Jenis kelamin merupakan informasi yang penting dalam budidaya unggas dan penangkaran burung. Penentuan jenis kelamin pada sebagian burung sulit dilakukan karena memiliki ciri-ciri fenotipik yang sangat mirip antara jantan dan betina. Jenis kelamin pada burung dapat diidentifikasi dengan pengamatan perilaku, ada tidaknya brooding patch, perbedaan sifat morfometrik, pemeriksaan dari gonad dengan laparotomi atau laparoskopi, dan pemeriksaan kromosom seks. Sebagian besar spesies unggas secara seksual bersifat monomorfik yaitu sulit dibedakan secara morfologi antara individu jantan dan betina dengan kata lain sifat monomorfik memperlihatkan sedikit perbedaan seperti warna bulu dan ukuran tubuh yang mana menyebabkan penentuan jenis kelamin secara morfologi luar sulit dilakukan bahkan mustahil untuk dilakukan.
Metode pemeriksaan jenis kelamin pada burung dapat diambil dari bagian bulu karena pada bulu burung dapat menjadi sumber DNA. Penggunaan bulu yang baru dicabut merupakan cara yang sangat efektif untuk mendapatkan sel yang diperlukan dalam analisis DNA. Dengan memakai tiga helai bulu dapat diidentifikasi jenis kelamin burung tersebut.
PCR dapat membantu dalam mengetahui jenis kelamin pada burung monomorfik secara akurat. Teknik PCR yang membutuhkan primer yang spesifik sehingga didapatkan hasil yang optimal. Primer sexing yang sering digunakan yaitu primer P2 dan P8. Kemajuan teknologi di bidang molekuler menjadi pilihan untuk mengidentifikasi jenis kelamin burung. Teknik PCR merupakan salah satu pilihan yang menarik, karena teknik ini mudah digunakan, cepat dan hanya memerlukan sedikit sampel DNA.
Agar tidak terjadi stress pada burung dalam pemeriksaan jenis kelamin maka cara yang sesuai untuk diterapkan adalah dengan melakukan uji dengan menggunakan metode PCR. PCR merupakan teknik untuk menggandakan jumlah molekul DNA secara in vitro. Proses ini berjalan dengan bantuan enzim polimerase dan primer. Primer merupakan oligonukleotida spesifik pada DNA template yang berukuran pendek, yaitu sekitar 18-24 pasang basa. Enzim polimerase merupakan enzim yang dapat mencetak urutan DNA baru. Hasil PCR dapat langsung divisualisasikan dengan elektroforesis. Oleh karena itu teknik pemeriksaan jenis kelamin burung menggunakan sampel bulu lebih disarankan karena tidak menimbulkan stress berlebih pada burung dan juga metode yang cepat dan akurat. Setelah melakukan pemeriksaan jenis kelamin, maka burung akan lebih mudah untuk diternakkan. Selain itu juga untuk harga jual pada burung akan meningkat jika dijual secara berpasangan jantan dan betina yang sudah dilakukan uji PCR ini. Uji PCR ini sudah sangat sering digunakan oleh peternak burung Cucak Rowo, karena dapat menghemat waktu dalam penjodohan burung tersebut agar dapat segera berkembangbiak dan dapat menjual dalam usia anakan dengan sudah diketahui jenis kelaminnya.
Penulis: Probo Warih Tatag Pinayungan