FBPAII dan rpoBC, Dua Protein Sekresi Baru yang Diidentifikasi dengan Pendekatan Proteomik dari Studi Strain Gastritis Terkait Helicobacter pylori

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh detstvo-kaluga-new.ru

Helicobacter pylori merupakan patogen klinis penting yang menyebabkan gastritis dan tukak lambung dan, dalam kasus terburuk, menyebabkan gastric mucosa-associated lymphoid tissue lymphoma (MALT) dan adenokarsinoma lambung. Pemberantasan H. pylori dengan inhibitor pompa proton dalam kombinasi dengan klaritromisin (Cla) atau metronidazol (Mtz)/amoksisilin tidak hanya membantu mengurangi tukak lambung, tetapi juga membantu mencegah terjadinya kanker. Namun, efiktivitas rejimen terapi ini menurun karena meningkatnya resistensi antibiotik H. pylori. Prevalensi resistensi H. pylori terhadap Cla (C_R) dan Mtz (M_R) selama 10 tahun terakhir di kawasan Asia Pasifik telah meningkat secara signifikan (masing-masing dari 7% menjadi 21% dan 36% menjadi 45%), sedangkan di negara-negara ASEAN, prevalensi resistensi Cla dan resistensi Mtz masih umum. Di Thailand, prevalensi C_R dan M_R adalah sedang (masing-masing 14% dan 36%). Selain itu, dilaporkan juga tingkat resistensi ganda terhadap Cla dan Mtz (C/M_R) sebesar 10%. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mengenai mekanisme resistensi akan dapat mengarah pada pengembangan terapi yang lebih baik pada pasien dengan resistensi H. pylori.

WHO menerbitkan laporan pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa C_R H. pylori masuk dalam daftar global krisis resistensi antibiotik. Mekanisme lain yang mungkin dari C_R adalah reduksi konsentrasi antimikroba intraseluler melalui penghabisan senyawa antimikroba H. pylori resistance-nodulation-division (RND), sedangkan mutasi yang paling banyak dilaporkan pada M_R H. pylori adalah dari penyisipan dan penghapusan transposon atau mutasi missense dan frameshift pada gen rdxA dan frxA. Selain mekanisme resistensi yang paling umum, mekanisme lain yang dideteksi oleh alat genomik telah diklarifikasi baru-baru ini. Misalnya, mutasi pada gen HP1027 (Fur) menyebabkan ekspresi berlebih dari superoksida dismutase, menunjukkan hubungan H. pylori M_R. Dalam praktiknya, sebagian besar informasi tentang mekanisme resistensi ini diketahui berasal dari teknik molekuler. Namun, penggunaan teknik proteomik untuk menyelidiki ekspresi protein adalah metode lain yang efektif yang saat ini populer dalam studi resistensi antibiotik H. pylori.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Infection and Immunity. Dalam penelitian ini, peneliti menyelidiki kandidat protein baru yang disekresikan dari S_S dan membandingkannya dengan yang disekresikan dari strain gastritis terkait C_R, M_R, dan C/M_R H. pylori dengan pendekatan proteomik.  

Penelitian ini melaporkan bahwa sebanyak 583, 582, 590, dan 578 protein diferensial yang diekspresikan diidentifikasi dari masing-masing sampel C_R, M_R, C/M_R, dan strain sensitif antibiotik (S_S). Dari jumlah tersebut, 23 protein yang tumpang tindih ditemukan dengan analisis diagram Venn. Berdasarkan analisis heat map, ekspresi protein yang paling banyak dan paling sedikit berbeda diamati dari strain C/M_R dan strain S_S. Dari protein yang disekresikan oleh galur S_S, hanya sembilan yang ditemukan. Setelah memprediksi interaksi protein dengan metronidazol dan klaritromisin melalui database STITCH, dua protein yang paling menarik ditemukan adalah rpoBC dan FBPAII. Setelah analisis qRT-PCR, penurunan regulasi rpoB dari strain M_R diamati, menunjukkan hubungan rpoB dengan sensitivitas metronidazol. Sebaliknya, peningkatan regulasi fba dari strain C_R, M_R, dan C/M_R menunjukkan ekspresi paradoks FBPAII dan gen fba.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memberikan informasi mendasar dan menyediakan alat yang efektif untuk memperluas pengetahuan tentang protein yang disekresikan oleh bakteri yang menginfeksi saluran cerna ini. Laporan ini adalah yang pertama menjelaskan fakta bahwa FBPAII dan rpoBC adalah dua protein yang baru disekresikan yang diidentifikasi dalam galur S_S yang menunjukkan hubungan dengan strain gastritis terkait H. pylori yang sensitif terhadap antibiotik. Selain itu, HP0888 mungkin berguna untuk penanda serologis; namun, validitas pola antigen harus diperiksa terlebih dahulu.

Penulis: Ratha-Korn Vilaichone

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut: https://journals.asm.org/doi/10.1128/IAI.00053-21

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp