Stimulasi dengan Boneka Jari Efektif Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Pra Sekolah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Medcom id

Bahasa merupakan cara efektif untuk berkomunikasi, mengemukakan perasaan, pikiran individu dalam bentuk lambang atau simbol. Bahasa verbal (verbal language) komunikasi dengan menggunakan organ atau lambang verbal yang mengacu pada bahasa lisan. Karakteriktik perkembangan berbicara anak akan berkembang secara optimal pada saat usia 5-6 tahun. Pada usia ini anak sudah memasuki usia pra sekolah yaitu mulai masuk di bangku taman kana-kanak (TK). Teori navitisme mengemukakan bahwa bahasa pertama yang diperoleh anak didapatkan secara genetik atau faktor keturunan dari orang tua. Teori behaviorisme mengemukakan bahwa bahasa anak diperoleh dari stimulus lingkungan, sedangkan menurut teori kognitivisme, bahasa diperoleh secara alamiah, namun juga perlu stimulus dari lingkungan.

Anak usia pra sekolah umur 3-6 tahun mengalami perkembangan fisik dan proses fikir yang sangat cepat dan pesat. Pada masa ini berbarengan dengan bertambahnya kemampuan berbahasa pada anak. Pada anak usia 5-6 tahun sudah mampu menggunakan struktur bahasa dan kosa kata sebanyak 1400-1600 kata dengan urutan bahasa yang benar.

Hasil survei pendahuluan didapatkan hanya 23% anak dapat bercerita tentang pengalaman dan kegiatan sehari-harinya, hal ini menunjukkan bahwa anak masih memerlukan stimulasi yang menyenangkan dan kontinyu agar dapat meningkatkan keterampilan bahasa verbal. Beberapa penelitian tindakan kelas yang menarik, meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa pada anak. Anak usia pra sekolah memiliki kemampuan berimajinasi, keingintahuan yang kuat, senang bermain dengan mematuhi aturan permainan dan sudah bisa mengulang kalimat yang lebih kompleks.

Stimulasi  bahasa pada anak usia dini atau pra sekolah perlu dilakukan dengan beragam variasi yang menarik. Finger puppet atau boneka tangan merupakan alat permainan edukatif anak yang terbuat dari kain flannel seukuran jari yang dibentuk sesuai pola yang diinginkan misalkan hewan, manusia dan sebagainya. Permainan ini memberikan manfaat yang luar biasa dalam kegiatan berdongeng, berbicara atau percakapan yang sangat menyenangkan dalam berinteraksi dengan anak. Penggunaan boneka jari akan merangsang anak untuk bercerita, membatu keterampilan berkomunikasi, kemampuan pragmatik bahasa,  mengembangkan imajinasi, melatih motorik halus, dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi.

Penelitian ini menggunakan desain studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan terhadap 91 responden. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Pengukuran status mental menggunakan SPMSQ menurut Pfeiffer, yang terdiri dari 10 pertanyaan untuk mendeteksi: orientasi, riwayat pribadi, ingatan jangka panjang dan kemampuan matematis. Pengukuran kemampuan interaksi sosial menggunakan kuesioner dengan parameter bentuk interaksi sosial: kerjasama, persaingan, pertikaian dan akomodasi. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan, yang berbentuk skala likert dengan skor penilaian 1-4 untuk setiap jawaban. Penentuan kategori berdasarkan prosentase dengan ketentuan: interaksi sosial kurang < 55%, interaksi sosial sedang 56-75%, dan interaksi sosial baik 76-100%.

Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen dengan pendekatan one-group pretest and posttest design, yaitu dilakukan pengukuran terhadap satu kelompok sebelum diberikan intervensi dan pengukuran kedua setelah intervensi tanpa adanya kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di TK Pertiwi Tuban terhadap 62 anak, dengan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi berupa ceklist tentang kemampuan berbahasa anak usia pra sekolah sesuai dengan 10 ciri perkembangan kemampuan verbal anak 5-6 tahun, dengan pemberian skor: nilai 1, jika anak mampu melakukan dan nilai 0, jika anak tidak mampu melakukan. Hasil skoring kemudian dikategorikan dengan ketentuan: baik 8-10, cukup 5-7, kurang <5.

Pada tahap awal peneliti melakukan pengukuran kemampuan berbahasa pada setiap anak sebelum dilakukan intervensi. Selanjutnya peneliti memberikan intervensi stimulasi perkembangan bahasa anak dengan cara memberikan contoh kepada anak untuk bercerita kegiatannya sehari-hari didepan kelas menggunakan media finger puppet. Kegiatan intervensi stimulasi dilakukan 4 kali pertemuan, selama 2 minggu. Setelah dilakukan intervensi stimulasi perkembangan bahasa, pada minggu berikutnya peneliti melakukan evaluasi kemampuan berbahasa anak dengan memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk bercerita didepan kelas menggunakan finger puppet.

Hasil penelitian menunjukkan perkembangan bahasa anak sebelum stimulasi hampir seluruhnya (88,7%) kurang, perkembangan bahasa anak setelah stimulasi terjadi peningkatan lebih dari sebagian (59,7%) memiliki perkembangan bahasa cukup, dan hasil uji Wilcoxon p=0,000, stimulasi finger puppet berpengaruh signifikan terhadap perkembangan bahasa anak.

Kesimpulan penelitian adalah hampir seluruh anak sebelum dilakukan intervensi stimulasi finger puppet memiliki perkembangan bahasa cukup, akan tetapi setelah dilakukan intervensi stimulasi finger puppet seluruh anak memiliki perkembangan bahasa dalam kategori cukup dan baik, serta terdapat pengaruh stimulasi finger puppet terhadap perkembangan bahasa anak usia pra sekolah.

Penulis : Joko Susanto, S.Kep., Ns., M.Kes.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf12418

http://dx.doi.org/10.33846/sf12418

Fadliyah, L., Susanto, J., & Rukanah, R. (2021). Stimulasi Finger Puppet Terhadap Perkembangan Bahasa Anak PraSekolah. Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES (Journal of Health Research Forikes Voice)12(4).

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp