Dilema Operasi Penggantian Sendi pada Manula Berusia Seratus Tahun

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Media Indonesia

Pangeran Philip, suami RatuElizabeth II dari Inggris, melakukan operasi penggantian panggul di usianya yang tak lagi muda, mengingat usianya yang sudah mencapai 96 tahun pada tahun 2018. Paska operasi sendi panggul, beliau dapat kembali aktif menjalankan tugas kerajaan. Beliau meninggal dengan tenang pada tahun 2021 karena proses penuaan lainnya. Di Inggris operasi penggantian pinggul pada lansia di atas 90 tahun tidak merupakan kontraindikasi, walau memang memiliki risiko tinggi. sebab mereka lebih rentan mengalami penyakit jantung dan paru-paru yang dapat menjadi faktor risiko kefatalan saat operasi. Bagaimana dengan di Indonesia?

Di Indonesia dimana usia harapan hidup yang tercatat pada tahun 2017 untuk laki-laki 69,8 tahun, sedangkan wanita 73,6 tahun; tidak sedikit manula berusia lebih dari 90 tahun, bahkan mencapai 100 tahun yang masih sehat serta aktif berinteraksi dalam keluarganya. Bila suatu saat tiba tiba mereka mengalami patah sendi panggul, dilema luar biasa menimpa keluarga besarnya. Keluarga takut akan tindakan pembiusan, terlebih operasi besar untuk mengganti sendi yang sulit dibayangkan oleh masyarakat awam. Di sisi lain, keluarga merasakan penderitaan dari penderita yang sangat kesakitan. Mendadak penderita tidak dapat berdiri bahkan tidak dapat duduk, harus berbaring kesakitan dan hilang semua aktifitas rutin yang membahagiakan seluruh keluarga besar. Di saat seperti inilah tugas dokter yang menangani untuk memberikan gambaran untung ruginya bila dilakukan operasi dan bila tidak dilakukan operasi.

Penjelasan harus diberikan dengan gamblang tanpa menutup nutupi akan adanya semua resiko pembiusan dan operasi, termasuk resiko bila tidak dilakukan operasi. Hal yang sering kali terlupa untuk dijelaskan kepada keluarga adalah akibat yang akan terjadi pada orang tua mereka ini bila tidak dilakukan operasi untuk memulihkan patah dan menghilangkan nyeri. Bahwa untuk seorang individu yang awalnya dapat aktif akan sangat jatuh mental dan psikisnya bila harus berbaring di tempat tidur terus, makan obat anti nyeri, dan obat obat lain nya yang dapat menghilangkan selera makannya. Dengan cepat penderita akan jatuh dalam depresi fisik dan psikis. Penderita manula yang berbaring lebih dari 3 hari akan mudah mengalami infeksi paru yang dengan cepat akan merambah dan menurunkan kesehatan fisik keseluruhan. Kondisi kesehatan lain yang akan semakin menurunkan kesehatan fisik dan psikis adalah resiko untuk mengalami infeksi dan lecet pada kulit sisi tubuh yang menapak pada tempat tidur terus menerus (dekubitus), infeksi saluran kencing terutama pada wanita, dan depresi yang dapat diperberat bila terjadi gangguan keseimbangan elektrolit tubuh. Beban merawat manula yang tidak dapat duduk juga tidak mudah untuk “care giver“, terutama untuk kegiatan toilet dan hygiene.

Tindakan operasi penggantian sendi panggul merupakan operasi besar, memerlukan tingkat pembiusan ASA 4, tetapi cukup memakan waktu 2-3 jam dan perdarahan tidak lebih dari 200 cc. Dengan seleksi pra operasi yang ketat, seorang penderita manula berusia lebih dari 100 tahun dilaporkan telah menjalani operasi untuk mengganti sendi panggulnya yang patah. Setelah berisitirahat di rumah sakit 2 minggu untuk pemulihan dan perawatan fisioterapi, pasien pulang dan beraktifitas bersama keluarga besar, hingga pasien meninggal 3 tahun kemudian dengan tenang saat tidur karena proses penuaan. Untuk tindakan operasi orthopedi pada penderita manula (geriatri) di Indonesia, tingkat keberhasilan dan pengembalian harapan hidup nya sangat baik, tidak lebih buruk daripada angka yang dilaporkan di Eropa ataupun negara maju lainnya. Penapisan pra operasi yang penting adalah (a) mengetahui kondisi fisik dan psikis pasien sebelum patah, seberapa jauh operasi akan mengembalikan kualitas hidupnya. (b) memastikan faktor komorbid yang ada tidak mengganggu proses pembiusan dan operasi serta sebaliknya tindakan operasi tidak akan memperburuk faktor komorbid tersebut. (c) pasien dan keluarga mengerti dan menginginkan pemulihan kualitas hidup seperti sebelum operasi. (d) ‘informed consent’ tentang seluruh resiko telah difahami dengan sebaik baik nya termasuk mematuhi seluruh advis dokter untuk tidak menggunakan obat obat selain yang sudah diketahui semua dokter yang terlibat merawat. Untuk penanganan pasien geriatri, harus disiapkan satu tim dokter meliputi dokter bedah orthopedi sebagai DPJP, dokter anestesi, dokter spesialis jantung, dokter spesialis internist geriatri, dokter neurologi bilamana diperlukan, dokter rehabilitasi medik yang dilibatkan sejak sebelum operasi, serta ahli gizi untuk memantau asupan gizi yang sesuai. Dengan persiapan dan tim yang solid, operasi penggantian sendi panggul pada manula berusia 100 tahun akan berjalan lancar, pasien kembali kepada keluarga besarnya dengan kualitas hidup yang memadai dan membawa kebahagiaan untuk seluruh keluarga besarnya.

Penulis: Dr. Komang Agung Irianto S., dr., Sp.OT(K)

Judul Jurnal: A Beneficial Bipolar Hemiarthroplasty on a Centenarian  in One Developing Country

Authors: Komang Agung Irianto, Novira Widajanti, Eko Julianto, Swan Ien, Ronald T. M. Panggabean, Yudhistira P Kloping

Dipublikasikan di: Acta Medica Indonesiana. 2021;53(2)

Link: http://www.actamedindones.org/index.php/ijim/article/view/1011

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp