Penyakit cacing hati pada ternak merupakan salah satu penyakit parasitik yang sering menyerang pada saat musim penghujan tiba. Penyakit ini diperantarai oleh siput Lymnaea javanica yang berkembang baik pada saat kelembaban udara tinggi yaitu di musim penghujan. Penyebab penyakit cacing hati pada ternak adalah cacing Fasciola gigantica. Fasciola gigantica merupakan cacing hati penyebab fasciolosis pada sapi potong yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan bersifat zoonosis. Ternak yang terserang cacing ini akan mengalami beberapa gejala gangguan kesehatan seperti kekurusan, kelemahan, hilangnya nafsu makan, berkurangnya produktivitas, diare, demam, serta rasa sakit di ulu hati.
Cacing hati F. gigantica merupakan cacing yang berbentuk pipih, berwarna kelabu dan memiliki bentuk seperti daun serta membulat di bagian kepala dan ekor. Cacing hati memiliki kutikula yang berduri. Ukuran F. gigantica berkisar antara 25-27 x 3-12 mm, mempunyai bahu yang sempit, bagian posterior tumpul, memiliki ovarium yang panjang dan bercabang. Cacing hati dilengkapi dengan oral sucker dan ventral sucker. Hampir seluruh tubuh cacing ini diliputi oleh duri-duri kecil atau tegument. Cacing hati bersifat hermaprodit yaitu pada satu individu cacing terdapat alat kelamin jantan maupun betina. Alat kelamin jantan terdiri atas dua buah testis yang bercabang banyak pada median tubuh sedangkan alat kelamin betina terdiri atas satu ovarium tetapi memiliki cabang yang banyak dan terletak di bagian sebelah kanan garis median tubuh sedikit di atas testis.
Fasciola gigantica menyerang ternak tepatnya pada organ hati dan berpredileksi pada saluran empedu. Cacing ini merusak epitel saluran empedu sehingga epitel saluran empedu mengalami proliferasi hingga mencapai lumen secara mikroskopis. Cacing ini mengakibatkan kerusakan organ hati. Fasciola gigantica menginfeksi ternak ruminansia sebagai definitive host dan menjalani survival di saluran empedu. Pemeriksaan secara histopatologis saluran empedu pada infeksi cacing hati menunjukkan terdapat berbagai lesi di saluran empedu seperti nekrosis hemorragik akut dan fibrosis parenkim hati yang didominasi oleh sel-sel limfosit dan makrofag.
Adanya gejala klinis yang tampak pada penderita Fasciolosis mengakibatkan produktivitas hewan penderita menjadi turun. Infestasi dan F. gigantica menyebabkan kerusakan jaringan serta anatomi hati, sehingga mengganggu pertumbuhan, penurunan produksi, penurunan produksi susu dan reproduksi ternak, serta pengafkiran organ hati karena tidak layak untuk dikonsumsi.
Kejadian Fasciolosis pada ternak ruminansia berkaitan erat dengan pencemaran metaserkaria yaitu larva infektif Trematoda genus Fasciola pada pakan maupun air minum. Saat masuk ke dalam tubuh dan berada di duodenum, serkaria keluar dan mengadakan migrasi menuju saluran empedu dengan menembus usus atau melalui ductus choleduchus, kemudian menembus kapsula hati dan menuju parenkim hati serta saluran empedu untuk melakukan invasi dan perkembangbiakan menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa kemudian bertelur dan telur yang dihasilkan akan menuju duodenum bersama cairan empedu dan dikeluarkan bersama feses. Telur akan berkembang baik pada suhu 10°C-26°C, namun tidak akan berkembang pada suhu di bawah 10°C. Pertumbuhan serta penetasan telur tergantung dengan kondisi lingkungan sekitar. Telur akan menetas menjadi larva stadium I (mirasidium) dengan waktu 10-12 hari. Larva stadium I (mirasidium) akan berenang dan mencari inang perantara Lymnaea javanica kemudian dengan enzim proteolitik yang dimilikinya, larva stadium I (mirasidium) akan menembus jaringan tubuh siput dan melepaskan silianya menjadi sporokista. Sporokista akan berkembang menjadi redia anak dalam jaringan tubuh siput. Redia anak selanjutnya berkembang menjadi serkaria yang dapat berenang. Serkaria kemudian keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput maupun tanaman air. Apabila serkaria tidak segera termakan oleh inang, serkaria akan membentuk dinding kista dan berubah menjadi metaserkaria. Infeksi diakibatkan karena inang definitif menelan metaserkaria infektif yang ada pada rumput maupun tanaman air lainnya.
Pencegahan terhadap serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan mengendalikan populasi siput. Seperti yang kita ketahui bahwa siput air merupakan inang perantara dari cacing F. gigantica. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan populasi siput ini di padang penggembalaan. Selain itu, usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kejadian penyakit cacing hati adalah dengan rutin memberikan obat cacing pada ternak minimal diulang sebanyak 6 bulan sekali.
Penulis: Firdha Hanan Nifa (062024253002)
Program Studi Magister Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner