Pada awal merebaknya sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2), penggunaan masker wajah telah menjadi pemandangan umum di banyak negara di seluruh dunia. Wajib memakai masker wajah untuk mencegah penularan virus corona. Banyak ahli percaya bahwa jalur utama penularan SARS-CoV-2 kemungkinan besar melalui droplet yang menyebar ketika seseorang berbicara, batuk, atau bersin. Tetesan ini adalah partikel yang sangat kecil dengan ukuran rata-rata berkisar antara 5 m sampai 10 m (1,2). meriilis pernyataan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020) bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menggunakan masker, namun pada kenyataannya, jumlah kasus baru masih terus bertambah. Hal Ini mungkin disebabkan cara mereka menggunakan masker wajah yang masih belum tepat. Di sisi lain, timbul masalah ketika setiap orang mengikuti aturan untuk memakai masker, maka akan menyebabkan limbah masker wajah yang membutuhkan cara khusus untuk menangani limbah tersebut. Berdasarkan fakta tersebut, kami melakukan studi berbasis komunitas yang bertujuan untuk menemukan pola dan menemukan permasalahan dalam penggunaan masker selama pandemi COVID-19 di masyarakat. Kemudian kami Lakukan intervensi edukatif untuk masalah tersebut, dan kami lanjutkan dengan mengevaluasi perubahan setelah intervensi.
Semua kegiatan tersebut dilakukan secara online karena dilakukan di masa pandemi COVID-19. Kami memulai penelitian ini dengan melakukan survei virtual terhadap responden secara acak di daerah perkotaan . Dari survei ini, kita akan mendapatkan gambaran tentang berbagai masalah kesehatan yang ada pada masyarakat. Berdasarkan permasalahan yang ada, kami akan melakukan berbagai pendidikan virtual untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan sistem pendidikan virtual. Kami akan mengevaluasi perubahan perilaku yang diharapkan 2 minggu setelah kami memberikan pendidikan virtual.
Variabel kuisioner adalah pengetahuan penggunaan masker yang benar dan pengelolaan limbah masker yang benar. Evaluasi masker wajah yang benar meliputi penilaian pengetahuan kognitif untuk semua hal yang berkaitan dengan cara memakai masker yang benar. Kuesioner untuk mengelola limbah masker yang benar meliputi penilaian kognitif terkait cara mengolah limbah masker dengan benar. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online oleh mahasiswa kedokteran yang sedang menempuh studi kedokteran komunitas. Populasi sasaran adalah mahasiswa, pegawai swasta, dan pegawai pemerintah. Komunitas ini dipilih karena pada dasarnya mereka sudah memiliki gadget pribadi dan paham akan teknologi.
Sebaran usia responden tampaknya didominasi oleh kelompok usia pelajar dan pekerja muda, diikuti oleh kelompok usia sekolah. Kuesioner awal yang diikuti oleh 266 responden terdiri dari 92 (34,5%) laki-laki dan 174 (65,5%) perempuan. Terdapat 211 (79,3%) responden yang menggunakan masker yang dapat digunakan kembali. Bahan masker yang paling banyak digunakan adalah propilen (68 responden) 25,5%, kain tenun katun (66 responden) 24,8%, bahan polyester/scuba (63 responden) 23,6%, dan bahan kain rajut yang paling sedikit (33 responden) 12,4% dan bahan lainnya (46 responden) 17,2% (Gambar 5). Mereka menggunakan masker wajah yang terdiri dari 3 lapis (18,9%), 2 lapis (42,7%), dan 1 lapis (38,4%). Rata-rata lama pemakaian masker reusable oleh responden cukup baik, terlihat 50,7% responden mengganti masker setiap hari, dan sisanya sekitar 2-3 hari rata-rata mengganti masker. Namun masih ada 2,8% responden yang tidak pernah sekalipun mengganti masker mereka.
Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan masker yang benar dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan limbah masker yang benar. Berdasarkan masalah utama dari kuesioner, kami menyediakan e-education online dengan subjek tujuan penggunaan masker. Edukasi ini juga membahas kapan waktu yang tepat memakai masker, jenis-jenis masker berdasarkan bahan, lapisan, dan cara memakai masker yang benar. Edukasi pengolahan sampah berisi tentang cara mengelola sampah masker bekas yang benar sesuai pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang diadaptasi dari pedoman WHO. Setelah mendapatkan materi edukasi, kami mengajak responden untuk melakukan pra- tes. Ada 266 responden, 112 responden bersedia mengisi pre-test. namun setelah 3 minggu kemudian kami diminta untuk mengisi post-test untuk mengevaluasi perubahan perilaku dari para responden, kami menemukan 44 responden yang bersedia untuk mengisi post-test. Terdapat perubahan yang signifikan pada hasil pre dan post test yang menunjukkan adanya perubahan baik pengetahuan maupun perilaku responden khususnya mengenai penggunaan masker dan pengolahan anggota badan dengan benar.
Komunikasi yang sistematis dan terkoordinasi dengan masyarakat diperlukan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap kapasitas sistem kesehatan untuk memberikan layanan yang aman dan berkualitas (8,9). jika tidak ada atau kemungkinan pertemuan yang melibatkan masyarakat, maka pertimbangkan untuk membuat mekanisme digital jarak jauh untuk memastikan umpan balik dua arah untuk data dan memproses informasi pengawasan. Mempermudah orang untuk mengakses dan menggunakan data yang mereka butuhkan. Sistem informasi juga untuk pengambilan keputusan, memberikan umpan balik kepada masyarakat (misalnya pertanyaan dan informasi tentang berita, rumor, dan segala sesuatu tentang COVID-19) untuk kemudian ditindaklanjuti berdasarkan data yang diperoleh.
Penulis : Jongky Hendro Prajitno , Sulistiawati, Kahexa Firman, Jefferson Caessario, Nihal Sofyan, Bagus Ari, Anak Agung Putri, Alfi Nureta, Aulia Rafikasari, Liofelita Christi, Hamzah Farouq
Link Jurnal: https://redib.org/Record/oai_articulo3367460-proper-use-face-mask-during-covid-19-pandemic-urban-community