Akhir akhir ini istilah pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi trending topik yang tidak habis-habisnya di diskusikan. Pemanasan global di sinyalir telah mencairkan gunung gunung es di kutub sehingga permukaan air laut naik dan permukaan tanah semakin menurut akibat parameter perhitungan permukaan tanah di ukur berdasarkan permukaan air laut. Efek rumah kaca pun menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global yang serius. Empat gas rumah kaca utama adalah karbon dioksida (CO2), metana, dinitrogen oksida, dan amonia.
Di tingkat global, peternakan menyumbang 40% dari produk domestik bruto (PDB) pertanian, mempekerjakan 1,3 miliar orang dan memasok sekitar sepertiga dari protein yang dikonsumsi oleh populasi manusia. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), produksi daging global diproyeksikan lebih dari dua kali lipat dari 229 juta ton yang diproduksi pada 1999/2001 menjadi 465 juta ton pada 2050, dan produksi susu global hampir dua kali lipat dari 580 juta ton menjadi 1043 juta ton.
Kegiatan peternakan secara sosial dan politik sangat signifikan dan berdampak pada hampir semua aspek lingkungan. Dampak ini bisa langsung, misalnya melalui emisi gas rumah kaca, atau tidak langsung, misalnya melalui perluasan produksi kedelai untuk pakan pengganti hutan di Amerika Selatan. sektor peternakan masih muncul sebagai salah satu dari dua atau tiga pengaruh paling penting terhadap lingkungan, baik di tingkat lokal maupun global. Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa sektor peternakan membutuhkan sejumlah besar sumber daya alam dan bertanggung jawab atas sekitar 14,5% dari total emisi gas rumah kaca antropogenik sekitar 7,1 Gigaton setara karbon dioksida pada tahun 2005.
Menurut Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), gas rumah kaca yang paling penting dari peternakan adalah metana dan dinitrogen oksida. Metana, terutama yang dihasilkan melalui fermentasi enterik dan penyimpanan kotoran, merupakan gas yang memiliki efek pemanasan global 28 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida. Nitrous oxide, yang timbul dari penyimpanan kotoran dan penggunaan pupuk organik/anorganik, adalah molekul dengan potensi pemanasan global 265 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida. Setara karbon dioksida adalah satuan standar yang digunakan untuk menghitung potensi pemanasan global.
Dokter hewan mempunyai peranan yang sangat penting dari keseluruhan rangkaian proses dalam upaya mengurangi dampak produksi emisi gas rumah kaca yang di timbulkan oleh produksi ternak. Melalui program kesehatan ternak yang baik, produksi ternak akan tercapai dengan maksimal melalui efisiensi produksi susu dan daging serta kesehatan reproduksi. Terjaminnya kesehatan ternak secara otomatis memberikan perlindungan ternak terhadap bahaya kematian atau culling yang dini. Pengurangan hewan yang mati akan mengurangi kesempatan manusia membuang limbah bangkai ternak yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Meningkatkan kesehatan dan kesuburan mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca karena lebih sedikit ternak pada tingkat produksi tertentu akan diperlukan untuk menghasilkan jumlah susu, daging, maupun telur yang sama. Program manajemen kesehatan ternak yang aktif harus secara mendasar mengurangi dampak perubahan iklim dari produksi pangan.
Bagian teknologi genomic juga di harapkan mampu membangun struk peternakan yang kokoh sehingga seluruh aktifitas metabolik dapat termitigasi dengan baik dan benar. Melalui nutrigenomic perkembangan nutrisi muktahir membuat efisiensi produksi menjadi maksimal. Demikian juga perbaikan terhadap penggunaan antibiotika yang telah banyak menimbulkan
resistensi mikroba, telah menjadi kendala tersendiri dari bagian pemeliharaan kesehatan. Melalui kontrol dokter hewan kemungkinan bahaya ini akan teratasi.
Dari hal tersebut, maka dokter hewan dalam praktiknya memiliki peran kunci di pusat tim peternakan untuk memberikan keseimbangan yang tepat dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk menyeimbangkan produksi pangan dengan kesehatan dan kesejahteraan, resistensi antimikroba, kesehatan, dan lingkungan. Sehingga, peternak diharapkan mampu mengelola keseimbangan faktor faktor yang kompleks dan saling bertentangan yang di perlukan untuk produksi pangan yang berkelanjutan dengan menunjukkan eksistensi dan peranan dokter hewan di dalamnya.
Penulis: Muhamad Lukman Hakim