Berdikari Peralatan Diagnostik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi: Kabar24bisnis

Pandemi corona virus disease 19 (covid-19) sampai hari ini belum berakhir. Seluruh bangsa di dunia melakukan segala upaya untuk mengatasi penyakit ini, diantaranya dengan melakukan diagnose dengan rapid tes maupun tes PCR, pengobatan atau terapi, dan pelaksanaan vaksinasi.

Salah satu kendala dalam diagnose adalah keterbatasan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction). Melalui berita di kompas.com pada tanggal 27 Oktober 2021 Plt. Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir mengatakan “pemerintah akan menambah laboratorium tes PCR di sejumlah daerah”. Ia menuturkan pemerintah saat ini sedang mengidentifikasi daerah-daerah yang belum memiliki mesin PCR dan akan mendorong pengadaan mesin PCR di daerah tersebut. adapun saat ini telah tersedia sekitar 1000 (seribu) laboratorium yang melayani tes PCR.

Saat ini melalui website bppt.go.id didalam artikelnya pada tanggal 27 April 2020 dijelaskan bahwa BPPT melalui Indonesia Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan Covid 19 (TFRIC19) sebentar lagi dapat memproduksi sendiri Test Kit Polymerase Chain Reaction (PCR) secara mandiri dan sedang diproduksioleh PT. Biofarma. Melalui Mesin PCR tersebut masih didatangkan dari luar negeri, karena kita masih belum bisa menciptakan mesin tersebut.

Dapat dikatakan bahwa mesin PCR belum diproduksi di dalam negeri, dan yang membuat kita bangga adalah ada beberapa anak bangsa yang terpanggil untuk membuat salah satu alat diagnose lainnya yaitu Gnose, kemudian ventilator untuk membantu perawatan pasien dimasa pandemic ini. Yang menjadi pertanyaan sampai kapan kita harus mengimpor alat tersebut?

Pernahkah kita terbesit dalam pikiran kapan kita bisa berdiri diatas kaki sendiri (berdikari) dalam pembuatan peralatan diagnostic salah satunya PCR tersebut ataupun peralatan peralatan lainnya  agar kita tidak ketergantungan dengan Negara maju. Apakah selamanya kita jadi konsumen dengan selalu mengimpor alat, atau sebagai Kreator menciptakan sesuatu alat, atau Modificator dengan memodifikasi alat yang sudah ada.

Apabila menjadi creator kita belum mampu maka dimungkinkan kita menjadi modifikator dahulu dengan strategi ATM (Amati-Tiru-Modifikasi). Diperlukan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu (kedokteran, kimia, fisika, teknik mesin, teknik informatika, teknik elekro dll) dikumpulkan menjadi satu tim, duduk bersama di satu meja untuk membedah alat tersebut bersama sama dilihat komponen alat diagnostik.  Sebagai contoh alat PCR maka alat tersebut seyogyanya dipandang dari berbagai perspektif disiplin ilmu, dipelajari materi metodenya kemudian dibuat alat yang prinsipnya sama.

Misalnya ilmuwan kedokteran akan memiliki persepsi bahwa alat ini membutuhkan sampel swab dari tubuh manusia, diharapkan virus dapat terdeteksi oleh alat ini, ilmuwan biomolekuler menganalisa primer yang digunakan, ilmuwan kimia memiliki sudut pandang zat kimia apa saja yang dibutuhkan dalam pengetesan pada alat ini berikut reaksi kimianya, ilmuwan teknik elektro mengamati berapa voltase listrik yang dipakai untuk setiap tahapan proses pengujian, teknik informatika menganalisa bagaimana alat ini mampu menampilkan hasil dari analog ke digital, ilmuwan teknik mesin menganalisa ukuran dan dimensi alatnya. Hal tersebut diatas adalah salah satu contoh kerjasama tim untuk memecahkan suatu masalah dengan dilanjutkan komunikasi yang efektif didalamnya, maka hasil akhirnya adalah terciptanya suatu alat hasil modifikasi.

Dengan adanya produksi sendiri alat kesehatan tersebut, maka harga alat menjadi murah karena dibuat di negeri sendiri, selain itu dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Dampaknya adalah jumlah sampel yang banyak akan segera dilakukan pengetesan, sehingga semakin cepat diagnosanya. Semakin cepat diagnossa semakin cepat pula langkah yang akan diambil oleh petugas kesehatan.

Untuk itu dibutuhkan kolaborasi berbagai ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dalam satu penelitian untuk memecahkan suatu masalah bangsa ini. Jangan ada ego sektoral yang akan merugikan bangsa ini. Hendaknya para ilmuwan baik ditingkat kementerian, lembaga ataupun di tingkat universitas bersatu untuk memajukan Negeri ini.

Salam Berdikari.

Penulis : Ignatius Guritno

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp