Bovine Serum Albumin yang Optimal Dapat Meningkatkan Jumlah Blastokistain Vitro

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Hello Sehatt

Fertilisasi in vitro adalah pembuahan sel oosit dan spermatozoa yang dilakukan di luar tubuh. Dalam perkembangan embrio sering terjadi hambatan. Hambatan untuk perkembangan embrio dalam kultur in vitro tergantung pada kondisi fisiologis kondisi media kultur. Kultur in vitro embrio mencit membutuhkan media yang mampu mendukung perkembangan embrio mencit dari zigot menjadi blastokista. Keberhasilan produksi embrio dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas gamet (oosit dan sperma), media kultur, dan sistem kultur.

Media kultur dibuat mengandung nutrisi hampir sama dengan komposisi nutrisi, elektrolit, dan makromolekul yang ada pada saluran reproduksi betina. Media kultur yang digunakan untuk produksi embrio in vitro sering ditambahkan ke berbagai komponen yang dapat mendukung perkembangan embrio. Para ilmuwan menambahkan suplemen untuk membuat media kultur lebih optimal. Salah satu protein yang sering ditambahkan ke media kultur embrio adalah protein serum. Protein serum yang sering digunakan adalah fetal bovine serum (FBS) atau bovine serum albumin (BSA). Bovine serum albumin merupakan sumber protein serum yang banyak mengandung asam amino. Penggunaan amino asam dalam media kultur dapat meningkatkan perkembangan embrio. Bovine serum albumin bekerja dengan meningkatkan kematangan oosit dan juga mengikat molekul termasuk ion, radikal bebas, dan steroid. Hal ini dapat mencegah reaksi oksidasi, menstabilkan pH dan tekanan osmolaritas. Dalam media kultur in vitro BSA menangkap zat beracun dan ion anorganik dan memediasi transportasi CO. 

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) menunjukkan bahwa media yang diberi BSA lebih baik dalam mendukung perkembangan oosit domba yang akan dibuahi dibandingkan kelompok tanpa BSA. Penelitian yang dilakukan oleh Asad dkk (2017) memberikan hasil bahwa penambahan BSA 2 mg/ml sebagai suplemen pematangan oosit domba dan media kultur mampu meningkatkan perkembangan kadar oosit ke tahap selanjutnya. Pada kultur embrio stadium 2 sel, penambahan BSA yang berperan sebagai sumber protein dalam media kultur memberikan hasil yang optimal pada  1 mg/ml dengan media M16 dan 3 mg/ml dengan media whitten. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh berbagai konsentrasi albumin serum bovine terhadap jumlah blastokista tikus dalam kultur in vitro.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bovine serum albumin yang optimal dalam meningkatkan jumlah blastokista. Oosit diperoleh dari mencit betina galur Balb/C. Sel oosit dikumpulkan dan dibagi menjadi 3 kelompok: T1 (MEM + BSA 3%), T2 (MEM + BSA 5%), dan T3 (MEM + BSA 7%). Semen ditampung dari mencit jantan yang fertil, kemudian spermatozoa motil dimasukkan ke dalam media yang berisi telur. Media yang berisi spermatozoa dan telur disimpan dalam inkubator CO2 5%. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Embrio yang berkembang ke tahap blastokista menunjukkan sitoplasma jernih, membran plasma jernih, tidak ada granularitas, dan zona pelusida jernih. Berdasarkan analisis data statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi p<0,05 yang tertinggi dan terendah, dengan perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan T1 (54,00a ± 8,94) dan kelompok perlakuan T3 (32,00 ± 10,95). Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi bovine serum albumin yang optimal dalam mendukung perkembangan embrio adalah konsentrasi 3%. Penambahan bovine serum albumin pada media kultur mampu mendukung perkembangan embrio mencit hingga tahap blastokista.

Penulis: Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

http://www.envirobiotechjournals.com/issue_articles.php?iid=337&jid=3

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp