Parameter Hematologi dan Koagulasi sebagai Prediktor Survival Pasien COVID-19 Derajat Sedang dan Berat yang Mendapatkan Perawatan Non-ICU

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by kabar24

COVID-19 masih menjadi isu kesehatan yang mendunia, dan hingga sekarang, tingkat penularannya masih tinggi. Beberapa pasien datang dengan gejala berat bahkan kritis. Perawatan di rumah sakit secara intensif masih diperlukan terutama pasien dengan usia tua dan penyakit kronis. Parameter hematologic dan koagulasi memiliki peranan penting dalam prediksi keberlangsungan hidup dan tingkat mortalitas pasien COVID-19. Sebuah penelitian secara retrospektif dilakukan dengan pengambilan data melalui rekam medis. Data pasien yang dipelajari ialah pasien COVID-19 dewasa yang dirawat di ruang isolasi dengan gejala sedang hingga berat. Terdapat 217 pasien dan mayoritas ialah laki-laki. Gejala yang dialami ialah sesak, batuk, demam, dan nyeri seluruh tubuh. Dari 217 pasien, 38 meninggal dunia. Komorbid yang banyak diderita oleh pasien yang meninggal dunia  ialah diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung koroner.

Didapatkan perbedaan yang signifikan antara sel darah putih, neutrophil, dan limfosit di antara pasien yang sembuh dan yang meninggal. Penanda inflamasi lain seperti C-reactive protein (CRP) dan neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) juga didapatkan lebih tinggi pada grup pasien yang meninggal. Hal ini sesuai dengan analisis ROC yang  menyatakan bahwa NLR, hitung sel darah putih, hitung neutrofil, D-dimer, dan CRP merupakan predictor mortalitas yang baik. Grafik Kaplan-Meier hasil dari analisis survival menjukkan bahwa hitung leukosit, neutrophil, NLR,  PT, dan CRP berhubungan dengan tingkat mortalitas, dan dapat digunakan sebagai prediktornya. Sementara itu, berdasarkan analisis univariat, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, NLR, dan PPT menjadi prediktor independen. Namun,  analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya penyakit jantung koroner yang menjadi prediktor mortalitas yang independent.

Dalam perbandingan kelompok pasien yang hidup dan yang meninggal dunia, didapatkan perbedaan signifikan pada karakteristik demografik, gejala klinis, dan parameter hematologic serta koagulasi. Usia menjadi faktor yang cukup krusial. Usia yang semakin tua meningkatkan risiko mortalitas COVID-19. Sementara itu, pasien laki-laki diketahui memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi daripada pasien wanita. Hal ini bisa disebabkan karena pasien laki-laki memiliki komorbid yang lebih banyak.

Selain itu, leukosit, neutrophil, limfosit, dan NLR menunjukkan hasil yang berbeda pada dua kelompok. Penanda inflamasi seperti CRP, IL-6, dan PCT yang meningkat juga menjadi predictor derajat keparahan COVID-19. CRP dan procalcitonin yang tinggi juga berhubungan dengan terjadinya sindrom distress pernapasan akut. Peningkatan penanda inflamasi ini juga bisa disebabkan oleh infeksi sekunder. Sebuah meta analisis menyatakan bahwa D-dimer berpengaruh dengan peningkatan kejadian komplikasi dan tingkat kematian pada pasien COVID-19, namun pada studi ini, didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antar dua kelompok, yang dapat disebabkan salah satunya oleh metode pengukuran D-dimer itu sendiri.  Sementara  itu, pemanjangan PT dan aPTT juga dapat ditemukan pada pasien COVID-19 derajat berat, meskipun tidak setinggi pada pasien dengan sepsis akibat infeksi bakteri dan DIC. Meskipun masih belum ada mekanisme yang jelas tentang bagaimana SARS-COv-2 mengaktivasi kaskade koagulasi, hal ini mungkin disebabkan karena badai sitokin.

Penelitian lanjutan akan dibutuhkan karena terdapat beberapa penanda inflamasi yang belum dicatat, seperti ferritin, fibrinogen, PCT, dan IL-6. Studi ini juga belum menggambarkan komplikasi lainnya yang lebih luas, terkait dengan inflamasi dan gangguan koagulasi. Skor International Society on Thrombosis and Hemostasis (ISTH) juga tidak dihitung, sehingga pasien dengan gangguan koagulasi ringan hingga sedang tidak bisa dibedakan dengan pasien yang mengalami DIC.

Penulis: Siprianus Ugroseno Yudho Bintoro, Ni Made Intan Dwijayanti, Dana Pramudya, Putu Niken Amrita, Pradana Zaky Romadhon, Tri Pudy Asmarawati, Arief Bachtiar, Usman Hadi

Link jurnal: https://f1000research.com/articles/10-791/v2

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp