Perbedaan Pola Durasi Growth Spurt berdasarkan Usia Kronologis dan Jenis Kelamin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Firstcry

Masa pertumbuhan dan perkembangan adalah masa berbagai perubahan, termasuk di rongga mulut. Bukti pertumbuhan dan perkembangan adalah proses penggantian gigi sulung dengan gigi permanen. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi intrauterin dan berlanjut sampai dewasa. Di dalam proses menuju dewasa, anak-anak harus pergi melalui berbagai tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai dengan pematangan fisik organ (seksual) sehingga mereka dapat bereproduksi, ciri kelamin sekunder muncul, tinggi badan bertambah dan berat badan, pertumbuhan tulang disertai dengan peningkatan massa tulang, perubahan komposisi tubuh, dan perubahan psikologis dan kognitif.

Identifikasi periode percepatan pertumbuhan secara individu penting, salah satunya dalam perawatan ortodontik karena modifikasi pertumbuhan paling baik dicapai selama periode percepatan pertumbuhan remaja (pubertal), yaitu ketika tulang wajah yang berbeda tumbuh pada tingkat yang optimal sehingga dapat memaksimalkan hasil perawatan. Ada variasi yang berbeda pada waktu, durasi dan kecepatan pertumbuhan, sehingga perlunya menilai tingkat perkembangan individu. (Dzemidzic, et al. 2016, Jeelani, Fida dan Shaikh 2016)

Pertumbuhan dan perkembangan dapat dinilai melalui beberapa parameter diantaranya melalui usia kronilogis, maturasi gigi, dan maturasi skeletal. Usia kronologis merupakan parameter yang paling jelas dan mudah dimana dapat dilihat melalui tanggal lahir anak, namun bukan merupakan indikator yang akurat dalam tingkatan perkembangan dikarenakan tumbuh kembang berbeda-beda pada masing-masing individu, sehingga parameter yang sering digunakan yaitu melalui maturasi gigi dan maturasi skeletal. Usia skeletal ditentukan dengan melihat kematangan skeletal yang mengacu pada tingkatan perkembangan dari osifikasi pada tulang. Salah satu penilaiannya dapat menggunakan cervical vertebrae maturation (CVM) melalui radiografi sefalometri.  (Nanda, et al. 2017).

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal meliputi jenis kelamin, kebidanan dan ras atau etnis. Jika faktor-faktor tersebut dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.

Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tumbuh kembang anak antara lain: pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya dan pendapatan keluarga. Faktor-faktor tersebut akan saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi asupan nutrisi dan infeksi pada anak. Ketersediaan unsur hara pada tingkat sel yang rendah yang pada gilirannya akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu.

Pada negara Indonesia dan Malaysia, memiliki rumpun ras yang sama yaitu deutromelayu namun dua negara ini memiliki perbedaan. Di Negara Malaysia, memiliki penduduk dengan etnis yang lebih beragam, terdapat etnis cina, india, dan melayu itu sendiri. Perbedaan etnis yang multicultural ini yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tiap individu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan durasi growth spurt antara anak laki laki dan perempuan pada negara Indonesia dan Malaysia dilihat dari Cervical Vertebrae Maturation. Informasi ini penting untuk menentukan waktu dan rencana perawatan orthodonti pada anak yang tepat agar mendapatkan hasil perawatan maksimal.

Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat perbedaan signifikan antara durasi growth Spurt anak laki-laki & perempuan ditinjau dari cervical vertebrae maturation (CVM). Pada sampel laki-laki, terdapat rerata kenaikan tingkat CS 3 menuju CS 4 yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pada sampel perempuan.

Pada penelitian juga didapatkan bahwa durasi percepatan pertumbuhan antara Indonesia dan Malaysia pada anak laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan yang signifikan. Penyebabnya, Malaysia dan Indonesia memiliki ras yang sama, Deutro melayu. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara bukan hanya karena letak geografis yang bertetangga tetapi memiliki keragaman budaya yang hampir sama. Yang membedakan Indonesia dan Malaysia, bahwa Malaysia memiliki keragaman budaya yang didukung oleh keterampilan yang dapat mendorong proses komunikasi yang efektif. Hal ini tidak lepas dari peran etnis asal Malaysia, yaitu Etnis Melayu. Di Malaysia, ada banyak budaya seperti Cina, India, etnis Melayu itu sendiri. Dari data tersebut kami kira data diambil dari etnis Melayu karena etnis Melayu memiliki banyak kesamaan dengan orang Indonesia.

Penulis: Prof. Seno Pradopo, drg., SU., Ph.D., Sp.KGA (K)

Link: https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/17643

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp