Di seluruh dunia, kanker payudara merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada wanita dengan jumlah kasus sekitar seperempat dari semua kanker pada wanita dan merupakan penyebab utama kematian. Di Indonesia, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak nomer 2 pada wanita setelah kanker mulut leher rahim. Kanker payudara berhubungan dengan aktivitas hormon estrogen dan progesteron yang merupakan hormon yang memegang peran utama pada sistem reproduksi wanita.
Kanker payudara bukan merupakan penyakit yang homogen. Secara umum, kanker payudara dibagi menjadi tipe lobular yang berasal dari sel epitel lobulus kelenjar payudara serta kanker duktal yang berasal dari sel epitel duktus (saluran) kelenjar payudara. Kanker payudara tipe duktal memiliki berbagai tipe mikroskopis seperti tipe klasik, tipe mucinous yang banyak menghasilkan bahan mucin (bahan lendir), tipe metaplastik, tipe tubular serta tipe apokrin. Tipe yang paling sering dijumpai adalah duktal karsinoma invasif tipe klasik (yang dikenal dengan tipe no-otherwise specified/ NOS). Selain berasal dari sel epitel, kanker payudara dapat juga berasal dari sel stroma yang dikenal dengan nama tumor phylloides atau berasal dari sel neuroendokrin.
Secara mikroskopis, kanker payudara memiliki derajad keganasan yang berbeda yang dikenal dengan derajad diferensiasi histologis atau disebut grade. Derajad diferensiasi histologis atau grade menunjukkan derajad keganasan sel kanker. Kanker grade 1 tumbuh dan menyebar lebih lambat dibandingkan dengan kanker grade 3. Derajad keganasan kanker tersebut berbeda dengan stadium kanker. Stadium kanker menunjukkan seberapa jauh kanker sudah menyebar sedangkan derajad keganasan atau grade menunjukkan seberapa cepat kanker akan menyebar.
Selain ditentukan oleh derajad diferensiasi histologis atau grade, angka kelangsungan hidup penderita kanker payudara juga ditentukan tipe molekuler sel kanker yang dinilai dengan pemeriksaan reseptor estrogen, reseptor progesteron serta reseptor faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor Receptor/ EGFR) yang dikenal dengan nama her-2/neu. Reseptor estrogen dan reseptor progesteron merupakan reseptor hormon yang dimiliki oleh sel kanker. Sel kanker yang memiliki reseptor estrogen dan progesteron bersifat peka terhadap adanya hormon estrogen dan progesteron. Sel kanker tipe ini bersifat sensitif terhadap terapi hormonal serta memiliki angka kesembuhan yang lebih baik dibandingkan dengan sel kanker yang tidak memiliki reseptor estrogen maupun reseptor progesteron. Dengan demikian, pemeriksaan reseptor estrogen dan progesteron dapat dijadikan sebagai acuan terapi kanker payudara serta ikut menentukan angka kelangsungan hidup penderita kanker payudara. Selain reseptor estrogen dan progesteron, reseptor faktor pertumbuhan epidermal yang dikenal dengan nama her-2/neu juga memegang peran penting dalam pengobatan kanker payudara. Sel kanker payudara dengan hasil pemeriksaan her-2/neu positif akan peka terhadap terapi antibodi monoklonal anti her-2/neu dan juga memiliki angka proliferasi sel yang tinggi sehingga kanker lebih peka terhadap kemoterapi.
Rebecca Kristian dan Willy Sandhika telah melakukan penelitian untuk menemukan adanya korelasi antara derajad diferensiasi histologis/ grade kanker payudara dengan hasil pemeriksaan reseptor estrogen, reseptor progesteron serta her-2/neu pada sel kanker payudara. Penelitian tersebut menunjukkan meningkatnya derajad diferensiasi histologis sel kanker (grade) akan diikuti dengan menurunnya reseptor estrogen serta reseptor progesteron pada sel kanker, akan tetapi tidak didapatkan korelasi antara hasil pemeriksaan her-2/neu dengan derajad diferensiasi histologis sel kanker payudara. Hal ini menunjukkan bahwa pada sel kanker dengan derajad yang lebih rendah akan memberikan sifat yang lebih mirip dengan sel nornal yakni memiliki reseptor estrogen dan progesteron sehingga memiliki angka pertumbuhan sel yang lebih rendah dibandingkan dengan kanker payudara dejarad tinggi yang kehilangan reseptor estrogen maupun progesteron. Hasil pemeriksaan her-2/neu yang tidak memiliki korelasi dengan derajad diferensiasi histologis sel kanker menunjukkan bahwa reseptor faktor pertumbuhan epidermal dapat dimiliki oleh sel kanker payudara dengan berbagai derajad keganasan. Hasil pemeriksaan her-2/neu menjadi acuan terapi pemberian antibodi monoklonal anti her-2/neu.
Penulis: Dr. Willy Sandhika, dr., M.Si, SpPA(K)
Artikel ilmiah populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul Retrospective Study Correlation Between Grade and Amount of Mitosis with ER, PR and HER2 Expression in Invasive Breast Carcinoma of No Special Type dengan penulis Rebecca Agustine Kristian dan Willy Sandhika yang telah diterbitkan pada International Journal of Research Publication, volume 89, no. 1, bulan November 2021, halaman 157 – 164.
Link artikel jurnal: https://www.ijrp.org/paper-detail/2415