Trust Issue dan Tips Membangun Kembali Kepercayaan dalam Hubungan Pertemanan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Istilah trust issue mungkin sudah tidak asing bagi kita semua bahkan banyak orang yang mungkin mengalami hal ini. Tidak jarang dari kita merasa tidak mampu untuk mempercayai orang. Salah satu penyebabnya adalah berbagai pengalaman buruk yang turut membangun rasa tidak percaya kepada orang lain.

“Trust issue sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang sulit percaya atau memiliki kepercayaan yang rendah terhadap orang lain,” ungkap Putu Rarasati, S.Psi pada webinar bertajuk “Trust Issue: When Your Mind Prevents You From Having A Healthy Friendship,” Sabtu (11/12/2021).

Raras sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa faktor kunci dari trust adalah prediktabilitas dan keyakinan kita bahwa bahwa orang lain dapat dipercaya, terlepas dari orang tersebut benar-benar bisa dipercaya atau tidak.

Trust issue kerap kali merujuk pada relasi romantis. Namun demikian, ini juga dapat terjadi pada berbagai hubungan interpersonal termasuk di hubungan pertemanan. “Trust issue ini tidak selalu muncul akibat interaksi negatif di masa kecil. Bisa juga karena pengalaman negatif lainnya seperti dibohongi, di-bully, atau dimanfaatkan oleh orang-orang terdekat ketika kita dewasa,” papar Raras, sapaan akrabnya.

Pada webinar yang diselenggarakan oleh Airlangga Safe Space (ASAP), platform psikologi berbasis daring yang dikelola oleh Departemen Branding BEM KM Fakultas Psikologi UNAIR, Raras memaparkan bahwa tubuh manusia memiliki sistem pertahanan diri dalam hubungan sosial.

“Sistem tubuh kita memberi alarm agar ketika kita memberikan kepercayaan kepada orang lain kita akan lebih berhati-hati akibat pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu,” terangnya.

Namun, lanjut Raras, ketakutan yang berlebihan akan kejadian buruk tersebut justru menyebabkan kita menutup diri dengan relasi-relasi sehat lainnya. Mahasiswa Magister Profesi Psikologi di Universitas Padjadjaran itu mengungkapkan bahwa penting sekali agar kita mampu mengatasi trust issue yang kita alami.

“Pertama, terima risiko dan tantang pemikiran negatif yang secara tidak sadar kita miliki. Ketika pemikiran tersebut, tanyakan ke diri kalian apakah kalian tahu pasti bahwa (pemikiran, Red) itu benar,” jelas Raras. Selain itu, sangat penting bagi kita untuk mengingatkan diri sendiri bahwa membangun kepercayaan butuh waktu yang tidak singkat.

“Mulai dengan membagikan hal-hal kecil kepada taman dan coba lihat reaksinya apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Jika belum, coba komunikasikan harapan kalian seperti apa,” papar Raras. “Beri juga ruang untuk teman kalian berbagi,” lanjutnya.

Raras juga mengingatkan agar kita dapat mengungkapkan ketidaknyamanan kita dalam hubungan pertemanan. “Jangan berharap orang lain tahu tanpa kita kasih tahu. Hal ini akan berujung pada perasaan sakit hati kita sendiri,” tegas Raras.

Selektif dalam memilih pertemanan juga menjadi kunci untuk membangun kembali kepercayaan kepada orang lain. “(Selektif, Red) bukan bermaksud diskriminasi, tapi berdasarkan kualitas dirinya,” pesan Raras. Terakhir, kita dapat mencoba berasumsi bahwa bahwa setiap orang bisa dipercaya.

“Berdasarkan penelitian, individu yang punya harapan kepercayaan tinggi pada orang lain akan merasa lebih aman dalam menjalin hubungan. Asumsi ini juga bisa memberi lebih banyak kesempatan bagi kepercayaan untuk berkembang,” pungkasnya di akhir webinar. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

Scroll to Top