Amoebiasis Pleuropulmonal Sekunder Akibat Ruptur Abses Hepar: Sebuah Kasus Komplikasi dengan Sumber Daya Terbatas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Fine Art America

Amoebiasis, menurut World Health Organization (WHO) tahun 1997, merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica yang tanpa atau dapat disertai manifestasi klinis. Saat ini, terdapat 40-50juta orang menderita amoebiasis di negara berkembang dan sebanyak 40.000 orang di antaranya diperkirakan meninggal dunia akibat amoebiasis. Angka kejadian amoebiasis di Indonesia cukup tinggi berkisar antara 10-18% dengan Crude Fatality Rate (CFR) berkisar antara 1,9%-9,1%.

Infeksi Entamoeba histolytica umumnya terjadi di negara tropis dan bermanifestasi pada organ tertentu seperti usus dan dalam kondisi tertentu dapat menyerang hepar, pleura, dan perikardium. Insiden abses hepar akibat amoebiasis bervariasi antara 3-9% dari semua kasus. Ruptur abses hepar dapat mengakibatkan komplikasi pleuropulmonal yang terjadi pada 7-20% pasien berupa empiema dan pneumonia bakterial. Angka kejadian empiema akibat amoebiasis dilaporkan sebanyak 1-2%.

Ilustrasi Kasus

Seorang laki-laki usia 23 tahun, suku Madura, datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 minggu disertai batuk berdahak kekuningan, nyeri dada sebelah kanan, demam, perut membuncit, mata kuning, dan bengkak pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ikterus sklera, trakea deviasi ke kiri, terpasang selang dada pada hemitoraks kanan, tampak distensi abdomen, dan didapatkan hepatomegali.

Hasil laboratorium menunjukkan lekositosis 12.190 sel/mm3, neutrofilia 88,4%, peningkatan faal hati, dan uji serologi anti amoeba yang positif (37,8 NTU; positive cut off  >11 NTU). Pada pemeriksaan rontgen toraks didapatkan fluidopneumotoraks kanan. Pemeriksaan ultrasonografi abdomen menunjukkan lesi heteroechoic dengan batas tidak tegas dan tepi ireguler mencurigakan suatu abses hepar. Konfirmasi pada pemeriksaan CT scan toraks dan abdomen menunjukkan fluidopneumotoraks terlokulasi dengan penebalan pleura parietal dan visceral dan hepatomegali disertai abses hepar.

Kondisi pasien membaik setelah 2 minggu pemberian antibiotik namun evaluasi rontgen toraks dan USG abdomen tidak menunjukkan perbaikan signifikan baik pada paru kanan maupun ukuran abses hepar. Drainase abses menggunakan aspirasi jarum perkutan gagal sehingga tindakan operasi dilakukan. Pewarnaan hematoxylin eosin (HE) dan Periodic Acid Schiff (PAS) dari jaringan operasi menunjukkan Entamoeba hystolitica pada kedua bahan yang diperoleh dari rongga toraks dan hepar.

Diskusi

Abses hepar adalah komplikasi ekstraintestinal yang paling sering ditemui akibat invasi amoeba ke vena porta. Abses umumnya homogen, mengandung eksudat kental, warna bervariasi dari putih krem ​​sampai coklat kemerahan yang disebabkan oleh penghancuran jaringan hati. Pus ini hampir selalu steril kecuali bila terjadi infeksi sekunder akibat abses piogenik. Amoeba dapat ditemukan pada tepi lesi dengan pemeriksaan mikroskopis tetapi jarang terdeteksi pada pus atau rongga abses itu sendiri. Komplikasi utama adalah pecahnya abses ke dalam rongga peritoneum, rongga pleura, atau rongga perikardial yang tergantung pada lokasi abses di hepar.

Selama perawatan, pasien menerima terapi metronidazole intravena dengan dosis 750mg tiap 8jam. Mayoritas pasien dengan terapi metronidazole menunjukkan respons yang baik terhadap pengobatan dalam waktu 72-96 jam. Aspirasi jarum perkutan dilakukan pada kasus abses hepar amoeba dengan keluhan klinis persisten, abses hepar lobus kanan besar yang berisiko pecah, abses hepar lobus kiri, pasien yang sedang hamil, amoebiasis dengan komplikasi pleuropulmonal, dan tidak ada kemajuan klinis setelah pemberian terapi medis. Namun dalam kasus ini, aspirasi jarum perkutan gagal sehingga pasien menjalani operasi. Tindakan bedah hanya dilakukan pada pasien dengan abses multipel, aspirasi jarum perkutan tidak dapat dilakukan, dan pada ukuran abses yang besar (>5cm), serta dengan komplikasi.

Kesimpulan

Komplikasi umum dari amoebiasis adalah abses hati, sedangkan empiema akibat amoebiasis sangat jarang terjadi. Kombinasi pemeriksaan serologis dan radiologis lebih bermanfaat dalam deteksi dini kasus infeksi Entamoeba histolytica. Proses evakuasi abses pada rongga toraks dan hepar menggunakan selang dada dan aspirasi jarum perkutan pada kasus ini kurang memberikan manfaat. Tindakan bedah dapat menjadi pilihan apabila kondisi paru tidak membaik setelah drainase rongga toraks dan ukuran abses hepar tidak berkurang.

Penulis: Putri Mega Juwita, dr. dan Resti Yudhawati, Dr. dr., Sp.P(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2021.106231

Juwita PM, Yudhawati R. Secondary pleuropulmonary amoebiasis due to liver abscess rupture: A complication case report in low resource setting. Int J Surg Case Rep [Internet] 2021;85(6):106231. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2021.106231

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp