Integrasi Nanoteknologi untuk Diagnosis dan Pengobatan SARS-CoV-2: Suatu Pendekatan untuk Mencegah Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by DW

Wabah SARS-CoV-2 adalah penyakit COVID-19 yang telah menyebabkan kerusakan kesehatan besar-besaran sehingga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengumumkan keadaan darurat kesehatan di seluruh dunia. Virus corona menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia, dan banyak yang meninggal akibat kekurangan obat-obatan tertentu. Berdasarkan situs wolrdometers.info (29 Oktober 2020), kasus COVID-19 telah menjangkiti 44.748.577 orang dengan jumlah kematian mencapai 1.179.062 jiwa dan orang telah pulih sebanyak 32.724.301 jiwa. Keadaan darurat saat ini memerlukan terapi ekstensif untuk menghentikan penyebaran virus corona. Ada berbagai vaksinasi yang tersedia, tetapi tidak ada perawatan COVID-19 yang divalidasi. Sejak wabah menyebar banyak terapi telah diuji, termasuk penggunaan obat-obatan yang digunakan kembali seperti inhibitor nukleosida, inhibitor protease, antivirus spektrum luas, terapi plasma pemulihan, modulator imun, dan antibodi monoklonal. Namun, pendekatan ini belum menghasilkan hasil apa pun dan sebagian besar digunakan untuk meringankan gejala yang terkait dengan reaksi obat merugikan yang berpotensi fatal. 

Salah satu solusi mengatasi pandemi COVID-19 adalah nanoteknologi. SARS-CoV-2 berdimensi nanometrik dan memiliki nanostruktur pada inti dan selubungnya sehingga nanopartikel menjadi pengobatan yang efektif untuk COVID-19. Mereka dapat dirancang untuk meningkatkan kemanjuran obat antivirus yang tersedia saat ini atau untuk memicu respons imun yang cepat terhadap COVID-19. Dalam dekade terakhir, telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam nanoteknologi. Oleh karena itu salah satu dosen dan peneliti di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berkolaborasi dengan beberapa rekannya dari luar negeri mengulas beberapa artikel terkait masalah ini. Ulasan ini berfokus pada struktur dasar virus, patogenesis, dan opsi pengobatan saat ini untuk COVID-19. Studi ini membahas nanoteknologi dan aplikasinya dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan, dan pengiriman vaksin yang ditargetkan, meletakkan dasar bagi perjuangan pandemi yang sukses.

Nanopartikel dapat meningkatkan kemanjuran pengobatan dengan mengurangi toksisitas dan mengaktifkan mekanisme tanpa menyebabkan kerusakan permanen pada ikatan. Penerapan pengobatan berbasis nanoteknologi dari SARS-CoV-2 menggunakan beragam pembawa nano seperti nanopartikel anorganik, nanopartikel organik, dendrimer, nanopartikel berbasis lipid, dan nanopartikel polimer dalam formulasi nano obat antivirus. Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan tradisional, formulasi ini menunjukkan kemanjuran terapeutik yang unggul dan atribut farmakokinetik yang lebih baik. Demikian pula vaksin berbasis nanopartikel, nanopartikel teranostik, dan intranasal berbasis nano dapat meningkatkan kemanjuran terapi secara signifikan. Tinjauan ini memungkinkan para peneliti untuk melakukan studi dan mengembangkan formulasi yang lebih baik untuk mengobati COVID-19 di masyarakat.

Penulis: Retno Widyowati 

Untuk informasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada artikel aslinya dengan judul: 

Nanotechnology Integration for SARS-CoV-2 Diagnosis and Treatment: An Approach to Preventing Pandemic” pada NANOMATERIALS 11: 1841, 2021 dengan tautan berikut ini: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34361227/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp