SARS-CoV-2 ditetapkan sebagai virus penyebab infeksi COVID-19. Jalur masuk virus ke dalam tubuh manusia diidentifikasi melalui ikatan antara protein spike virus dengan reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Pengelompokan tingkat keparahan infeksi COVID-19 terbagi menjadi asimtomatik, ringan, sedang, berat, sampai dengan kritis. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan representasi COVID-19 yang banyak dijumpai pada pasien dengan kategori tingkat keparahan sedang, berat, dan kritis. Tingkat keparahan kerusakan paru dapat dilihat melalui beberapa biomarker inflamasi, salah satunya adalah kadar serum Krebs von den Lungen-6 (KL6) yaitu glikoprotein yang diekspresikan terutama pada sel epitel alveolar tipe II.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tingkat keparahan pasien COVID-19 tercermin dari tingginya kadar KL-6 dalam darah. Jika ditemukan kadar KL-6 tinggi, maka mengindikasikan kerusakan pneumosit tipe II dan cedera paru-paru. Keterbatasan penelitian mengenai penggunaan KL-6 sebagai biomarker keparahan COVID-19 mendorong penulis melakukan systematic review dan meta analisis untuk menggali informasi lebih dalam terhadap permasalahan tersebut. Hasil yang didapatkan dari proses meta analisis menunjukkan bahwa jika dilakukan perbandingan kadar KL-6 pada pasien COVID-19 kategori berat-kritis dengan ringan-sedang, ditemukan kadar KL-6 dalam darah lebih tinggi pada pasien COVID-19 berat-kritis daripada ringan-sedang.
KL-6 merupakan musin transmembran mirip glikoprotein dengan berat molekul tinggi dan diklasifikasikan sebagai musin MUC1 pada manusia. Mukoprotein ini akan diproduksi saat membran sel epitel alveolus tipe II mengalami kerusakan. Selain itu, produksi KL-6 akan terjadi saat sel epitel pada bronkus, kerongkongan, lambung, pankreas, dan sel-sel basal normal dari epitel bronkiolus terminal mengalami kerusakan. KL-6 dari sel yang mengalami kerusakan akan dilepaskan ke jaringan di sekitarnya hingga masuk dalam aliran darah. Semakin tinggi kadar KL-6 dalam darah menunjukkan kerusakan sel yang semakin parah.
Infeksi SARS-CoV-2 akan merangsang kinerja sistem imun pada tubuh manusia. Peningkatan viral load beriringan dengan penurunan sistem imun tubuh. Replikasi virus yang besar dalam tubuh akan mensekresikan KL-6 akibat proses perusakan sel epitel alveolus maupun sel lain. Gangguan pada epitel alveolus menyebabkan kebocoran pada membran basal, yang kemudian meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga terjadi peningkatan kadar KL-6 serum. Oleh sebab itu, kadar serum KL-6 dapat digunakan untuk melihat maupun memprediksi kerusakan paru-paru pasien COVID-19.
Kadar KL-6 selain berfungsi sebagai biomarker inflamasi pada pasien juga dapat digunakan untuk menentukan pengobatan pasien COVID-19. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa serum KL-6 dapat digunakan sebagai dasar dalam memprediksi kebutuhan terapi pasien ketika tingkat keparahan pasien belum diketahui. Penelitian lain menyebutkan bahwa dengan mengacu pada nilai kadar KL-6, dokter dapat memutuskan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
Penulisan ini membahas lebih detail mengenai mekanisme produksi serum KL-6 pada tubuh setelah pasien didiagnosis terinfeksi SARS-CoV-2, proses identifikasi tingkat keparahan infeksi dari kadar KL-6, serta perbedaan kadar KL-6 pada pasien dengan derajat keparahan berat-kritis dengan ringan-sedang. Penulisan ini memberikan wawasan baru kepada pembaca terutama dalam hal biomarker inflamasi pada pasien COVID-19 yang selama ini belum banyak dimuat dalam artikel penelitian.
Penulis: Alfian Nur Rosyid
Informasi lebih lanjut dapat diakses pada:
http://ibj.pasteur.ac.ir/browse.php?a_id=3472&sid=1&slc_lang=en
Witarto, et.al. 2021. Serum Krebs von den Lungen-6 for Predicting the Severity of COVID-19 Lung Injury: A Systematic Review and Meta-Analysis. Iranian Biomedical Journal, 25(6), pp.381-389.