Virus Influenza adalah termasuk ke dalam family Orthomyxoviridae dan dikelompokkan ke dalam strain A, B, C dan D sesuai dengan karakteristik antigenik dari protein inti. Virus Influenza A menginfeksi berbagai macam spesies hewan, termasuk manusia, babi, kuda, mamalia laut dan burung. Terdapat 18 subtipe hemaglutinin yang berbeda (H1-H18) dan 11 subtipe neuraminidase yang berbeda (N1-N11). Dan hanya H1, H2, H3, N1, dan N2 telah dikaitkan dengan epidemi penyakit pada manusia (WHO, 2011).
Indonesia FB pada manusia pertama kali diinformasikan secara laboratorium pada awal bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan jumlah penderita konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semua meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus tersebut pada
akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir September 2017 penderita FB telah tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, D.I. Yogyakarta, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat) yang meliputi 59 kabupaten/kota. Dinamika virus HPAI di Indonesia menunjukkan adanya perubahan yang signifikan meliputi mutasi gen, perubahan patogenitas, fenomena escape mutant, reassortant sampai dengan introduksi jenis baru (Dharmayanti, 2005; 2011; Dharmayanti et al., 2013; Dharmayanti dan Darminto, 2009; Wibawa et al., 2012). Perdagangan unggas hidup dan produknya di pasar tradisional diduga memainkan peranan penting dalam perkembangan dinamika penyakit avian influenza, ini disebabkan .tata niaga perdagangan unggas di negara berkembang seperti Indonesia masih bersifat tradisional dan berpotensi dalam penyebaran wabah penyakit (Suartha et al., 2010).
Faktor yang dapat berkontribusi terhadap penularan virus AI, seperti: globalisasi dan perdagangan internasional, pertanian dan penjualan (pasar unggas hidup) dan unggas liar, serta rute migrasinya (OIE, 2018). Burung liar, sebagai inang alami dan reservoir untuk semua jenis virus Avian Influenza, memainkan peran utama dalam penyebaran virus ini. Penularan juga dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui feses, sekresi, kontak langsung dengan burung yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi dari satu peternakan unggas ke sekitar pemeliharaan ayam buras di tingkat rumah tangga secara mekanik seperti melalui kendaraan, alat-alat yang digunakan, pakaian terutama sepatu yang tercemar (OIE, 2018).
(RT-PCR) dan isolasi virus, menunjukkan keberadaan virus H5N1 baik pada unggas hidup maupun sampel lingkungan di Gresik, Mojokerto, Lamongan dan Surabaya. Uji RT-PCR mendeteksi adanya virus AI sampel dari jenis entok dan ayam kampung walaupun dengan presentase yang rendah yaitu sebesar 6,56%. Uji RT-PCR juga mendeteksi adanya kontaminasi virus AI pada lingkungan pasar tradisional sebesar 17,28% dimana tempat pemotongan unggas maupun lapak penjualan daging ayam menunjukkan persentase tingkat kontaminasi virus AI yang sama yaitu 8,64%. Beberapa sampel yang menunjukkan hasil positif pada uji RT-PCR yang spesifik terhadap gen H5 diperlihatkan pada Gambar 2. Isolasi virus memperlihatkan adanya perbedaan viabilitas yang besar diantara swab kloaka dan lingkungan. Sebanyak 3 isolat virus berhasil ditumbuhkan
dari 4 sampel swab kloaka (75%) yang positif uji RT-PCR. Sementara itu, hanya 2 dari 14 sampel lingkungan (14,28%) yang dapat ditumbuhkan.
Keberhasilan isolasi virus menunjukkan adanya potensi penularan ke induk semang lainnya termasuk manusia. Mengingat peran penting pasar tradisional dalam perkembangan dinamika penyakit maka perbaikan dan restrukturisasi sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Program penutupan pasar secara berkala disertai dengan program pembersihan dan desinfeksi ternyata efektif dalam meminimalisir dan mengeleminasi virus AI (Bulaga et al., 2003; Trock et al., 2008). Perbaikan infrastruktur dan manajemen pasar perlu melibatkan seluruh stakeholders yang terlibat sepertI pemerintah, pengelola pasar, petugas kebersihan, para pedagang dan anggota masyarakat.
Berdasarkan fakta diatas mendorong peneliti untuk melakukan pengembangan lebih lanjut terkait studi identifikasi sirkulasi virus H5N1 di pasar tradisional di Jawa Timur tahun 2022. Studi ini menyarankan bahwa perbaikan tata niaga perdagangan unggas di pasar tradisional sangat penting untuk dilakukan dengan penerapan aspek sanitasi, higien dan biosekuriti untuk mengurangi beban kontaminasi virus di lingkungan pasar.
Program pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI diseluruh dunia telah ditetapkan oleh Office International des Epizooties (OIE) dan World Health Organization (WHO) yang digunakan sebagai acuan. Vaksinasi sendiri dianggap tidak cukup sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini (OIE, 2018)
Penulis: Muhammad ‘Ahdi Kurniawan