Kajian Aspek Keamanan pada Lung Recruitment Maneuver

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Halodoc

Gagal napas merupakan salah satu kondisi serius yang mengancam jiwa. Pada kondisi ini sistem pernapasan pada tubuh manusia tidak mampu melakukan fungsinya. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, tubuh akan kekurangan oksigen yang dapat memicu terjadinya kerusakan multi organ bahkan kematian.

Ventilasi mekanis merupakan salah satu bagian vital dari manajemen gagal napas. Beberapa pendekatan telah diperkenalkan untuk meningkatkan oksigenasi dalam kaitannya dengan ventilasi mekanis, termasuk diantaranya manuver perekrutan paru atau Lung recruitment maneuvers (LRM). LRM merupakan manuver untuk membuka (merekrut) alveolus yang kolaps dengan meningkatkan tekanan transpulmonal secara temporer dan bertahap (gradual) selama ventilasi mekanis. Tujuan utama dari LRM yaitu sebagai bagian dari lung-protective ventilation untuk meningkatkan oksigenasi.

Namun, peran pendekatan ini dalam praktik klinis rutin masih menjadi sebuah topik yang kontroversial. Beberapa efek menguntungkan dari penggunaan LRM pada ARDS memang telah dilaporkan. Pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS), LRM dilaporkan dapat mencegah cedera paru yang diinduksi ventilator atau ventilator-induced lung injury (VILI), dan meningkatkan oksigenasi, hingga pengaruhnya pada kelangsungan hidup pasien. Meskipun begitu, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa temuan tersebut tidak menghasilkan manfaat seperti yang diharapkan. Sehingga fokus dalam pembahasan studi dari para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kali ini berfokus pada aspek keamanan dari LRM.

Berdasarkan hasil kajian dalam studi, terutama poin mendasar pada jalur mekanisme terkait ventilator-induced lung injury (VILI) dan efektivitas LRM untuk pasien ARDS, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bukti terkait LRM masih belum terverifikasi secara konsisten (simpang siur). Belum ada penelitian yang menunjukkan manfaat signifikan secara konsisten. Lebih jauh lagi, dalam implementasinya akan sulit menentukan pasien mana yang akan mendapat manfaat dari LRM dan pasien mana yang akan mengalami overdistensi. Efek menguntungkan LRM pada oksigenasi juga didapatkan secara signifikan hanya dalam jangka pendek. Kontroversi prosedur ini masih bergantung pada siapa, kapan, seberapa sering dan berapa lama melakukan LRM.

Saat ini, di era pandemi COVID 19, studi mengenai LRM pada ARDS terkait COVID 19, di satu center pelayanan kesehatan menunjukkan kondisi paru-paru pasien ARDS yang terkait COVID 19 tidak dapat direkrut dengan baik. Standar penanganan pasien COVID-19 juga berbeda-beda antar center/ daerah.

LRM mungkin telah lama digunakan, sebagian besar untuk meningkatkan oksigenasi, yang merupakan efek yang baik. Namun, efek positif (penurunan tingkat VILI, peningkatan oksigenasi) dan efek negatif (gangguan hemodinamik) yang ditimbulkan pada penggunaan LRM, masih tergolong seimbang.

Sebagai kesimpulan, peneliti belum merekomendasikan LRM sebagai prosedur rutin. Meskipun pada kasus tertentu LRM dapat bermanfaat karena meningkatkan oksigenasi, dan membuka alveolus pada atelektasis. Penelitian lebih lanjut tentang efek LRM masih dibutuhkan untuk menentukan manfaat yang sebenarnya dan untuk mengetahui dengan pasti dalam keadaan apa LRM harus dilakukan.

Penulis: Bambang Pujo Semedi, dr., SpAn KIC; Dr. Prananda Surya Airlangga, dr, M.Kes, SpAn KIC; Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr.,Sp.S(K); Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr, SpAn KIC KNA KMN; Mahmud, dr, MSc, SpAn, KMN, FIPM; Rahmat Sayyid Zharfan, dr.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.apicareonline.com/index.php/APIC/article/view/1511

Semedi, B. P., Airlangga, P. S., Hidayati, H. B., Rehatta, N. M., & Mahmud (2021). Lung recruitment maneuver: is it really safe?. Anaesthesia, Pain & Intensive Care, 25(3), 255-261. DOI: https://doi.org/10.35975/apic.v25i3.1511

Berita Terkait

newsunair

newsunair

Scroll to Top