Cedera sumsum tulang belakang (Spinal Cord Injury/SCI) dapat menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup besar. Spinal Cord Injury dapat berupa nontraumatik atau traumatik. Pada kasus nontraumatik, umumnya berupa penyakit degeneratif, infeksi dan neoplasma (tumor). Penyebab paling umum dari spinal cord injury traumatik adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh, menyelam, dan olahraga berat. Terdapat kecenderungan spinal cord injury lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki lebih banyak mengkonsumsi alkohol, memiliki kebiasaan mengemudi dengan kecepatan tinggi dan mengikuti olahraga dengan resiko cedera yang tinggi.
Penatalaksanaan awal pada cedera servikal melibatkan prinsip protokol Advanced Trauma Life Support (ATLS). Tatalaksana spesifik pada spinal cord injury mengikuti beberapa prinsip dasar yaitu dekompresi struktur saraf, mengembalikan integritas tulang belakang, mencegah dan menangani komplikasi, serta melakukan rehabilitasi yang adekuat. Tatalaksana pada pasien spinal cord injury dapat secara konservatif dan operatif. Beberapa pasien dengan spinal cord injury dapat diterapi secara konservatif dengan pilihan modalitas terapi yang bervariasi mulai dari orthosis yang ringan hingga reduksi menggunakan halo traction dan stabilisasi menggunakan halo jacket. Sedangkan pada terapi operatif terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu pasien yang gagal dilakukan reduksi tertutup, cedera yang tidak stabil, dan terdapat defisit neurologis yang progresif pada pasien. Pasien dengan spinal cord injury dapat dilakukan dekompresi dan/atau stabilisasi dari anterior atau posterior tergantung pada beberapa faktor.
Sayangnya belum ada data yang secara jelas tentang profil spinal cord injury baik disebabkan oleh trauma maupun nontrauma mulai dari data demografi hingga luaran fungsional yang didapatkan pasien di Indonesia khususnya di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Data profil spinal cord injury sangat penting karena dapat digunakan sebagai informasi edukasi Kesehatan dan evaluasi penanganan spinal cord injury.
Sejalan dengan hal tersebut Departemen Orthopedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah melakukan penelitian tentang profil demografik cedera sumsum tulang belakang, sekaligus analisis luaran fungsional setelah dilakukan tindaklanjut selama 6 bulan dan 1 tahun. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian – penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa jumlah kasus SCI traumatik lebih banyak dibandingkan kasus SCI nontraumatik. Kasus SCI traumatik juga lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih muda dibandingkan dengan kasus SCI nontraumatik, yaitu berkisar pada usia 42 tahun. Sementara untuk kasus SCI nontraumatik berkisar pada usia 48 tahun. Laki-laki menjadi kelompok yang lebih dominan dalam pada kasus SCI dibandingkan dengan kelompok perempuan. Hal ini bisa disebabkan oleh tingginya partisipasi laki-laki dalam aktivitas fisik seperti bekerja di tempat konstruksi, berkendara motor dengan kecepatan tinggi, dan aktivitas berisiko lainnya. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab terbanyak pada kasus SCI traumatic. Sementara pada kasus SCI nontraumatik, penyebab yang paling sering adalah penyakit degeneratif. Untuk kasus fraktur servikal sendiri, yang paling sering terjadi adalah fraktur pada bagian lower cervical dibandingkan dengan upper cervical. Dari sejumlah pasien SCI yang diberikan perawatan di RSUD Dr. Soetomo, sebagian besar tidak mengalami kematian, baik pasien yang telah menjalani prosedur operatif maupun yang mendapatkan terapi konservatif. Penyebab kematian tersering pada kasus SCI antara lain disebabkan oleh kondisi gagal napas dan sepsis (infeksi). Dalam penelitian ini, lama perawatan (Length of Stay / LOS) pada pasien SCI traumatik lebih cepat dibandingkan dengan pasien nontraumatik. Adanya kondisi komorbid lain, seperti penyakit neurologis atau penyakit metabolik pada pasien SCI nontraumatik, menjadi alasan LOS pada pasien kelompok tersebut lebih panjang. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa luaran fungsional pada pasien SCI baik traumatic maupun nontraumatik mengalami perbaikan yang signifikan setelah dilakukan tindaklanjut selama 6 bulan dan 1 tahun.
Hasil penelitian ini mendemonstrasikan epidemiologi dan karakteristik dari spinal cord injury berikut dengan luaran fungsionalnya. Aspek ini merupakan hal yang penting sebagai informasi edukatif serta berguna untuk mengevaluasi manajemen spinal cord injury yang ada saat ini.
Oleh: Dr. Lukas Widhiyanto dr, Sp.OT(K), dr Aliefio Japamadisaw, dr. Kukuh Dwiputra Hemugrahanto
Dep. Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Judul Jurnal: A demographic profile of cervical injury : an Indonesian single tertiary hospital study with 6 months to 1-year follow-up.
Authors: Aliefio Japamadisaw, Lukas Widhiyanto, Kukuh Dwiputra Hemugrahanto
Dipublikasikan di: The Egyptian Journal of Neurology, Psychiatry and Neurosurgery (2021) 57:176