Pandemi COVID-19 dan Tantangan Pendidikan Dokter Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh smarterhealth.id

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang berbeda bagi setiap orang. Dampaknya tidak hanya pada mortalitas dan morbiditas pada orang yang terinfeksi tetapi juga pada kesehatan mental orang yang tidak terinfeksi. Selain dari sisi kesehatan, sektor lain yang mungkin juga terkena dampak adalah sektor industri, pariwisata, dan pendidikan.

Pandemi COVID-19 menjadi tantangan besar bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan seperti dosen, mahasiswa, serta pimpinan dan staf. Pembelajaran yang sebelumnya disampaikan secara langsung atau luring di kelas telah beralih ke platform online. Salah satu solusi dalam dunia pendidikan adalah penggunaan asynchronous learning, yang memungkinkan pembelajaran untuk dilakukan pada waktu yang berbeda. Hal ini memberikan keleluasaan bagi dosen untuk menyiapkan materi pembelajaran dan memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan belajar dan pekerjaan di rumah. Sistem ini menciptakan fleksibilitas dalam belajar tanpa mengurangi kompetensi. Dalam bidang kedokteran gigi, selain pembelajaran di kelas untuk memperoleh kemampuan kognitif, pembelajaran untuk mencapai aspek kemampuan psikomotorik juga penting. Kemampuan psikomotorik dalam pendidikan kedokteran gigi ini dapat dilakukan melalui simulasi laboratorium dan pelatihan keterampilan klinis. Beberapa negara telah menerapkan penggunaan virtual reality (VR) di laboratorium simulasi untuk mendapatkan sensasi praktek pada model simulasi. Namun, hal ini belum sepenuhnya disesuaikan oleh semua institusi pendidikan kedokteran gigi karena fasilitas yang dimiliki institusi tersebut masih belum sepenuhnya mendukung teknologi ini. Tingginya risiko penularan melalui aerosol merupakan tantangan utama dalam pendidikan kedokteran gigi berbasis pelatihan keterampilan klinis. Penggunaan tele-dentistry, fasilitas konsultasi medis kedokteran gigi berbasis elektronik, merupakan alternative yang dapat dilakukan. Fasilitas ini dapat mempersingkat kunjungan perawatan gigi yang memiliki risiko penularan tinggi. Selain itu, dalam perawatan gigi darurat dan perawatan gigi lainnya, penggunaan alat pelindung diri (APD) yang memadai dapat mengurangi risiko penularan infeksi. Akhirnya, inovasi pendidikan kedokteran gigi dalam aspek kognitif dan psikomotor sangat dibutuhkan di era pandemi COVID-19 untuk mencapai kompetensi siswa yang optimal.

Penulis: Dr. Agung Sosiawan, drg., M.H., M.Kes.

Informasi detail dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://actamedicaphilippina.upm.edu.ph/index.php/acta/article/view/4630

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp