Zat besi (Fe) berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis seperti transpor oksigen, regulasi gen, sintesis DNA, proses perbaikan DNA, dan fungsi di sistem saraf pusat khususnya otak. Adanya penurun kemampuan dalam pengunaan zat besi dapat menyebabkan gangguan pada jalur ini dan menimbulkan beberapa morbiditas. Tiga (3) kompartemen besi di dalam tubuh yang paling utama adalah cadangan besi, transpor besi, dan besi fungsional. Anemia yang disebabkan oleh defisiensi Fe dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan motorik sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan produktivitas.
Defisiensi besi terbagi atas empat (4) kategori utama yaitu: 1) deplesi besi (kondisi dimana besi yang rendah mempengaruhi organ non-hematologi seperti otak dan otot); 2) iron-restricted erythropoiesis (kondisi dengan gangguan hematologi tanpa bukti adanya anemia atau mikrositosis); 3) anemia defisiensi besi; dan 4) defisiensi besi fungsional (kondisi dimana cadangan besi di sumsum tulang adekuat tetapi terdapat insufisiensi mobilisasi besi ketika diperlukan oleh tubuh).
Anemia defisiensi besi dapat timbul karena diakibatkan pasokan besi yang kurang mencukupi sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam mempertahankan kadar hemoglobin. Komplikasi pada anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia-IDA) sudah diketahui dengan baik, tetapi defisiensi besi sendiri memiliki dampak negatif terhadap kesehatan penderita anak.
Sekitar 50% kasus anemia disesbabkan karena defisiensi besi, tetapi proporsi ini tergantung kelompok populasi di masing-masing negara. Prevalensi anemia defisiensi besi yang tinggi di negara berkembang sering disebabkan karena kekurangan nutrisi yang diperberat oleh proses kehilangan darah yang kronis pada penyakit infeksi parasit dan malaria. Diagnosis banding anemia pada anak cukup luas, tetapi dapat dipersempit melalui klasifikasi anemia mikrositik berdasarkan morfologinya. Defisiensi besi dan talasemia minor adalah penyebab tersering anemia mikrositik pada anak.
Beberapa parameter hematologi dan biokimiawi digunakan untuk skrining dan diagnosis anemia defisiensi besi pada anak, namun tidak ada parameter tunggal yang terbaik dalam mendiagnosis defisiensi besi dengan atau tanpa anemia. Standar baku emas untuk identifikasi defisensi besi adalah pemeriksaan sumsum tulang atau biopsi sumsum tulang dengan pewarnaan Prussian blue, namun pemeriksaan ini invasif. Derajat defisiensi besi dapat diketahui melalui pemeriksaan penunjang seperti ferritin (mengukur total Fe), saturasi transferin (mengukur transpor besi), serum iron, pemeriksaan hematologi dan biokimiawi lain.
Penulis: Yulia Nadar Indrasari, dr, SpPK
Informasi detail dari tinjauan pustaka ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Yulia Nadar Indrasari, Siti Nurul Hapsari, Muhamad Robiul Fuadi.
IntechOpen.com. Published: February 28th, 2022;
DOI: http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.102792
Potential Marker for Diagnosis and Screening of Iron Deficiency Anemia in Children | IntechOpen