Kepadatan tulang yang rendah pada pasien geriatri dengan osteoporosis menyebabkan lebih mudah terjadinya patah tulang, bahkan dengan energi yang minimal. Prevalensi patah tulang leher paha telah meningkat, seiring dengan bertambahnya populasi geriatri dan harapan hidup lebih lama. Patah tulang daerah pinggul pada tahun 2030 diestimasi akan mencapai 300.000 kasus per tahunnya di Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan oleh Irianto et al(2019) di RS Orthopaedi Traumatologi Surabaya menunjukkan bahwa patah tulang leher paha adalah penyebab patah tulang geriatri terbanyak kedua, yang terjadi sekitar 24%, setelah fraktur pada tulang belakang (25%). Proses penyembuhan patah tulang leher paha pada pasien geriatri tidak baik akibat anatomi dan posisi patahan yang ada di dalam kapsul. Hemiartroplasti (penggantian setengah sendi ) panggul adalah salah satu tindakan yang operasi yang sering dilakukan untuk penanganan patah tulang leher paha. Dibandingkan dengan artroplasti pinggul total (Total Hip Replacement) prosedur ini relatif lebih cepat, dengan perdarahan lebih sedikit dan pasien bisa lebih awal mobilisasi dengan pembebanan berat badan.
Sebuah studi yang terbit di European Journal Orthopaedic Surgery and Traumatology menunjukkan penyebab yang paling umum untuk operasi revisi bipolar hemiartroplasti adalah pelonggaran aseptik (49,6%) diikuti oleh infeksi (22,6%) dan erosi asetabulum (15%). Migrasi implan tulang paha yang terjadi lebih awal adalah faktor prediktif untuk pelonggaran aseptik di tahun pertama dan kedua setelah operasi artroplasti pinggul. Penurunan implan tulang paha merupakan distalisasi (penurunan) implan tulang paha relative terhadap trochanter major. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor risiko klinis dan radiologis yang memengaruhi timbulnya penurunan implan tulang paha, nyeri pasca operasi dan luaran fungsional pada pasien geriatri yang mengalami patah tulang leher paha dan diterapi dengan bipolar hemiarthroplasti tanpa semen.
Penelitian ini meliputi 179 pasien geriatri (berusia diatas 60 tahun) yang mengalami patah tulang leher paha dan menjalani operasi bipolar hemiarthroplasti tanpa semen pada periode tahun 2011- 2019 di RS Orthopaedi dan Traumatologi Surabaya. Dilakukan evaluasi terhadap demografi pasien (usia, jenis kelamin dan ras), skor American Society Anaesthesiologist (ASA) pre operasi, body mass index (BMI), canal flare index (CFI), klasifikasi Dorr, dan alignment batang implan.
Skor ASA menunjukkan kondisi komorbiditas pasien pre operasi dan dibagi menjadi 5 kelas :
ASA 1 (sehat), ASA 2 ( pasien dengan penyakit sistemik ringan), ASA 3 (pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak incapacitating), ASA 4 (pasien dengan penyakit sistemik berat yang incapacitating), ASA 5 (pasien hampir mati). Dorr dan CFI menunjukkan anatomi dan morfologi tulang paha bagian atas. Alignment dibagi menjadi varus, netral dan valgus. Luaran (outcome) yang dievaluasi yaitu penurunan tulang paha pasca operasi nyeri pasca operasi, dan luaran fungsional menggunakan Harris Hip Score (HHS).
Luaran fungsional pasien sangat berkaitan dengan faktor komorbid pre operasi, manajemen intra-operasi dan rehabilitasi post operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan rata- rata penurunan implan tulang paha 2.16 ±3.4 mm. Rata- rata nilai nyeri pasca operasi yang dievaluasi dengan visual analog score (VAS) yaitu 1.38 ± 1 (nyeri ringan). Rata- rata nilai Harris Hip Score (HHS) 85.28±10.3 (luaran fungsional baik). Skor ASA 3 dan alignment varus berhubungan dengan penurunan implan tulang paha yang lebih besar. Di sisi lain alignment yang netral memberi efek protektif terhadap terjadinya penurunan implan tulang paha . Jenis kelamin wanita terkait dengan terjadinya nyeri pasca operasi. Alignment implan tulang paha yang netral memiliki pengaruh yang signifikan dengan luaran fungsional pasien yang lebih baik .
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pasien dengan komorbiditas preoperasi yang lebih berat (skor ASA yang lebih tinggi) dan alignment implan tulang paha yang varus terkait dengan risiko penurunan implan tulang paha yang lebih besar. Alignment implan tulang paha yang netral memberikan efek protektif terhadap penurunan batang dan hasil fungsional yang lebih baik. Penggunaan implan tulang paha tanpa semen tidak dianjurkan pada pasien geriatri dalam penanganan kasus patah tulang leher paha.
Penulis: dr. Adhinanda Gema Wahyudiputra Sp.OT, M.Ked.Klin, Dr.dr.Komang Agung Irianto, Sp.OT (K), Dr. dr,Rosy Setiawati, Sp.Rad (K)
Judul jurnal : Femoral Stem Subsidence and its Associated Factors after Cementless Bipolar Hemiarthroplasty in Geriatric Patients
Authors : Adhinanda Gema Wahyudiputra, Komang Agung Irianto, Rosy Setiawati
Link : https://www.morthoj.org/2021/v15n1/cementless-bipolar-hemiarthroplasty.pdf