Mucormycosis pada Pasien COVID-19 India: Wawasan tentang Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Strategi Manajemennya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by CNN Indonesia

Mucormycosis atau yang dikenal dengan jamur hitam baru-baru ini dikaitkan dengan penyintas COVID-19 dan menjadi masalah global karena menyebabkan kematian yang signifikan. Kondisi ini sering menyerang sinus, paru-paru, kulit, dan otak. Kita dapat menghirup spora jamur atau bersentuhan dengannya di tanah, produk atau roti yang membusuk, atau tumpukan kompos. Kebanyakan orang akan bersentuhan dengan jamur ini melalui aktivitas sehari-hari. Namun, akan lebih mungkin jatuh sakit jika memiliki sistem imun tubuh yang lemah, termasuk ketika seseorang terinfeksi COVID-19. Infeksi tersebut melemahkan dan berakibat fatal menyebabkan hilangnya organ dan trauma emosional. Manifestasi radiografi tidak spesifik, tetapi diagnosis dapat dibuat melalui pemeriksaan mikroskopis bahan yang dikumpulkan dari lesi nekrotik. Perawatan membutuhkan keahlian multidisiplin karena jamur masuk melalui mata dan hidung bahkan dapat mencapai otak. Penggunaan banyak obat antijamur yang tersedia dibatasi oleh pertimbangan resistensi dan toksisitas, tetapi nanopartikel dapat mengatasi keterbatasan tersebut dengan mengurangi toksisitas dan meningkatkan bioavailabilitas. Formulasi lipid amfoterisin-B (liposomal Am-B) adalah pengobatan lini pertama untuk mucormycosis pada pasien COVID-19, tetapi biayanya yang tinggi dan ketersediaannya yang rendah telah mendorong pergeseran ke arah operasi, sehingga tindakan bedah untuk menghilangkan semua lesi nekrotik. 

Ulasan ini dilakukan oleh salah satu dosen di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berkolaborasi dengan beberapa rekannya dari luar negeri ini menyoroti patogenesis, manifestasi klinis, dan manajemen mucormycosis pada pasien yang memiliki COVID-19. Infeksi jamur setelah COVID-19 telah diamati secara luas di banyak negara sehingga dokter mulai merancang strategi terapeutik untuk melawan efeknya. Spora jamur ada di mana-mana, tetapi paru-paru manusia umumnya secara efisien mampu membersihkannya. Namun, COVID-19 menyebabkan kerusakan paru-paru, mengurangi kapasitas untuk menghilangkan spora secara alami pada pasien yang menderita respons imun yang lemah akibat pengobatan steroid. Orang yang memiliki diabetes yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap infeksi jamur hitam, tetapi tanda-tanda awal mucormycosis dapat sulit untuk dideteksi. Tidak seperti beberapa penyakit jamur lainnya, penyakit ini tidak dapat dideteksi melalui tes darah. Diagnosis memerlukan biopsi, pemeriksaan sampel, dan dalam beberapa kasus CT scan, yang kesemuanya memerlukan personel khusus dan teknologi canggih. 

Penulis: Retno Widyowati 

Untuk informasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada artikel aslinya dengan judul: 

Mucormycosis in Indian COVID-19 Patients: Insight into Its Patho-Genesis, Clinical Manifestation, and Management Strategies” pada ANTIBIOTICS 10: 1079, 2021 dengan tautan berikut ini: https://doi.org/10.3390/antibiotics10091079 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp