Dampak Penurunan Kunjungan Wisata Budaya Akibat Pandemi COVID-19 terhadap Perekonomian Blitar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kampung Budaya Blitar

Sektor ekonomi di dunia mengalami dampak negatif yang cukup signifikan akibat pandemi COVID-19. Virus ini telah menjadi pandemi global dan menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Pandemi tersebut menyebabkan gejolak di sektor kesehatan dan ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,9% pada tahun 2020 (IMF, 2020). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen dibandingkan tahun 2019 (BPS, 2021). Pertumbuhan ekonomi negatif juga terjadi di tingkat daerah. Dalam hal ini Kabupaten Blitar pada tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,29%, lebih besar dari kontraksi secara nasional (BPS Kabupaten Blitar, 2020).

Blitar merupakan daerah yang dikenal dengan sektor pariwisata yang beragam (Lathifaturrohmah et al., 2021). Salah satu jenis objek wisata di Blitar adalah wisata budaya. Ada warisan budaya tak benda di Blitar, seperti tradisi Larung Sesaji di Pantai Tambakrejo, Reog Bulkiyo, Jamasan Kyai Pradah, dan Grebeg Pancasila. Selain itu juga ada benda cagar budaya yang ada di kawasan ini antara lain Candi Sawentar, Candi Gedog, Candi Penataran, Candi Simping, Istana Gebang, dan makam Soekarno, proklamator kemerdekaan Indonesia (Hartono, 2020). Selain itu, ada berbagai makanan khas Blitar, antara lain makanan pokok (nasi punten dan ampok), lauk pauk berbahan dasar daging (peyek uceng dan ikan kuthuk), lauk nabati berupa tahu bumbu, sop (sup lodeh tewel), sepinggan. (rujak cingur dan soto soto), jajanan (wajik klethik, geti dan opak gambir), dan minuman berupa es pleret.

Keanekaragaman cagar budaya yang ada di Blitar berpotensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Pemanfaatannya tidak hanya sebatas nilai sejarah dan filosofis tetapi juga dari segi nilai ekonomi melalui pengembangan pariwisata berbasis budaya. Wisata budaya dapat menciptakan lapangan kerja dan juga berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Namun, pandemi COVID-19 secara signifikan mengurangi sektor pariwisata karena pembatasan untuk mengekang penyebaran virus. Tak terkecuali sektor pariwisata di Blitar. Studi ini mengkaji dampak penurunan kunjungan wisatawan ke objek cagar budaya di kawasan Blitar akibat pandemi COVID-19 terhadap perekonomian daerah Blitar.

Industri pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Industri ini telah menjadi sumber pendapatan, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan dan transfer modal manusia, yang semuanya penting untuk pertumbuhan ekonomi. Namun, sedikit studi empiris telah dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah di Indonesia. Studi ini berusaha untuk mengisi kesenjangan dalam literatur dengan menganalisis hubungan pariwisata, PDRB, inflasi dan juga termasuk shock yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Dalam hal ini, kami memfokuskan penelitian kami di Kabupaten Blitar dengan menggunakan data bulanan dari tahun 2015 hingga 2020. Kami menggunakan prosedur analisis time series, yang mencakup pengujian stasioneritas data variabel, menguji kointegrasi, dan memperkirakan hubungan antar variabel menggunakan metode VECM.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pandemi COVID-19 berdampak secara drastis pada sektor ekonomi dan wisata budaya di Kabupaten Blitar. Dampak yang dialami oleh sektor wisata budaya antara lain penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup signifikan sehingga mengakibatkan berkurangnya omzet pedagang dan UMKM. Hasil estimasi menunjukkan bahwa wisata budaya memberikan dampak yang signifikan baik terhadap PDRB maupun pertumbuhan PDRB Kabupaten Blitar. Sementara itu, pandemi COVID-19 berdampak langsung pada perekonomian masyarakat sekitar karena banyak destinasi dan industri harus tutup sementara selama pandemi. Efek negatifnya bahkan menyebabkan beberapa bisnis harus tutup secara permanen. Akibatnya, banyak masyarakat di sekitar destinasi wisata yang kehilangan sumber mata pencahariannya. Hal ini membutuhkan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, seperti pengadaan pariwisata virtual, promosi, dan peningkatan infrastruktur terkait wisata untuk mempersiapkan kepulangan wisatawan setelah pandemi.

Kualitas infrastruktur terkait wisata, seperti fasilitas lokal seperti jalan, bandara, sistem transit, situs warisan, taman nasional, museum, dan atraksi wisata lainnya, merupakan prediktor penting dari permintaan pariwisata. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB riil dapat membantu meningkatkan kualitas infrastruktur yang terkait dengan pariwisata dan berkontribusi pada pertumbuhan jangka panjang sektor pariwisata. Pada tingkat makro, pemerintah provinsi dan pusat dapat memilih untuk menekankan proyek perbaikan infrastruktur untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, yang menguntungkan industri pariwisata. Selain infrastruktur umum, prioritas alokasi uang harus mencakup, misalnya, peningkatan kualitas pasokan air, pembuangan sampah, dan pasokan energi, yang semuanya berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Fokus pada komponen pertumbuhan ekonomi ini juga dapat membantu mendorong sektor pariwisata, karena ketersediaan layanan publik ini secara langsung berdampak pada daya tarik suatu destinasi wisata.

Perekonomian yang membaik juga terkait dengan lingkungan bisnis yang lebih kondusif, yang mendorong pertumbuhan perusahaan yang terkait dengan pariwisata seperti hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan, sehingga menarik lebih banyak pengunjung internasional ke negara itu. Kondisi ini mengharuskan instansi pemerintah untuk mengembangkan program yang mendorong investor untuk berinvestasi di restoran, bar, dan tempat hiburan lainnya. Selain itu, pemerintah daerah juga dapat memilih untuk mempertimbangkan kemitraan publik-swasta, yang terbukti dapat meningkatkan efisiensi investasi pemerintah sekaligus mengurangi masalah underinvestment yang disebabkan oleh asimetri informasi ketika diserahkan kepada sektor swasta (Chauhan dan Marisetty, 2019). ). Selain itu, mengingat kunjungan mereka sebelumnya, layanan yang diberikan oleh industri ini dapat memengaruhi niat wisatawan untuk kembali.

Penulis: Ilmiawan Auwalin, Alissa Qadrunnada, Rezhi Vauzi & Siti Arifah

Tulisan ini diringkas dari artikel jurnal dengan judul: “Impact of Decrease in Cultural Tourism Visits on Gross Regional Domestic Product of Blitar Regency During the COVID-19 Pandemic” yang telah diterbitkan di Journal of Indonesian Applied Economics. Artikel jurnal dapat diakses di: https://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/view/392

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp