Rehabilitasi Fungsi Oklusi pada Agenisi Gigi Multipel

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by TirtoID

Saat ini perawatan medis estetik semakin berkembang dan banyak diminati seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran khususnya kedokteran gigi. Dengan perkembangan tersebut, terjadi pula pergeseran permintaan dan kebutuhan masyarakat akan perawatan gigi. Estetika merupakan salah satu pertimbangan penting dalam perawatan yang difokuskan untuk meminimalkan rasa sakit. Dalam bidang kedokteran gigi prostetik, rehabilitasi medik pada pemulihan fungsi stomatognatik secara holistic dengan mempertimbangkan aspek estetik juga termasuk dalam kebutuhan saat ini. Estetika wajah sangat erat kaitannya dengan susunan gigi geligi yang harmonis. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan, yaitu kesehatan dan proporsi gigi serta gusi, lengkung senyum, komposisi dan warna gigi. Salah satu kelainan yang seringkali terjadi pada saat perkembangan gigi adalah agenesis atau ketiadaan benih gigi yang dapat mengganggu fungsi estetik. Insiden agenesis gigi yang pernah dilaporkan adalah sekitar 3 – 10% populasi, dengan peningkatan insiden terjadi pada wanita.

Ketiadaan benih gigi ini sangat mengganggu estetika wajah, khususnya jika benih gigi tersebut pada gigi depan. Secara estetis, hal ini memberikan tampilan yang kurang baik  ketika tersenyum dan dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang. Terdapat beberapa pendekatan perawatan yang dapat dilakukan pada kasus-kasus ketiadaan benih gigi. Jika benih gigi yang hilang hanya 1 hingga 2 gigi yang dapat menimbulkan adanya celah atau rongga, maka dapat dilakukan perawatan ortodontik dengan menutup celah serta membentuk kembali anatomi gigi yang baik. Namun biasanya pada kasus agenisi multipel yang melibatkan banyak gigi, dibutuhkan perawatan lebih kompleks. Hal ini disebabkan karena ketiadaan benih gigi permanen sehingga gigi sulung yang ada tidak dapat digantikan. Secara anatomis, struktur gigi sulung yang lebih rentan dibandingkan gigi permanen membuat gigi sulung pada kasus agenesis gigi sering mengalami keausan gigi sehingga sebagian besar kasus multipel agenisi membutuhkan perawatan yang lebih kompleks. Dengan mempertimbangkan kondisi gigi sulung dan permanen yang tersisa, perawatan restorasi dapat menjadi salah satu pertimbangan yang tepat.

Prostodonsia cekat atau fixed prosthodontics melibatkan penggantian dan perbaikan struktur gigi dengan material tertentu yang tidak dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasein. Prostesis ini digunakan untuk mengembalikan fungsi, meningkatkan estetika, dan kenyamanan pasien dengan kehilangan gigi atau anomali perkembangan seperti agenesis. Prostodontik cekat menawarkan kepuasan yang lebih baik dengan mengembalikan fungsi stomatognatik dan penampilan klinis yang kurang baik seperti kasus agenisis menjadi oklusi yang nyaman dan sehat yang dapat bertahan lama dengan mempertimbangkan aspek estetika.

Penulis: Muhammad Dimas Aditya Ari, drg., M.Kes., Sp.Pros

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://actamedicaphilippina.upm.edu.ph/index.php/acta/article/view/2116

Tulisan kami dapat disitasi pada berikut ini:

Ari MDA, Kurdi A, Suisan YC, Laksono H. Maxillary Occlusion Rehabilitation of Multiple Anterior Teeth Agenesis Followed by Tooth Wear: A Case Report. Acta Medica Philippina 2021; 55(8): 849-53.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp