Alumnus FEB UNAIR Bagikan Pengalaman Menjadi Awardee LPDP dalam Negeri

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Billy Purwocaroko Noeringtyas alumnus FEB UNAIR awardee di di Master of Business Administration SBM-ITB.

UNAIR NEWS – Organisasi Bidikmisi Universitas Airlangga (AUBMO) berkolaborasi dengan Titik Jeda menyelenggarakan sharing session bertajuk “Be An Awardee and Start Amazing Journey” pada Sabtu (29/1/2022). Gelaran ini salah satunya menghadirkan Billy Purwocaroko Noeringtyas, awardee beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI.

Billy, sapaan akrabnya, berhasil meraih beasiswa LPDP untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Master of Business Administration SBM-ITB. Memulai studi magisternya di tahun 2019, Billy menceritakan kisahnya beberapa kali ditolak saat melamar beasiswa untuk studi lanjutan.

“Di tahun 2013, saya sudah ter-eksposure mengenai bagaimana saya ingin kuliah di luar negeri,” papar alumnus program studi Ekonomi Islam FEB UNAIR tahun 2016. Namun, takdir berkata lain. Setelah beberapa kali melamar beasiswa, ia justru diterima untuk berkuliah di kampus dalam negeri.

Pada sharing session itu, Billy membagikan beberapa pengalamannya sebagai awardee beasiswa LPDP. “Mencari beasiswa itu bukan perkara sprint (lari pendek, Red), tapi perkara maraton. Jadi, napasnya harus panjang, niatnya harus kuat, dan jangkarnya harus benar,” ungkap Billy. Ia menegaskan bahwa tidak perlu berkecil hati seandainya sudah beberapa kali mendaftar beasiswa namun belum juga diterima.

Untuk mendaftar beasiswa, ungkap Billy, setidaknya diperlukan persiapan selama kurang lebih enam bulan lamanya. Untuk beasiswa LPDP, detail teknis pendaftaran dapat diakses di website LPDP. “Kurang lebih akan ada tiga tahap seleksi yaitu seleksi administrasi, ujian SBK (Seleksi Berbasis Komputer, Red), dan seleksi wawancara,” jelas Billy.

Ujian SBK menjadi tantangan terberat bagi Billy. Pasalnya, ia sempat dua kali gagal dalam tes ini sebelum akhirnya pada tes ketiga ia dinyatakan lolos.

Di sharing session itu Billy juga menceritakan bagaimana godaan-godaan yang dihadapi para mahasiswa selama masa perkuliahan studi pascasarjananya. “Banyak banget teman-teman saya di ITB yang kuliahnya bahkan molor lebih dari 24 bulan bahkan lebih dari 36 bulan,” ujarnya. “Ada juga godaan dari luar seperti pemikiran apa yang harus dilakukan setelah lulus kuliah, kegiatan riset yang nggak selesai-selesai, usia yang sudah kepalang tanggung, dan sebagainya,” lanjut Billy.

Namun, lanjutnya, godaan-godaan setelah berkuliah menurutnya akan jauh lebih berat. “Ada yang kuliah di dalam negeri kemudian memutuskan untuk berkarier di luar negeri. Ada pula yang sebaliknya dan melupakan niat awal untuk membangun bangsa ini bersama-sama,” pungkasnya. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp