Pada tanggal 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan coronavirus disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi. COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Meskipun sebagian besar fokus penyakit ini adalah kelainan paru dan komplikasinya, namun komplikasi jantung mungkin muncul dan dapat memperburuk prognosis serta meningkatkan risiko kematian. SARS-CoV-2 dapat berikatan dengan permukaan sel inang melalui suatu reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), kemudian menyebabkan infeksi paru dan komplikasi jantung berupa cedera akut jantung dan gangguan irama listrik jantung.
Karena komplikasi yang parah pada jantung, diperlukan alat diagnostik untuk membantu memprediksi kondisi pasien saat masuk rumah sakit. Elektrokardiografi (EKG) merupakan alat diagnostik yang banyak tersedia di instalasi gawat darurat (IGD) yang dapat dikerjakan cepat dan tidak memerlukan kontak berlebihan dengan pasien. Penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa banyak pasien COVID-19 datang dengan kelainan EKG yang terkait dengan komplikasi pada jantung. Oleh karena itu, penelitian berupa tinjauan sistematis dan meta-analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi bukti terbaru tentang hubungan EKG saat admisi dan keluaran pada pasien COVID-19.
Meta-analisis ini menunjukkan bahwa EKG pasien COVID-19 saat admisi dengan prognosis yang buruk cenderung memiliki interval QT corrected (QTc) dan durasi QRS yang lebih panjang, detak jantung yang lebih cepat atau takikardia, serta insiden dari left bundle branch block (LBBB), premature atrial complex (PAC), premature ventricle complex (PVC), depresi gelombang T, dan depresi segmen-ST yang lebih banyak dibandingkan dengan pasien dengan prognosis yang baik.
Pasien COVID-19 mengalami peningkatan detak jantung atau takikardia sebagai temuan yang paling umum saat masuk rumah sakit. Interval QT merupakan periode depolarisasi dan repolarisasi ventrikel, digambarkan dari awal gelombang Q hingga akhir gelombang T. Perpanjangan secara abnormal pada periode ini dapat menyebabkan gangguan irama ventrikel yang mengancam jiwa, terutama torsade de pointes. Beberapa ulasan sebelumnya telah menggambarkan manifestasi dari obat-obatan seperti klorokuin, hidroksiklorokuin, dan azitromisin terhadap perpanjangan interval QTc dan hubungannya dengan prognosis yang buruk pada pasien COVID-19.
Durasi QRS yang lebih panjang dan adanya LBBB pada pasien COVID-19 dapat mengindikasikan gangguan konduksi pada ventrikel, yang dapat menjadi tanda cedera jantung dan menyebabkan kegagalan pompa jantung yang terkait dengan kematian. Selain itu, munculnya PAC pasien COVID-19 dapat disebabkan oleh gangguan sistolik dan diastolik jantung serta efek dari hipersekresi sitokin yang dikaitkan dengan peningkatan risiko fibrilasi atrium, gagal jantung kongesti, penyakit jantung iskemik, dan serangan jantung mendadak. Proses inflamasi pada COVID-19 juga dianggap berperan dalam munculnya PVC pada EKG pasien COVID-19. Inversi gelombang T pada pasien COVID-19 mungkin merupakan peringatan dini miokarditis. Sementara itu, depresi segmen ST yang terdeteksi pada EKG merupakan penanda cedera jantung dan merupakan prognosis buruk untuk pasien COVID-19.
Implikasi klinis dari penelitian ini adalah beberapa kelainan EKG saat admisi seperti pemanjangan interval QTc dan durasi QRS, takikardia, LBBB, PAC, PVC, inversi gelombang T, dan depresi segmen-ST dikaitkan dengan prognosis buruk pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, stratifikasi risiko pasien COVID-19 harus dilakukan sejak dini, dan EKG saat admisi dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit komorbid pada jantung. Pasien dengan pemanjangan interval QTc dan pasien dengan sindrom aritmia bawaan, perlu dilakukan evaluasi dengan serial EKG dan pemantauan secara ketat.
Penulis: Yudi Her Oktaviono
Sitasi artikel:
Alsagaff, MY, Oktaviono, YH, Dharmadjati, BB, et al. Electrocardiography on admission is associated with poor outcomes in coronavirus disease 2019 (COVID-19) patients: A systematic review and meta-analysis. J Arrhythmia. 2021; 00: 1– 9. https://doi.org/10.1002/joa3.12573