit karena keberadaan dewan independen harus meningkatkan lingkungan pengendalian (Knechel & Willekens, 2006). Berdasarkan penelitian terdahulu, tata kelola risiko yang kuat dipicu oleh keberadaan komite manajemen risiko dan lebih banyak komisaris independen. Tata kelola risiko yang lebih kuat akan menghasilkan risiko pengendalian yang lebih rendah. Di sisi lain, komite audit independen berhubungan positif dengan biaya audit (Abbot et al., 2003). Pasalnya, tuntutan peningkatan cakupan audit akan menyebabkan biaya audit yang lebih tinggi. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa independensi komite tidak terkait dengan biaya audit. Namun, belum ada literatur tentang bagaimana komisaris independen mempengaruhi hubungan antara komite manajemen risiko dan biaya audit. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan 57/POJK.04/2017, keberadaan komisaris independen merupakan instruksi wajib bagi perusahaan terbuka di Indonesia. Selanjutnya dewan komisaris harus terdiri lebih dari 2 (dua) orang, dan persentase jumlah komisaris independen dibutuhkan sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Komisaris independen wajib menjalankan fungsi audit dewan komisaris.

Metode Penelitian dan Hasil

Saya, Iman Harymawan, Bersama Fajar Kristanto Gautama Putra, Amalia Rizki, dan Mohammad Nasih telah melakukan penelitian terkait preferensi risiko perusahaan yang berhubungan dengan militer, khususnya dalam kebijakan investasi. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Indonesia dengan pengecualian SIC 6 dari periode 2010 hingga 2018, yang berjumlah 2.504 observasi sebagai sampel akhir. Kami menggunakan ordinary least square regression dengan pendekatan cluster (Petersen, 2009) untuk menguji hipotesis penelitian kami. Kami juga menggunakan Coarsened Exact Matching (CEM), Heckman two stage regression dan change analysis regression untuk mengatasi masalah endogen.

Studi ini menegaskan bahwa perusahaan yang memiliki koneksi militer memiliki intensitas inovasi yang lebih rendah, baik dalam aktivitas inovasi maupun output, dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki koneksi militer. Hasil kami kuat karena kami menggunakan beberapa tes endogenitas untuk meminimalkan bias pemilihan sendiri. Selain itu, kami menggunakan beberapa tes tambahan untuk meningkatkan pemahaman kami tentang hubungan perusahaan yang berhubungan dengan militer dengan intensitas inovasi. Temuan kedua penelitian ini menunjukkan bahwa DIBOC memperlemah hubungan antara komite manajemen risiko dan biaya audit. Komite manajemen risiko mungkin menuntut jaminan eksternal berkualitas tinggi, tetapi dapat diabaikan karena komite manajemen risiko tidak memiliki kewenangan untuk memilih auditor eksternal sementara komisaris independen memilikinya. Penelitian ini berpendapat bahwa pengaruh komisaris independen lebih besar dari RMC karena posisi komisaris independen lebih tinggi dari posisi komite manajemen risiko.

Selanjutnya, penelitian ini juga dapat menawarkan wawasan tentang perdebatan tentang lingkungan eksternal perusahaan yang terhubung dengan militer. Sementara perilaku menghindari risiko dari perusahaan yang terhubung dengan militer secara umum diterima dan diterapkan pada pengaturan intensitas inovasi, harus ditekankan lagi bahwa perilaku menghindari risiko kurang dominan dengan keterampilan adaptasi lingkungan teknologi dari manajemen yang berpengalaman militer. Sebaliknya, jika perilaku menghindari risiko dari pemahaman perusahaan terkait militer tidak diikuti, pemegang saham yang memilih manajemen berdasarkan pengalaman militer mereka akan disalahartikan sebagai konsekuensinya, yang bahkan dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal penting.

Temuan penelitian ini, bagaimanapun, perlu dipahami adanya keterbatasan yang dimilki. Studi ini tidak mempertimbangkan persentase individu manajemen dengan pengalaman militer, yang masuk akal saling terkait dengan pengaruhnya terhadap kebijakan perusahaan. Kami mendorong penelitian masa depan untuk menggunakan pengukuran ini untuk memberikan penjelasan yang lebih komprehensif mengenai hubungannya.

Penulis: Iman Harymawan, S.E., MBA., Ph.D

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.emerald.com/insight/1743-9132.htm

Harymawan, I., Putra, F. K. G., Rizki, A., & Nasih, M. (2021). Innovation intensity of military-connected firms. International Journal of Managerial Finance.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp