Cacat mandibula adalah masalah umum yang dihadapi oleh ahli bedah mulut dan maksilofasial dalam kesehatan manusia. Cacat ini dapat berasal dari berbagai proses patologis, termasuk malformasi kongenital, kanker, trauma dan infeksi (Puspitaningrum dkk, 2020; Rezkita dkk, 2020; Nugraha dkk, 2020; Haque dkk, 2020; Haque dkk, 2021). Rekonstruksi mandibula yang ideal adalah diperlukan untuk mengembalikan bentuk, fungsi pengunyahan dan estetika. Sejalan dengan itu, berbagai bahan osteogenic diciptakan untuk mengoreksi defek mandibula pada bedah rekonstruktif. Guided Bone Regeneration (GBR) digunakan untuk meningkatkan volume tulang di area yang luas dari defek tulang kraniofasial. Membran ini mencegah jaringan lunak tumbuh pada area defek tulang. Membran ini juga berfungsi untuk menjaga ruang defek selama proses penyembuhan tulang. Sementara itu, cangkok tulang digunakan untuk memperbaiki tulang yang rusak dan mempercepat regenerasi tulang. Pemasangan bone graft sebagai bahan pengganti untuk jaringan tulang yang rusak dapat meningkatkan volume tulang dan mengembalikan fungsi tulang. Kegagalan atau keterlambatan proses penyembuhan mungkin terjadi dalam kondisi critical deffect. Migrasi sel non-osteogenik pada critical defect dapat dicegah dengan aplikasi dari guided bone regenerasi (GBR). GBR dapat berfungsi sebagai biomaterial osteoinduktif. Salah satu contoh GBR adalah dentin bovine.
Demineralized Dentine Material Membrane (DDMM) dapat diperoleh dari dentin sapi sebagai GBR. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki Demineralized Dentine Membrane Material (DDMM) sebagai Guided Bone Regeneration (GBR) pada Foreign Giant Cell. Sampel terdiri dari enam puluh Tikus Wistar jantan umur bulan (Rattus novergicus) dengan berat badan 250-300 gram. Sampel dibagi menjadi dua kelompok kontrol (K) dan tiga kelompok perlakuan (P). Defek tulang mandibula dengan ukuran 5 x 5 mm pada kelompok K(-) tidak diaplikasikan dengan Membran GBR, sedangkan Kelompok K(+) diaplikasikan dengan Bovine Pericardium Collagen Membrane (BPCM). Pada kelompok perlakuan, DDMM diterapkan di Grup P1, DDMM dan cangkok diterapkan di Grup P2, BPCM dan cangkok diinduksi di Grup P3. Enam sampel dikorbankan pada hari ke 3 dan 7 pasca operasi untuk pemeriksaan histologi menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Jumlah Giant Cell diperiksa dan dianalisis secara statistik menggunakan uji-t independen (p<0,05). Sebagai hasilnya, tidak terdapat perbedaan jumlah giant cell yang signifikan pada setiap kelompok pada hari ke 3 dan 7. Sedangkan DDMM menunjukkan efek yang sebanding pada Giant Cell dari critical defect mandibula terhadap BPCM. Dapat disimpulkan implantasi DDMM telah potensi untuk digunakan sebagai membran alternatif untuk biomaterial regenerasi tulang terpandu yang dapat diabsorbsi
Penulis: Pratiwi Soesilawati, Wisnu Setyari Juliastuti, Az Andini Fadilla, Muhammad Alwino Bayu Firdauzy, and Aspalilah Alias Link Jurnal: https://connectjournals.com/03896.2021.21.3307