Karbofuran (2,3-dihidro-2, 2-dimetil, -7benzofuranil metil karbamat) merupakan insektisida dari golongan karbamat. Karbofuran paling sering digunakan dan menyebabkan banyak kejadian keracunan pada manusia dan hewan. Penggunaan karbofuran secara intensif dapat meninggalkan residu, pencemaran, dan meracuni lingkungan sehingga mengurangi populasi berbagai hewan yang berguna. Pemberian karbofuran secara oral telah terbukti merangsang terbentuknya radikal bebas oksigen (Reactive Oxygen Species/ROS). Kerusakan sel oleh karbofuran dikaitkan dengan pembentukan ROS atau radikal bebas di dalam tubuh. Target kerusakan organ akibat efek karbofuran adalah otak, hati, otot, dan jantung.
Hati adalah kelenjar terbesar dan merupakan organ vital bagi manusia dan hewan. Hati merupakan organ yang berperan dalam proses detoksifikasi produk sisa metabolisme zat makanan, obat-obatan, dan zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. Adanya zat toksik yang terbawa dalam aliran darah vena portal dapat menyebabkan sel-sel hati di sekitar portal mengalami kerusakan sel yang paling besar. Dampak ROS memicu terjadinya kongesti, infiltrasi sel inflamasi (radang) dan nekrosis hati.
Masa laktasi merupakan masa kritis bagi perkembangan individu postpartum karena fungsi dan sistem organ masih berkembang sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Metabolit dalam susu akibat paparan insektisida pada ibu menyusui memungkinkan transmisi zat beracun ke anak. Susu yang melewati sistem pencernaan akan mengalami proses penyerapan dan didistribusikan ke seluruh organ tubuh termasuk hati, oleh karena itu zat racun dalam susu diduga dapat menyebabkan kerusakan sel hati.
Rumput Kebar mengandung senyawa flavonoid dan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa fenolik sebagai antioksidan memiliki mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengikat logam, dan mencegah pembentukan singlet oksigen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak rumput kebar dalam mengurangi dampak kerusakan hati pada anak mencit (Mus musculus) dari induk yang terpapar karbofuran selama masa laktasi. Mencit laktasi sebanyak 42 ekor yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor mencit. Karbofuran, ekstrak rumput kebar, dan vitamin C diberikan secara oral pada hari 1 sampai 14 setelah lahir. Kelompok ini terdiri dari K (akuades), P1 (karbofuran 1/4 LD50 0,0125 mg/hari), P2 (karbofuran 1/8 LD50 0,00625 mg/hari), P3 (ekstrak rumput kebar 3,375 mg (0,2 ml) + karbofuran 1/ 4 LD50), P4 (Ekstrak rumput kebar 3,375 mg (0,2 ml) + carbofuran 1/8 LD50), P5 (vitamin C 5 mg (0,2 ml) + carbofuran 1/4 LD50), dan P6 (vitamin C 5 mg (0,2 ml) + karbofuran 1/8 LD50). Pada hari ke-15 setelah lahir, anak mencit dikorbankan dan diambil hatinya untuk pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan hematoxilin dan eosin. Data skoring dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antar kelompok perlakuan. Rerata P4 pada degenerasi adalah (1,13), nekrosis (1,13) dan inflamasi (0,73), sedangkan rerata P6 pada degenerasi adalah (2,20), nekrosis (2,73) dan inflamasi (1,93). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak rumput kebar lebih efektif daripada vitamin C dalam mengurangi kerusakan hati pada anak mencit (Mus musculus) dari induk yang terpapar karbofuran selama masa laktasi.
Penulis: Epy Muhammad Luqman
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di
Nama jurnal: Polish Journal of Veterinary Sciences
Link jurnal: https://journals.pan.pl/pjvs
Link artikel: https://journals.pan.pl/dlibra/publication/139982/edition/122033/content