Sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, COVID-19 telah menyebar di berbagai belahan dunia dan telah menjadi masalah bersama bagi sebagian besar negara di dunia. Menyikapi semakin meluasnya penyebaran COVID-19, World Health Organization (WHO) menyarankan agar dilakukannya penyesuaian jarak aman melalui kebijakan physical distancing. Melalui kebijakan physical distancing, diharapkan penyebaran COVID-19 relatif lebih terkontrol dan juga untuk meminimalisir kemungkinan terjangkit COVID-19.
Meskipun kebijakan physical distancing, tidak diragukan lagi, memainkan peran penting dalam mencegah semakin meluasnya penyebaran COVID-19, kebijakan tersebut juga memberi dampak negatif pada kesehatan mental masyarakat khususnya bagi para remaja. Diberlakukannya kebijakan physical distancing secara otomatis telah mengurangi interaksi sosial dan menjadi salah satu sebab semakin memburuknya tingkat stress dan kesehatan mental remaja.
Tinjauan literatur sistematis ini dimaksudkan untuk membahas faktor-faktor apa saja yang memicu munculnya masalah kesehatan mental remaja selama berlangsungnya kebijakan physical distancing dan mengidentifikasi kasus-kasus kehatan mental yang terjadi di kalangan remaja sebagai akibat dari diterapkannya kebijakan physical distancing. Selain itu, tinjauan literatur sistematis ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai langkah pencegahan yang dapat diambil terkait dengan masalah kesehatan mental remaja selama berlangsungnya kebijakan physical distancing.
Sebab-sebab Masalah Kesehatan Mental Remaja selama Kebijakan Physical Distancing
Dengan berpedoman pada metode Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA), tinjauan literatur sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi sebab-sebab masalah kesehatan mental di kalangan remaja selama berlangsungnya kebijakan physical distancing dan bagaimana dampak physical distancing pada kesehatan mental remaja di masa pandemi. Total sebanyak 454 studi terkait kebijakan physical distancing dan kesehatan mental dikalangan remaja berhasil diidentifikasi dari beberapa database, yakni Pubmed, Science Direct, Sage, Emerald, and Proquest. Pemilihan judul dari setiap database didasarkan pada kerangka Patient Problem, Intervention, Comparison or Control, and Outcome (PICO) dengan menggunakan beberapa kata kunci dalam proses pencarian literatur, yakni kebijakan physical distancing, kesehatan mental, dan remaja.
Dari 454 artikel yang teridentifikasi, diperoleh sebanyak delapan artikel yang memenuhi kriteria dan relevan dengan tujuan penelitian ini. Delapan artikel terpilih tersebut merupakan artikel yang terbit antara tahun 2020-2021 terkait dampak dari kebijakan physical distancing pada kesehatan mental remaja. Social networking, lack of privacy, digital exclusion, academic stress, institutional dissatisfaction, fear of being infected, physical activity, and dietary behaviors merupakan beberapa determinan dari masalah kesehatan mental remaja selama kebijakan physical distancing.
Kasus-kasus Kesehatan Mental Remaja selama Berlangsungnya Kebijakan Physical Distancing
Diterapkannya kebijakan physical distancing, selain berdampak baik dalam mencegah penyebaran COVID-19,telah memunculkan masalah kesehatan mental khususnya dikalangan remaja. Hasil tinjauan literatur sistematis menunjukkan bahwa terdapat beberapa kasus kesehatan mental yang muncul selama berlangsungnya kebijakan physical distancing, seperti loneliness, stress, depression, anxiety, emotional disorder, conduct disorder, hyperactivity, felt sad, eating junk food, motivation, dan difficulty falling asleep. Selain itu, hasil tinjauan literatur sistematis juga menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan dengan remaja perempuan.
Lebih lanjut, hasil penelitian ini menyediakan berbagai alternatif yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk meminimalisir terjadinya masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Orang tua bisa menjadi teman berbagi, tidak membicarakan hal-hal mengenai COVID-19 terlalu sering, mencari aktivitas yang menyenangkan dan lebih produktif, serta membiarkan para remaja membangun komunikasi dengan teman-teman mereka merupakan beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh orang tua untuk meminimalisir terjadinya masalah kesehatan mental remaja.
Penulis : Ira Nurmala, S.KM., M.PH., PhD
Informasi detail artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di International Journal of Public Health Science yang dapat diakses melalui link berikut:
http://doi.org/10.11591/ijphs.v11i1.21123
Sholihah, I.F., Nurmala, I., Sulistyowati, M., Devy, S.R. The impact physical distancing during the COVID-19 pandemic on mental health among adolescents: A systematic literature review. International Journal of Public Health Science. 2022. 11(1), 69–76. http://doi.org/10.11591/ijphs.v11i1.21123