Initial Public Offerings (IPO) merupakan bagian penting dari perkembangan dunia investasi dan dapat menciptakan peluang bagi investor. Banyak investor di Indonesia, baik investor pemula maupun investor yang sudah expert mengejar keuntungan di saat perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO). Di Indonesia, rata-rata kapitalisasi pasar saham hasil IPO sepanjang tahun 2009 hingga 2020 adalah sebesar Rp 403.988.442.596. Volatilitas pasar yang terjadi pada saat perusahaan melakukan IPO harga terendah dapat mencapai -0,328% dari harga pasar perdana hingga harga yang tertinggi sebesar 2,52%. Hal ini berarti memungkinkan seorang investor yang cermat dalam sehari akan memperoleh keuntungan rata-rata mencapai 2,5%.
Sepanjang tahun 2009 hingga tahun 2020, tercatat dari 285 perusahaan yang melakukan IPO dan lebih dari 50% perusahaan yang melakukan IPO tersebut mengalami underpricing. Underpricing merupakan fenomena penawaran harga saham di pasar primer lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar sekunder. Ketika underpricing, investor akan mendapatkan keuntungan yang maksimal, di sisi lain kejadian overpricing menyebabkan investor mengalami kerugian. Adanya peristiwa underpricing maupun overpricing ini dikarenakan adanya asimetri informasi. Salah satu penyebab fenomena iniadalah kurangnya informasi serta adanya ketidakpastian mengenai potensi bisnis dan pendapatan dari emiten yang melakukan IPO. Perbedaan informasi yang diterima antara satu investor dengan investor yang lain menyebabkan investor memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap kewajaran harga IPO sebuah perusahaan. Selanjutnya, asimetri informasi ini menyebabkan terjadinya volatilitas pasar yang dihadapi oleh investor. Volatilitas pasarmerupakan pergerakan harga saham yang mencerminkan ketidakpastian dan risiko pasar.
Selain memperhatikan volatilitas dan kapitalisasi pasar saham yang dihasilkan, investor perlu memperhatikan sentimen investor. Sentimen investor mencerminkan tren pasar yang dapat mempengaruhi minat beli investor terhadap saham emiten yang melakukan go-public. Investor dapat membuat keputusan yang berharga mengenai keputusan investasinya yang didasarkan pada tren pasar. Sentimen investor dibedakan menjadi dua kategori yaitu sentimen positif dan sentimen negatif. Ketika investor mengasumsikan pasar keseluruhan memiliki tren positif, maka para investor akan meningkatkan permintaannya terhadap saham IPO dengan harapan memperoleh keuntungan atau initial return yang tinggi. Demikian pula ketika investor mengasumsikan bahwa pasar keseluruhan akan menurun, initial returns yang diterima akan mengikuti penurunan bahkan negatif. Volatilitas pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi lingkungan eksternal seperti kondisi ekonomi, keamanan, dan hal-hal sensitif lainnya yang mempengaruhi objektivitas investor. Sehingga, hal ini berpengaruh terhadap return pasar yang diperoleh secara substansial.
Penelitian kami menemukan bahwa sentimen investor berpengaruh positif terhadap IPO initial returns. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sentimen investor maka semakin besar pula minat membeli saham IPO. Adanya kenaikan harga saham di pasar sekunder menyebabkan initial returns IPO positif. Selanjutnya, permintaan terhadap saham yang sedang IPO meningkat dan mengakibatkan kenaikan harga pada hari pertama di perdagangan pasar sekunder. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian kami adalah tidak adanya pengaruh volatilitas pasar terhadap initial returns IPO.
Secara praktis, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran investor di Indonesia tentang pentingnya melihat harga saham suatu perusahaan pada saat IPO. Volatilitas pasar yang tidak berpengaruh terhadap intial returns IPO karena investor di Indonesia membuat keputusan investasi tanpa memperhatikan ketidakpastian pasar. Selain itu, investor aktif yang sudah lama terjun dalam dunia pasar modal telah mengetahui strategi underpricing yang dilakukan oleh emiten ketika IPO. Untuk menghindari kerugian, investor baru atau pemula yang akan memasuki pasar perdana IPO disarankan untuk lebih berhati-hati dengan adanya strategi underpricing IPO ini. Sesuai dengan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan tahun 2019 yang dilakukan OJK, investor pemula memiliki keterbatasan terkait dengan literasi keuangan. Initial returns akan meningkat dalam jangka panjang jika investor lebih memperhatikan dan menganalisis perubahan harga saham di pasar secara cermat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan penting dalam menetapkan kebijakan yang memfasilitasi pemantauan investor terhadap volatilitas perubahan harga saham di pasar. Penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk menentukan mengapa volatilitas pasar memengaruhi initial returns dan faktor apa yang seharusnya dimiliki investor dipertimbangkan ketika membuat keputusan investasi.
Penulis: Dr. Wisudanto, S.E., M.M., CFP., ASPM & Tri Veny Putri, S.M., M.S.M.
Keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat dilihat pada laman berikut: https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jkdp/article/view/6119/pdf